[Him - 7]

766 95 9
                                    

Aku meremas pelan surat yang awalnya akan ku berikan padanya. Sayang, mungkin nasib baik sedang tidak berpihak padaku. Dia datang tepat saat aku akan meletakkan box kue.

Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari, dan mataku tidak bisa terpejam menanti apa yang akan terjadi pagi ini.

Berbagai pikiran negatif sudah berputar menghancurkan pikiran positif yang sedang ku bangun.

"Sebaiknya aku tidur. Mungkin ini efek lelah jadinya aku tidak bisa berfikir jernih." gumamku dan memaksakan untuk tidur.

🍰

Ocean Cafe, 10.00 am

Aku tersenyum melihatnya berjalan memasuki cafe dan menatap sekeliling sebelum akhirnya berjalan ke arah meja yang ku tempati. Mataku sejak tadi tidak lepas dari lehernya, disana kalung yang ku berikan kemarin melingkar dengan cantik seolah disanalah kalung tersebut berada.

"Jadi... Ada apa?" tanyanya to the point

"A--"

"Sebelumnya boleh aku bertanya sesuatu?" dia memotong sebelum aku sempat bersuara. "Tentu, kau boleh tanya apapun."

Dia mengangguk kemudian diam sejenak, "Apa kita pernah menikah?"

Pertanyaan yang meluncur dari bibirnya membuatku bungkam. Diluar dugaan, dia langsung bertanya seperti itu yang membuatku harus memutar otak agar jawabanku tidak membuatnya kesal.

"Kenapa kau menanyakan itu?"

"Ck, jawab saja. Bukankah tadi kau bilang, aku boleh bertanya apapun."

Aku menghela nafas, "Kau memang boleh bertanya apapun. Tapi tidak dengan yang itu. Aku... Aku hanya takut jawabanku akan berdampak buruk untukmu."

Dia menyenderkan punggungnya dan menatapku dengan tangan bersilang didada. Tatapannya seolah menilai ucapanku barusan adalah kebohongan atau fakta.

"Beberapa minggu yang lalu, saat aku membersihkan gudang, aku menemukan sebuah box berisi barang-barangku. Selain itu aku juga menemukan bingkai foto yang sama dengan milikmu. Serta surat nikah dan berkas penting lainnya. Termasuk cafe Mew Mew.

"Aku nyaris tidak percaya dengan semua benda itu, namun saat membaca surat nikah, disana ada namamu dan namaku. Lalu... Album foto berisi foto-fotomu dan aku. Apa maksudnya? Jika memang kita menikah dan kau suamiku, kenapa aku tidak mengingatmu sama sekali?!"

"Kau amnesia. Kecelakaan dua tahun lalu yang kau alami membuat sebagian memori hilang. Dan memori yang hilang adalah segala ingatan tentang diriku."

"Kau bohong!"

Aku tersenyum tipis, "Sudah ku katakan bahwa aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Kecelakaan itu juga membuat syaraf ingatan mu mengalami syok, jika aku memaksamu untuk mengingat semuanya maka..." aku bisa kehilanganmu.

"Aku harus pergi, jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, temui saja aku di cafe." ujarku segera berdiri

"Tunggu!" dia menahan lenganku saat melewatinya. "Apa status kita masih suami istri?" tanyanya dengan tatapan panik.

"Tentu. Sampai kapan pun aku tidak akan berpisah denganmu, kecuali itu kehendak Tuhan." jawabku dan kembali berjalan.

Aku berhenti dan menoleh ke dalam cafe untuk melihatnya yang masih kebingungan. Ingin rasanya aku berlari kembali untuk memeluknya, tapi secepat mungkin aku hilangkan keinginan itu.

Keputusanku sudah benar, biarkan dia mengingat semuanya sendiri. Ku harap Tuhan segera mengabulkan do'a ku agar ingatannya cepat pulih dan kami kembali bersama.

Karena aku... Merindukannya.

***************

Akhirnyaaaaaa.... Bisa publish juga part ini karena dari tadi sinyal hilang karena cuaca #curhat

Have enjoy it...

Jangan lupa ⭐ dan komen,

Piece of Cake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang