Bagian 17

3.6K 240 6
                                    

Alistar menatap lekat-lekat wajah pria tampan dihadapannya. Pria itu memang tampan kalau saja wajahnya tidak ditutupi rambut-rambut halus yang tumbuh di sepanjang wajah serta rambut yang kelihatannya tidak terawat. Tapi meskipun penampilannya tidak lebih dari seorang bapak-bapak pengangguran yang hidup dengan selembar kardus di bawah jembatan, Alistar tetap bisa melihat betapa tatapan Semmy begitu dalam, memancarkan kehangatan dibalik kesan dingin yang selalu diperlihatkannya.

"Tidak bisakah kamu merapikan dirimu sebelum kemari?" komentarnya ketika melihat sosok Semmy didepan pintu utama.

Semmy merebahkan dirinya di sofa setelah melempar mantel usangnya ke sembarang tempat. "Tidak, Kak. Aku harus mengawasi gerak-gerik beberapa orang besok. Aku harus tetap seperti ini jika tidak ingin ketahuan. Ngomong-ngomong, dimana Amelia?"

Alistar tidak langsung menjawab pertanyaan Semmy, dia malah berjalan menuju meja makan yang sudah penuh hidangan dan menunggu hingga Semmy duduk di hadapannya. "Dia bilang akan datang terlambat. Sepertinya sesi pemotretan kali ini lebih lama dari biasanya. Lagipula kenapa kamu bertanya padaku? Bukankah kamu lebih mengetahui jadwal dia?"

"Memang benar." Jawab Semmy. Seorang pelayan menuangkan segelas penuh air mineral dan Semmy langsung menghabiskannya dalam dua detik. "Tapi Amel bisa muncul kapan saja. Dan aku tidak ingin dia memberondongku dengan berbagai macam pertanyaan jika melihat penampilanku seperti ini."

"Aku tidak menyangkalnya. Gadis itu bahkan langsung terbang ke Jepang saat aku bilang kamu berada disana. Dan setelah tahu hotelmu kosong, dia mengamuk sampai aku berharap bisa menyamar juga, berurusan dengan Amel lebih mengerikan daripada dengan para dewan komisaris." Jawab Alistar yang segera disambut gelak tawa dari Semmy.

"Ah, bicara tentang dewan komisaris, sepertinya mereka sudah kehabisan akal untuk menyudutkanmu. Apakah mereka telah menyatakan penolakan tentang investasi pelabuhan di karawang?" tanya Semmy lagi, tidak peduli dengan mulutnya yang penuh daging steak.

Alistar menghela nafas dan berhenti memotong steak yang masih hangat itu untuk sejenak. "Belum. Tapi mereka pasti akan menolaknya. Apa sebaiknya kita hentikan saja proyek ini, Sem?"

"Tidak. Aku tidak mau kalau proyek ini sampai gagal. Kak, bukannya kamu tahu kalau pelabuhan adalah cara satu-satunya bagi kita untuk memantau penyelundupan obat-obatan ke Indonesia?"

"Tapi, apa kamu yakin semuanya akan berjalan seperti rencanamu? Sem, ini terlalu mencolok. Kita harus bersabar dan menunggu sedikit lagi."

"Aku sudah menunggu selama lima belas tahun dan aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Kak." Kedua bola mata Semmy menunjukkan tekadnya yang sudah bulat, hingga Alistar menghela nafas dalam-dalam.

"Baiklah. Semuanya akan aku bicarakan pada rapat bulanan dewan eksekutif nanti." Jawabnya pasrah. "Sem, seandainya proyek ini berhasil dan kamu sudah menemukan apa yang kamu cari, aku pikir.. aku sebaiknya berhenti menjadi CEO."

Terdengar denting pisau dan garpu yang membentur sisi piring dengan nyaring. "Kak!" geram Semmy kesal. "Aku sudah bilang kamu satu-satunya yang bisa menjadi CEO! JS bisa hancur kalau kamu meninggalkannya!"

"Tenanglah, Sem. Aku mengatakan berhenti menjadi CEO, bukannya pergi dari JS." dengan kerutan alis yang menunjukkan kekesalan, Semmy menatap Alistar yang masih saja tidak terpengaruh emosinya.

"Aku tidak ingin membahas masalah itu sekarang, Kak. Aku harus berkonsentrasi pada pencarianku dulu. Lagipula, sudah lima belas tahun kamu menjadi orang terpenting di JS, dan perusahaan itu membutuhkanmu lebih dari apapun."

"Entahlah. Ide untuk mundur dari jabatan CEO sepertinya cukup menyenangkan. Terlebih lagi beberapa minggu belakangan ini, entah kenapa masalah sepertinya belum juga habis."

"Kak, apa kamu sudah mendapatkan laporan dari tim IT?" tanya Semmy tiba-tiba, menolak untuk mengomentari perkataan Alistar sebelumnya.

"Sepertinya belum. Memangnya ada apa?" Tanya Alistar sedikit bingung. Semmy biasanya jarang sekali ikut campur dalam masalah IT karena dia tidak terlalu suka berkunjung ke gedung itu.

Semmy sempat terlihat ragu, tetapi dia akhirnya menceritakan apa yang terjadi pada malam ketika dia dan Olivia dijebak oleh sebuah pesan dari seorang Hacker bernama Falcon_33. Perlahan-lahan raut wajah Alistar berubah pucat, pelipisnya berkerut gelisah dan sebentar-sebentar dia menyeka keringat di dahinya. Tapi karena Semmy tidak terlalu memperhatikan perubahan air muka Alistar, dia sama sekali tidak menyadari bahwa Alistar sedang menutupi sesuatu.

"Gadis itu.. Dia Olivia antariksa, karyawan yang baru bekerja selama tiga bulan belakangan, bukan?" tanya Alistar dengan wajah datar, sebisa mungkin menyembunyikan kecemasannya yang sudah membuncah.

"Ya, benar. Dia benar-benar sudah berusaha keras untuk menemukan siapa falcon_33 itu. Kak, aku pikir kamu harus memberinya ucapan selamat atau apapun padanya."

"Tentu, tentu. Aku akan mengingatnya," ucap Alistar sambil berpikir keras, menyusun sebuah rencana baru. Dia harus cepat menyingkirkan gadis itu sebelum semuanya berantakan.

Mereka melanjutkan makan malam tanpa membicarakan masalah bisnis atau JS lagi. Kebanyakan dari percakapan mereka setelahnya hanyalah mengenai beberapa hal remeh seperti mobil Alistar yang sudah layak diganti atau tempat tinggal Semmy yang kelewat kumuh.

Sama sekali menghilangkan kesempatan bagi salah satu diantara mereka untuk menunjukkan kecemasan. Terlebih pada Alistar, yang sudah tidak sabar untuk duduk di depan meja kerjanya dan memikirkan cara bagaimana dia bisa menyelesaikan semuanya tanpa tercium oleh Semmy.

Dan salah satunya adalah Olivia antariksa.

Her SuspicionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang