Bagian 44

3K 209 3
                                    

"Ini, cepat ambil." Seru Amel tergesa-gesa. Olivia meraih sebuah kertas yang disodorkan Amelia dan bingung ketika dia menyadari bahwa itu adalah sebuah tiket pesawat.

"Kita mau kemana?" tanyanya bingung. Dia mendengar Amelia mendesah tidak sabar tapi tidak memalingkan pandangannya dari layar laptop.

"Tentu saja kita akan ke Brazil." Jawabnya enteng, mengabaikan seruan kaget Olivia. "Kita harus cepat, Olivia. Semmy dan Alistar dalam bahaya jika mereka benar-benar terlibat dengan organisasi itu." imbuhnya jelas-jelas panik.

Ketakutan Amelia seakan ikut mengalir pada Olivia, membuatnya mengacuhkan akal sehat dan mulai mempertimbangkan untuk menyusul Semmy. Karena sejujurnya dia sangat merindukan pria itu. Semua ingatan akan setiap sentuhan dan tatapan Semmy yang dalam benar-benar tak bisa berhenti berputar di kepalanya. Dia merindukan tatapan, kedua bola mata cokelat sempurna yang membuat dadanya kesusahan bernapas. Dia merindukan bisikan sensual pria itu, tarikan napasnya bahkan pertengkaran-pertengkaran mereka. Dia ingin memastikan bahwa Semmy baik-baik saja. Karena dia belum menemukan satu kabar pun baik dari Semmy ataupun Alistar. Keberadaan mereka berdua sama misteriusnya saat ini.

"Aneh." Ucap Amel tiba-tiba. "Menurut J4, organisasi itu sudah nyaris di bubarkan empat belas tahun lalu. Tapi karena beberapa alasan mereka tetap bertahan dan selama sepuluh tahun belakangan, organisasi itu menutup diri dari semua kegiatan. Tapi sepertinya dalam lima tahun ini mereka sudah bergerak perlahan-lahan, menguasai beberapa pasar Narkotika di dunia dan mulai memperluas wilayah kekuasaan mereka di bawah pimpinan Isaías 'Esquisito' (Weird) Moreira do Nascimento-Isaías si Aneh." Amel membacakan balasan e-mail J4 dengan cepat dan tanpa jeda.

"Tapi tunggu..kalau begitu semuanya cocok!" seru Amel keras. Olivia terlonjak dan menatapnya penuh tanya. "Aku yakin itulah alasan kenapa Alistar menolak untuk menyetujui usul Semmy yang menginginkan investasi pelabuhan Karawang. Dia pasti tahu bahwa Organisasi itu ingin menyelundupkan LAD ke Indonesia melalui pelabuhan dan Ali tidak mau hal itu terjadi. Aku rasa karena itulah dia pergi ke Brazil."

Perlahan-lahan kesadaran itu menghantam Olivia dan Amelia. Benar, semuanya berhubungan. Tentu saja Semmy tidak mengetahui kenyataan ini. "Apakah kamu juga berpikir.. mungkin saja organisasi itu adalah mafia yang membunuh orangtua Semmy?" suara Olivia bergetar saat dia bertanya. Ketakutan semakin membuncah di dadanya ketika melihat wajah Amelia yang memucat.

"Kalau itu benar, berarti Semmy benar-benar butuh pertolongan." Jawabnya lirih.

Kurang dari dua jam kemudian, mereka sudah memasuki Bandara Soekarno Hatta dengan terburu-buru. Sudah lewat tengah malam dan tidak ada tanda-tanda bahwa bangunan ini akan beristirahat meski matahari telah kembali ke peraduannya. Di sana-sini terlihat orang-orang yang hilir mudik, penjaga berseragam, petugas bandara dan pramugari-pramugari yang baru pulang dari perjalanan udara. Olivia merapatkan mantelnya dan memperbaiki poninya dengan canggung.

Amel mengusulkan agar mereka mengganti penampilan karena dia yakin anak buah Jhon sedang mencari mereka ke seluruh penjuru kota. Jadi dengan segala fasilitas kelas satu, Amelia mendatangkan dua orang make up artist dan dalam waktu dua puluh menit, Olivia sudah menjadi seseorang yang berbeda.

Hanya dalam kurun waktu tiga jam setelah berhasil memperoleh informasi, mereka berdua sudah bersiap untuk meninggalkan Indonesia. Olivia sendiri tidak mengerti bagaimana Amel bisa menyiapkan semuanya. Mereka setuju untuk berangkat ke Brazil dan Olivia mengeluh bahwa waktu mereka tidak akan cukup untuk mengajukan visa ke Brazil. Tapi kemudian Amel malah menyuruhnya berdiri lalu mengambil foto wajahnya yang baru selesai di make up. Dan setengah jam kemudian, sebuah paspor baru sekaligus kartu identitas baru atas nama Rosaline telah aman di sakunya.

Dia ingat ketika Amel menjelaskan bahwa pekerjaan ayahnya yang selaku pengacara terkenal telah membuatnya bertemu dengan berbagai macam orang dengan banyak profesi. Termasuk pemalsu KTP, Paspor dan bahkan pengedar obat bius. Amelia berkilah bahwa kali ini mereka dalam keadaan darurat, jadi mereka tidak memiliki pilihan lain. Meskipun begitu Olivia yakin ini bukan kali pertama Amel memiliki paspor palsu.

Her SuspicionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang