[Him - 8]

914 92 17
                                    

Saat ini, kami sedang cuddling disofa bed rumah yang sempat kami tinggalkan. Ya, kami memutuskan untuk melihat rumah kami yang sudah lama tidak ditempati. Karena istriku memaksa untuk berkunjung kemari.

Meskipun kami tidak pernah kesini, namun rumah ini tetap terawat karena jasa pembersih rumah yang ku sewa akan berkunjung dua hari sekali.

"Oppa."

"Hm?"

"Apa kau selalu mencari pelampiasan?"

Aku menoleh padanya, mengalihkan sejenak tatapanku dari layar datar di depan kami yang sedang menayangkan acara verity show dan nembalas tatapannya serta mencium dahinya. "Tidak pernah. Sekalipun."

"Masa laluku sudah cukup rumit, perselingkuhan orang tua ku sudah cukup menjadi cambukan kuat agar aku tidak melakukan hal yang sama." lanjutku masih menatap matanya yang kini sudah berkaca-kaca. "Tapi aku sudah selingkuh. Hiks. Aku.. Aku merasa kotor saat ingatan itu muncul. Hiks. Aku takut. Hiks."

"Sst, jangan menangis babe. Kesalahanmu mungkin teguran bagiku karena aku belum menganggapmu sebagai istri sesungguhnya." ujarku sambil mengusap air matanya dengan ibu jariku. "Maksudmu?" dia bertanya ditengah tangisannya.

Aku menghela nafas dan menarik tubuhnya lembut hingga berada diatas tubuhku. Memeluknya erat dengan perasaan rindu dan penyesalan yang berkecamuk didada. "Aku menikahimu, karena aku tau kau menyayangiku. Aku pun juga menyayangimu, hanya saja bukan sebagai kekasih atau yang lainnya." aku menahan posisi tubuhnya agar tetap berbaring. "Kau adalah peri pelindungku, dan aku merasa sangat beruntung karena memilikimu."

"Jadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi... Kau tidak mencintaiku?" bisiknya

"Tentu saja aku mencintaimu, perasaan itu muncul saat kau selalu menyambutku saat pulang kerja. Lagipula, rasa cinta itu selalu bersamaan dengan rasa sayang, hanya saja perasaan itu tidak terlalu mendominasi."

Tubuhnya kembali bergerak dan kali ini aku tidak menahannya. Dia menopangkan dagunya dan menatapku dengan senyuman manis yang membuatku gemas.

Cup

Aku tersenyum saat matanya mengerjap setelah aku mencium kilat bibirnya. Dia tidak pernah berubah, bahkan rona merah itu tetap sama. Menjalar dipipinya hingga ke telinga. Membuatku kembali gemas dan menarik kepalanya mendekat. Mengigit pelan pipinya hingga dia tertawa, dan mengulum telinganya lembut.

"Oppa.." dia memekik kecil saat bibirku mulai menelusuri lehernya. Dengan sekali gerakan tubuh kami langsung berpindah posisi.

"Op-paahhh."

Aku menjauhkan wajahku dari lehernya dan tersenyum puas saat melihat bercak kemerahan disana. Wajahnya yang semakin memerah membuat sesuatu yang lama tertidur kini melonjak naik.
"Oppa... Hajiman.. Tubuhku kotor... Hhh.. Akummmmph." ku bungkam bibirnya yang sejak tadi menggodaku agar dia tidak melanjutkan kalimat sialan yang merusak segalanya dan tanpa pikir panjang aku menggendong tubuhnya ke kamar kami.

"Kauhhh... Bilang tubuhmu kotorhhh? Kalau begitu, akan ku bersihkan hingga kotoran itu hilang dari tubuhmu." ucapku yang kemudian kembali membungkam bibirnya dan melanjutkan aktifitas kami.

********************

Keep comment and vote

Enjoy it,

Piece of Cake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang