[Her - 3]

1.2K 134 32
                                    

Aku memicingkan mataku memastikan bahwa kini sosok yang berdiri membelakangiku memanglah Shim Changmin. Pasalnya, tidak mungkin kakakku itu sudah keluar dari kamarnya saat jarum jam belum menunjukkan pukul satu siang.

"Oh, kau sudah ingin bekerja?" sosok itu pun berbalik dan membuatku melebarkan mata tak percaya.

"Oppa... Gwaenchana?" tanyaku memastikan sambil berjalan mendekati meja makan. Tubuh tegapnya tampak sibuk membawa makanan dari dapur ke meja makan, dan aku tidak berniat membantunya sama sekali.

"Singkirkan tatapan jelekmu itu jika tidak ingin nafsu makanku hilang." ucapnya tanpa menoleh padaku sedikitpun.

"Apa kau sedang demam? Kenapa kelakuanmu sangat aneh hari ini." tanyaku

Changmin menghela nafas sejenak dan menatapku dengan tatapan minta maaf. Cih, tatapan yang paling ku benci.

"Aku akan pergi sekitar tiga atau lima tahun."

"Eodi?"

"Ke daerah-daerah terpencil untuk melakukan Ko-ass." jelasnya menunggu respon ku.

Aku memalingkan wajah dan segera memakan sarapanku dengan cepat.

"Kau bisa tersedak."

Aku tidak menghiraukan peringatannya dan semakin cepat mengunyah meski sesekali harus menepuk dada karena makanan yang belum tertelan sempurna.

"Terima kasih makanannya. Aku pergi. Kunci pintu seperti biasa jika kau akan berangkat." ucapku datar dan segera berlalu pergi.

🍰

Aku berusaha memfokuskan pandanganku yang berkali-kali buram karena liquid bening yang sejak tadi mendesak keluar.
Beberapa kali bahkan scooter-ku nyaris hilang kendali dan membuat pengemudi kendaraan roda empat melemparkan sumpah serapah padaku.

Akhirnya, merasa tidak kuat untuk terus menahan rasa sesak itu. Aku pun menepikan Scooty disebuah taman kota.

"Bodoh... Shim Changmin benar-benar bodoh! Hiks... Hiks..."

"Seharusnya kau mengajakku saja. Bukan meninggalkanku disini. Apa kau tidak ingat pesan Appa padamu sebelum dia pergi ke Prancis?" aku masih bermonolog sendiri. Tanpa memperdulikan keadaan sekitar.
"Buat apa aku berusaha mati-matian belajar dan ikut akselerasi jika akhirnya kau meninggalkanku sendirian!" ucapku sedikit bergumam.

"Ini untukmu." aku mengerjap ketika mendengar sebuah suara mengintrupsi kegiatan menyendiriku.

Perlahan dengan enggan, aku mengangkat wajahku dan menyipitkan mata karena silau ketika seseorang berdiri dihadapanku dengan posisi membelakangi matahari.

"Neo..."

"Kita bertemu lagi. Shim Chanrin!" ucapnya dengan senyuman tipis khas dirinya.

Mataku melebar dengan mulut terbuka ketika dia bergeser dan duduk disampingku.

"Kau tidak merindukanku?" tanyanya yang ku balas pelukan erat.

"Bogoshipo..."

🍰

"Mian, aku terlambat." ucapku tergesa sambil mengikat tali celemek.

"Kau bukan hanya terlambat. Kau bahkan tidak datang saat breakfast service." ucapnya dengam senyuman kecil. Dahinya mengernyit ketika melihat kearahku. Oh, tidak usah dijelaskan mungkin dia bertanya-tanya ada apa dengan kedua mataku.

"Matamu..." benar kan, dugaanku.

"Hanya kurang tidur, hehe. Jadi, meja mana yang harus ku antar pesanannya?" tanyaku mengalihkan Joong Ki -chef yang bertugas- dari topik mataku. "Ah, ne. Ini. Antarkan ke meja nomer lima." ucapnya seraya memberikan piring yang langsung ku susun rapi di atas nampan.

"Setelah itu, antarkan pesanan meja nomer 12." serunya sesaat sebelum menghilang dari dapur untuk mengantar pesanan.

Tepat jam 11 malam, setelah dinner service selesai. Aku segera menuju ruang ganti. Gerakan tanganku berhenti saat hendak mengambil kaos yang akan ku gunakan, saat menemukan box kue didalam lokerku.

"Apa dia seorang penguntit? Kenapa terjadi lagi di Diamond?" tanyaku merasa aneh.

"Apa si pengirim orang yang bekerja di cafe dan The Playground?" tanyaku sambil menimbang box kue tersebut.

"Ahhh molla.. Molla... Lebih baik kita lihat surat yang dikirimkannya saja."

Untuk Chanrin
Yang terlihat sedih

Tadi pagi, aku tidak sengaja melihatmu menangis ditaman. Kau baik-baik saja?

Aku tau, mungkin terkesan lancang jika aku selalu ingin tau tentang keadaanmu. Maaf.

Melihatmu menangis seperti itu membuatku juga ikut merasakan kesedihanmu.

Terima kasih surat balasannya. Aku sudah menerimanya kemarin. Kau tau, bahkan aku tidak menyangka kau mau membalas suratku dan sekarang perasaanku sangat senang. Gomawo ^^

Dari HJ
Yang senang karena balasanmu

Piece of Cake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang