Tiada yang tahu bersebab pilunya. Mulut terbungkam meratapi nasib sedang bibirnya membiru tergigit nyeri. Hatinya remuk menahan sakitnya dada. Melihatnya saja ia enggan berlari. Hatinya berkecamuk pilu. Suara lirihnya masih terdengar jelas save me, save me.
Aleppo berdarah, Aleppo berdarah
Menggemparkan kaum muslimin
Salahkah bila kami hidup
Berpasang pasang mata hanya terbungkamTerima kasih yang sudah membaca puisi ini. Happy momen ya with
~lika liku di udara~