Apa yang di perkirakan Semmy tempo hari menjadi kenyataan. Seminggu setelah percakapan mereka, hasil keputusan rapat pemegang saham keluar dan menyatakan bahwa Alistar akan tetap menjabat sebagai CEO. Hal itu membuat banyak orang menghembuskan napas lega dan menyingkirkan ketakutan-ketakutan akan posisi mereka selama seminggu belakangan.
Menurut kabar yang berhembus, dewan komisaris dan eksekutif diberi kekuasaan oleh para pemegang saham untuk mengevaluasi kinerja Alistar dan semua hasil penilaian menunjukkan bahwa tidak ada satu celahpun bagi mereka untuk memecatnya. Terbukti dengan meningkatnya penjualan di hari ke enam evaluasi, serta melonjaknya saham JS di bursa efek selama tiga hari penuh, mereka akhirnya bungkam dan mempercayakan lagi posisi CEO pada Alistar.
Sore itu terlihat lebih berkilauan dari biasanya dan Olivia tidak bisa berhenti tersenyum senang. Dia bahkan tidak bisa lagi merasa sakit hati atas ucapan-ucapan sengit Semmy yang sudah terlebih dulu duduk di bangku atap.
"Ternyata apa yang kamu bilang menjadi kenyataan!" kata Olivia senang, tersenyum lebar sambil merobek bungkus Sandwich dan menggigit besar-besar.
"Bukan menjadi kenyataan, tetapi itulah kenyataannya."
"Teherah hau haja," balas Olivia dengan mulut penuh makanan.
Semmy mendelik terkejut melihat pipi Olivia menggembung dan tiba-tiba saja dia terkekeh geli. Seharusnya Olivia merasa marah karena di tertawakan, namun dia malah bengong dan berhenti mengunyah ketika mengetahui bahwa inilah kali pertama dia melihat Semmy tertawa.
Suara tawa itu terasa menyenangkan dan membuat Olivia terpukau. Dia memperhatikan bagaimana guratan-guratan tipis di ujung mata Semmy membentuk sebuah garisan samar dan matanya menyipit akibat tarikan otot pipinya, sama sekali melenyapkan tatapan sinis dan tidak bersahabat. Buru-buru Olivia mengambil botol air dan menenggaknya banyak-banyak, sebelum dia tersedak karena kehabisan napas.
"Kamu tertawa.." bisik Olivia sedikit terpana. Dan tepat ketika Olivia mengucapkan hal itu, Semmy langsung menghentikan tawanya dan kembali menatap hamparan langit.
"Maafkan aku, Sem. Padahal kamu sangat menarik kalau tertawa seperti itu. Kenapa kamu malah menutup dirimu dan mengambil jarak dari semua orang?" tanya Olivia mengerutkan dahinya. Perasaannya kini bercampur antara senang, kaget dan marah.
Tidak ada jawaban apapun dan hal ini membuat Olivia semakin kesal. "Kenapa kamu menghindari semua orang, Sem? Aku yakin kamu orang yang baik tapi kenapa kamu menjadi menyebalkan dan pemarah setiap kali berhadapan dengan orang-orang?"
Masih tidak ada sepatah katapun yang keluar sebagai jawaban. Semmy benar-benar mengacuhkan Olivia. "Apakah benar kamu menjadi seperti ini karena anak dan istrimu meninggal? Benarkah kamu seorang yang berbahaya?" desak Olivia putus asa.
Dengan gerakan mendadak, Semmy memajukan wajahnya persis di hadapan Olivia. Hidung mereka nyaris bersentuhan karena jarak diantara mereka kini semakin dekat. Belum sempat Olivia berpikir apapun, Semmy sudah berkata dengan suara dalam dan dingin.
"Berhenti menggangguku, Olivia. Aku tidak suka kalau siapa saja mencampuri kehidupanku. Dan satu lagi, anggap saja kamu tidak melihat apapun sore ini." Katanya mengancam.
Kengerian melanda sekujur tubuh Olivia ketika tatapan mereka bertemu. Ada sesuatu yang membuat Olivia merasa bahwa pria ini benar-benar berbahaya. Tetapi jauh didalam bola mata cokelat yang indah itu, dia merasakan dirinya terkunci, terikat dalam satu pesona misterius yang bahkan tidak bisa dijelaskannya dengan baik.
Mereka bertatapan untuk beberapa saat sebelum Semmy pergi dan membanting pintu dengan kasar. Olivia sudah tidak bisa menghitung berapa kali pria itu bersikap seperti ini terhadapnya, namun jika sebelumnya dia merasa jengkel, kali ini Olivia merasa bersalah karena sudah memaksa pria itu untuk mengatakan kebenaran. Karena dia sadar bahwa dia tidak memiliki hak untuk mencampuri kehidupannya sekecil apapun.
Tapi saat Ia mengingat wajah Semmy yang tertawa, Olivia malah semakin dihantui rasa penasaran. Siapa sebenarnya Pria itu?
ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Suspicion
Mystery / Thriller"Cium aku, Mel.." Amel menatapnya bingung. "Apa?" "Cium aku. Sekarang juga." Ujarnya penuh penekanan, mengabaikan keterkejutan Amel yang semakin jelas. "Anggap saja aku sedang mabuk atau apapun. Tapi kumohon cium aku sekarang sebelum aku berubah p...