Satu minggu kemudian..
Olivia menaiki anak tangga dengan napas terengah-engah. Stiletto yang dia kenakan memperlambat gerakannya, dia tahu itu, tapi Olivia tetap tidak ingin melepaskan benda itu. Dia harus tetap memakainya jika ingin penampilannya sempurna. Malam ini pengumuman resmi mengenai identitas asli Semmy akan diberitakan secara luas. Mereka memang baru tiba di Jakarta kemarin sore, karena pihak Interpol menahan mereka di New York selama lima hari. Tetapi karena telah meninggalkan perusahaan tanpa kabar, Alistar dan Semmy sama-sama dicecar ribuan pertanyaan dari berbagai pihak. Media massa bahkan sengaja menanti di depan gedung JS selama berhari-hari demi mendapatkan jawaban konkret mengenai keberadaan Alistar dan Semmy yang menghilang secara misterius.
Media Internasional memberitakan penangkapan Isaías di Rio de Janeiro dengan terperinci, membuat nama semmy dan Olivia di sebut berulang kali. Hanya Amel dan Alistar yang lolos dari sorotan kamera serta Interpol karena gadis itu ternyata melaporkan peristiwa penculikan Olivia dan lokasi pembuatan LAD pada Interpol tanpa menyebutkan keterlibatan Alistar dan dirinya. Amelia beranggapan bahwa masa lalu Alistar yang kelam akan membuat Interpol ikut menahannya bersama Isaías. Jadi, setelah keributan kecil di Rio de Janeiro itu, mereka akhirnya mendengar keputusan bahwa Isaías akan di tempatkan di sebuah penjara khusus di Virginia selama empat puluh tahun. Pihak Interpol menjamin PCC sudah benar-benar bubar dan telah menyita seluruh benda yang mereka miliki. Dengan kata lain, mereka bisa tetap mengunjungi Rio de Janeiro tanpa perlu ketakutan lagi. Well, mungkin tidak termasuk Favela..
Begitu menjejakkan kaki di anak tangga terakhir, Olivia merapikan dulu penampilannya sebelum mendorong pintu di depannya. Angin berhembus menyambut kedatangannya, membuat rambutnya sedikit berantakan dan ujung gaunnya berkibar. Olivia berdiri di ambang pintu, menatap punggung seseorang yang langsung membuat jantungnya meninggalkan ketenangan. Dan perlahan, pemilik punggung itu berbalik, menunjukkan wajahnya yang tanpa cela pada Olivia.
Semmy Tedjakusuma sedang menatapnya tersenyum. Wajahnya seperti malaikat yang muncul dari langit secara tiba-tiba. Semmy mengenakan kemeja putih dengan dasi kupu-kupu yang melingkari lehernya. Celana hitam serta sepatu Laced Up berwana cokelat tua membuatnya terlihat seratus kali lebih gagah, lebih rupawan, bahkan lebih sempurna. Sebelah tangan Semmy memegang segelas wine sementara sebelahnya lagi tengah berada di saku celananya. Olivia ingin mengabadikan pemandangan yang sedang disaksikannya dengan jelas, agar dia masih bisa mengingat hal ini ketika dia memasuki masa tuanya.
"Kemarilah." Ujar Semmy merdu. Pria itu menelengkan kepalanya dan menanti Olivia yang berjalan kikuk.
Semmy mengambil jasnya yang ternyata tersampir di ujung kursi panjang dan langsung menyelimuti pundak Olivia, membuatnya tersipu.
"Cantik sekali." Bisik Semmy. Pria itu mendekatkan tubuhnya dan Olivia merasa jantungnya telah kabur ke Antartika."Lihat aku, Olivia Antariksa.."
