(13) Kepercayaan itu Memudar

297 14 0
                                    

"Ck! Itu kan tugasnya kakak buat ngalah! Lo jangan nangis dong! Adek cengeng :p "

"Yee.. Lo juga nangis ! -_- "

"Eheheh ini ketularan ello kali, Yan :D ", Devan membersihkan pipinya dari sisa-sisa air(?) Yang tadi meluncur bebas dari matanya.

"Arhen? Kenapa diam aja disitu? Ayo sini!", Ryan merentangkan sebelah tangannya--yang tidak merangkul Devan--bermaksud mengajak Arhen bergabung ke dalam pelukan mereka.

Arhen tersenyum dan ikut memeluk Devan dan Ryan. Sambil membisikkan harapan kecil dalam hatinya, Semoga selamanya mereka bertiga bisa terus sedamai ini.

~o0o~

Rinai hujan basahi aku
Temani sepi yang mengendap
Kala aku mengingatmu
Dan semua saat manis itu

Nayla ikut menyenandungkan lagu yang melantun dari Ipodnya. Sambil mengeringkan rambutnya dengan Hairdryer, ia terus bernyanyi. Ia baru saja mandi karena tadi sempat hujan-hujanan di luar. Sudah menjadi ritual Nayla saat hujan untuk berkunjung ke taman, tempat ia mengenal hujan secara nyata.

Layaknya awan dan langit, begitulah Nayla bersama hujan. Merasakan kehangatan di suasana dingin ini. Tak peduli ada orang yang akan melihat heran padanya. Most important, she must happy in the rain.

Ia suka hujan sejak kecil, sejak Mama dan Papanya lupa menjemputnya di Taman Kanak-kanak. Nayla jadi hujan-hujanan di depan sekolahnya. Sejak saat itu, ia jadi suka berada di bawah hujan. Merasakan tetes tetes air itu mengenainya. Mama papanya sebenarnya melarang Nayla bermain hujan-hujanan, tapi bukan Nayla namanya kalo menurut, ia bukan Jessi! Kalau kakaknya itu sih, pasti patuh taat saja saat dilarang. Nah kalau Nayla? Hello! Suka-suka gue dong! :p . Itu katanya setiap kali dilarang -_-

Nayla berdiri di dekat jendela, melihat tower apartemen lain dan juga area bersama di bawah sana--yang masih di guyur hujan. Jessi belum pulang. Akhir-akhir ini, kakaknya itu memang tengah sibuk, katanya akan ada pertandingan basket yang akan diikuti sekolah kakaknya itu. Dan Jessi sebagai kapten Cheers, tentu saja juga memegang andil dalam turnamen itu. Jessi dan team Cheers nya akan tampil disana.

Nayla mengembuskan nafas berat. Kenapa ia memilih liburan di Indonesia yah? Bukannya karena Jessi sibuk makanya ia tidak nyaman, Nayla sih fine fine aja soal itu, toh dia suka suasana sepi, tapi yang jadi masalah, cowok itu!

"Asal lo juga mau berenti nyakitin diri lo sendiri! Gue tau lo masih sayang sama gue! Dan asal lo tau, gue juga masih sayang sama lo!"

Kata-kata Romi kembali terngiang di telinganya. Astaga! Ini benar-benar bencana! Kenapa ia harus bertemu Romi saat hatinya belum sepenuhnya berpaling? Sekarang jadi begini kan?! Hh~ Nayla menatap hujan lagi. Dulu di bawah hujan, di pertemuan keduanya dengan Romi, mereka berkenalan dan berbagi cerita.

~Flashback

"Itu gak rusak?", Nayla terlonjak mendengar suara itu. Terlebih lagi ketika melihat seorang cowok sudah duduk di sampingnya sambil memperhatikan Ipodnya. "Kok lo mainin Ipod sambil ujan-ujanan?", tanya cowok itu sekali lagi. Nayla menyeringai, sudah sering ia mendengar pertanyaan seperti itu.

"Ini Ipod anti hujan badai halilintar kak!", jawaban yang selalu sama setiap kali orang-orang menanyakan hal itu. Cowok di depannya geleng-geleng sambil menaikkan alisnya, reaksi yang sama juga bagi beberapa orang setiap mendengar jawaban Nayla seperti itu.

"Gak percaya? Denger deh", Nayla memasang sebelah earphonenya pada telinga Romi. Romi bisa mendengar suara Pia Utopia yang sedang melantunkan lagu Hujan nya. "Bunyi kan? Hebat dong Ipod gue!", Nayla menarik kembali earphonenya dari telinga Romi dan mulai asyik sendiri dengan Ipodnya. Romi terkekeh melihat kelakuannya.

Love Is Never Wrong [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang