Alistar Prasetio mendengus saat matanya melihat karyawan baru yang minggu lalu baru saja Ia rekrut sebagai karyawannya. Matanya menelusuri penampilan gadis itu dari atas hingga ke bawah. Baru hari pertama bekerja dan gadis ini sudah berkelakuan minus, tiba 9 menit lebih lama dan penampilannya terlihat mengerikan. Meskipun gadis ini berusaha tersenyum namun tetap saja pelipisnya penuh tetesan keringat dan matanya jelas-jelas menunjukkan kecemasan.
Tapi..ya Dia memang seharusnya cemaskan?
"Terlambat sembilan menit di hari pertama, Olivia?" Ali sengaja menekan kata terlambat, membuat efeknya langsung terlihat di wajah Olivia yang syok. Olivia diam dan senyumnya mulai memudar.
"Ini hari pertamamu bekerja dan aku tidak mau menghabiskan waktuku untuk menceramahimu tentang betapa pentingnya kedisiplinan di perusahaanku."
Gadis di hadapan Ali menunduk lebih dalam, tubuhnya seakan mulai merosot dihisap lubang tak kasat mata. "Sekarang tunggu Doni, dia senior yang akan membimbingmu, dia akan menujukkan ruanganmu di gedung sebelah."
Ali pikir Olivia hanya akan mengangguk dan menunduk menatap lantai sampai ia pergi tetapi yang terjadi malah kebalikannya. Olivia mendongak dan kedua mata gadis itu melebar, menatapnya terkejut.
"Maksudnya aku tidak bekerja di gedung ini?" tanyanya dengan suara melengking.
"Tentu saja tidak," jawab Ali cepat-cepat. "Gedung ini khusus untuk team inti, dan gedung administrasi ada di sebelah. Bukankah kamu mendaftar sebagai IT Server di perusahaan ini."
"Tid...Ah, yaa.." jawab Olivia menghentikan sangkalan bodohnya dengan menunduk lagi. Jelas sekali wajahnya diliputi perasaan kecewa. Tetapi sebersit pertanyaan mengganggu Ali, mengapa gadis ini mendaftar di bagian IT jika dia ingin bekerja di bagian lain di perusahaan ini?
Meskipun pertanyaan itu menyita perhatiannya, Ali tetap bangkit dan melewati Olivia yang tersenyum dan membungkuk, sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Olivia sendirian di tengah ruang meeting yang kosong dan sunyi.
Ali baru saja akan menaiki lift khusus ketika dia mendengar keributan di ujung ruangan. Buru-buru dia mendatangi kerumunan orang yang terdengar kesal dan sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Ali berdeham dan kerumunan di depannya terkejut lalu langsung membungkuk penuh hormat.
"Ada apa?" tanyanya tanpa ekspresi.
"Pak," ujar salah satu pegawainya lega. "Saya baru saja hendak menuju ruangan bapak. Saya ingin memberitahu bahwa OB ini telah menumpahkan air sabun di lantai satu dan membuat saya terpleset. Karena ulahnya itu desain-desain saya menjadi basah dan saya tidak bisa mempresentasikannya untuk meeting pagi ini," keluhnya mantap.
"Desi," panggil Ali kepada karyawannya yang memegang berlembar-lembar kertas basah. "Kamu pergi libur untuk hari ini. Buat ulang semua desainmu dan aku akan mengatakan kepada Ketua Tim finansial untuk menunda rapat. Dan kamu, Semmy, ikut aku ke ruangan meeting sekarang."
Kerumunan mulai membubarkan diri satu persatu sementara Desi memandang bosnya dengan frustasi sebelum akhirnya ikut pergi, ke arah yang berlawanan dengan Ali.
Mereka sampai di ruangan meeting, dimana Olivia yang sedang menanti Doni di ruangan itu menatap mereka dengan heran. Ali berusaha untuk tidak mengacuhkan gadis itu dan segera memelototi pria di hadapannya dengan galak.
"Kali ini apa lagi?" desahnya kesal. "Bahkan belum tengah hari dan kamu sudah membuat keributan? Jelaskan padaku." Perintah Ali lalu merebahkan tubuhnya ke kursi terdekat.
Tidak ada jawaban apapun dan Ali mendesah lagi. "Kamu tidak mau mengatakan apapun setelah menumpahkan air sabun di tangga?"
"Maaf," ujar sebuah suara dan Ali terkejut ketika melihat Olivia kini sudah berada di sebelahnya.
"Itu bukan perbuatannya, aku lah yang menumpahkan air itu."
Pengakuan Olivia membuat Ali dua kali lebih terkejut sekarang. Tatapan elangnya menyapu wajah Olivia yang berdiri di hadapannya dengan pipi merah padam karena malu. "Jelaskan." Perintah Ali dengan suara keras.Olivia menjelaskan semuanya dengan terbata-bata dan kikuk. Logat jawanya kembali terasa membuat semua ucapannya terkesan lucu namun sepertinya dia tidak berbohong, walaupun kedua matanya memilih menatap lantai dibandingkan mata Ali. Tadinya dia ingin marah dan berencana akan memecatnya jika masa trainingnya sudah selesai namun entah kenapa pikirannya berubah ketika melihat tubuh Olivia yang gemetaran menunggu eksekusi darinya.
Ini pertama kalinya dia melihat gadis seperti ini. Tidak banyak orang yang bersedia mengakui kesalahan mereka. Terlebih di hari pertama bekerja dan reputasi Olivia sendiri tidaklah begitu bagus tapi dia berusaha mengakui perbuatannya.
"Kalau begitu ini semua kesalahanmu, Olivia. Aku tidak perlu menjelaskan padamu bahwa kamu sudah memiliki nilai minus dan karena ini hari pertamamu bekerja, aku akan berusaha melupakannya. Tapi ingat, jika ada kesalahan-kesalahan lain dalam masa trainingmu, aku akan segera memecatmu."
Olivia mengangguk dengan mata berbinar dan kelegaan yang terpapar jelas di wajahnya. "Terima kasih," ujarnya lalu membungkuk dalam-dalam.
"Baiklah, untuk sementara, temani Olivia sampai Doni tiba. Dan aku harap kamu tidak membuat keributan apapun lagi, ingat Semmy! Keributan apapun!" ucap Ali dan menatap Semmy penuh arti, kemudian keluar dan menuju ruangannya di lantai teratas. Sedangkan yang di beri petuah hanya menghembuskan nafasnya lelah dan terkesan malas.
ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Suspicion
Mystery / Thriller"Cium aku, Mel.." Amel menatapnya bingung. "Apa?" "Cium aku. Sekarang juga." Ujarnya penuh penekanan, mengabaikan keterkejutan Amel yang semakin jelas. "Anggap saja aku sedang mabuk atau apapun. Tapi kumohon cium aku sekarang sebelum aku berubah p...