Mata Olivia langsung menemukan sepasang manik cokelat muda kesukaannya, berada tak jauh dari jangkauannya dan dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari tatapan Semmy yang begitu dalam. "Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi selain berterima kasih padamu. Karena tanpa bantuanmu aku tidak mungkin berada di sini. Tapi aku ingin tahu, kenapa kamu mengabaikan permintaanku untuk menunggu di Jakarta?"Olivia bungkam sejenak. Dia menarik napanya dalam-dalam dan menjawab dengan nada menyesal. "Aku mengkhawatirkanmu, Sem. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu."
Semmy terdiam dan menutup matanya. "Bagaimana kalau aku sekarang meminta kamu menunggu lagi?" tanyanya berhati-hati.
Jantung Olivia seakan bisa merasakan dinginnya air laut Rio de Janeiro yang membekukan sekujur tubuhnya. Dia tidak bisa menahan kesedihannya ketika bertanya pada Semmy. "Kamu akan pergi kemana?"
Tidak ada jawaban, Semmy malah merapatkan tubuhnya pada Olivia. "Aku hanya butuh sepuluh menit. Bisakah kamu menuntup matamu untuk sepuluh menit, Livi? Setelahnya aku janji akan menjelaskan."
Olivia mengangguk dan menutup matanya. Dia mulai menghitung dalam hati dengan seluruh tanda tanya memenuhi rongga tubuhnya. Terdengar langkah kaki Semmy yang semakin menjauh dan perasaan kecewa menggelayutinya. Apakah pria itu pergi diam-diam? Tapi kenapa?
Olivia terus menghitung dalam hati, meskipun dadanya sesak oleh kesedihan. Ketika hitungannya mencapai angka enam ratus, Olivia masih belum mampu membuka matanya, dia takut mendapati bahwa Semmy ternyata benar-benar meninggalkannya lagi.
Baru setelah menarik napas dalam-dalam, Olivia membuka kelopak matanya perlahan dan airmatanya langsung tumpah. Kekagetannya tak bisa dia sembunyikan ketika menemukan Semmy tengah berdiri di ujung pagar pembatas, dengan tangannya mengulurkan sebuah buket bunga mawar yang cantik. Tapi bukan itu yang memecah emosinya, membuat tangisannya berubah dari sedih menjadi haru, melainkan ketika gedung-gedung di belakang Semmy padam secara serentak dan meninggalkan beberapa petak cahaya yang mengukir sebuah kata untuknya:
Will You Marry Me?
"Menikahlah denganku, Olivia Antariksa." Suara Semmy menyusup ke telinganya, membuat tangisannya lolos lebih keras. Pria itu mengulang perkataannya dan menambahkan pertanyaan paling tidak penting: "Maukah kamu menikah denganku?"
"I do. I will definitely do." Jawab Olivia dengan airmatanya yang masih tumpah. Detik itu juga Semmy menghambur padanya dan mendekapnya erat. Bibirnya menemukan bibir Olivia dengan cepat. Mereka berciuman di tengah hembusan angin yang tiba-tiba berubah menjadi hangat. Menyelimuti perasaan mereka dengan luar biasa nyaman. Jika sebelumnya Olivia merasa sepuluh menitnya sia-sia, kini dia mengganti memorinya, menanam sebuah ingatan baru yang akan ia kenang selamanya.
"Aku mencintaimu, Semmy..." Bisik Olivia diantara ciumannya.
"Terima kasih sudah mencintaiku, Sayang. Sekarang giliranku untuk mencintaimu seumur hidupku." Tandas Semmy tanpa keraguan, membuat Olivia merasa yakin bahwa pria itu benar-benar akan terus mencintainya.
Seumur hidupnya.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Suspicion
Mystery / Thriller"Cium aku, Mel.." Amel menatapnya bingung. "Apa?" "Cium aku. Sekarang juga." Ujarnya penuh penekanan, mengabaikan keterkejutan Amel yang semakin jelas. "Anggap saja aku sedang mabuk atau apapun. Tapi kumohon cium aku sekarang sebelum aku berubah p...