Sakura menyenderkan tubuhnya di kursi pesawat dan memejamkan mata. Ia merasa lelah setelah perjalanan pulang dari Kyoto dengan kereta yang langsung diteruskan dengan penerbangan ke Seoul.
Namun sungguh aneh. Ia sama sekali tak bisa tertidur meskipun saat ini ia berada di penerbangan dengan kelas bisnis yang jelas lebih nyaman dibandingkan kelas ekonomi.
Sakura melirik Sasuke yang duduk disampingnya. Lelaki itu membaca katalog belanja di penerbangan seolah tertarik untuk berbelanja, membuat Sakura tersenyum kecil.
Di kursi belakang Sakura, ibunya dan ibu Sasuke terdengar asik mengobrol membicarakan berbagai hal, mulai dari resep masakan hingga pekerjaan.
Sakura merasa benar-benar bosan. Ia merasa terlalu lelah untuk membaca atau menonton televisi, namun ia tak bisa mengaktifkan data seluler untuk menghubungi temannya. Lagipula teman-temannya pasti akan sama lelahnya dengan dirinya.
Sakura merogoh tasnya dan berusaha mengambil earphone. Ia berniat mendengarkan lagu dan memejamkan mata, namun tangannya meraih dua buah plastik kecil dan seketika teringat dengan oleh-oleh dari Naruto untuk Sasuke yang dititipkan padanya.
Sakura hampir mengeluarkan kantung itu dan menyerahkannya pada Sasuke, namun ia segera mengurungkan niatnya. Ia teringat jika ia sendiri membeli oleh-oleh untuk lelaki itu dan menahan rasa malu ketika teman-temannya meledeknya. Sakura memutuskan untuk menyerahkan oleh-oleh yang ia beli bersamaan dengan oleh-oleh yang Naruto titipkan padanya.
"Sasuke-san," Sakura segera menepuk bahu Sasuke yang duduk disampingnya. Lelaki itu segera mengalihkan pandangan dari katalog belanja yang ia baca dan melirik Sakura.
"Hn?"
"Aku ingin tidur. Jika pramugari memberikan makanan untukku, ambil saja makanan itu. Aku tak ingin memakannya."
"Kau tidak lapar?"
Pertanyaan Sasuke membuat Sakura terkejut. Sejak kapan lelaki sedingin itu bersikap peduli pada orang lain? Atau jangan-jangan, inikah yang dimaksud Itachi dengan kepribadian Sasuke yang sebenarnya?
Sakura menggelengkan kepala. Sebetulnya ia agak lapar setelah melewati makan malam dan emnggantikannya dengan makanan ringan. Namun ia terlalu malas untuk makan.
"Tidak. Aku sudah makan di kereta."
"Arigato."
Sakura tak menjawabnya dan ia segera menyandarkan tubuh ke kursi serta memasang earphone. Ia memejamkan mata dan tertidur dengan cepat.
.
.
Sakura setengah tersadar ketika ia merasakan seseorang mengangkat tubuhnya dari kursi pesawat dan merasakan kedua tangan orang tersebut menopang tubuhnya.
"Sakura! Kau masih tidak mau bangun ju-"
Sakura terkejut mendengar suara ibunya yang tampak kesal. Namun ia matanya terasa berat untuk dibuka. Ia benar-benar mengantuk.
Terdengar suara Mikoto yang memutus ucapan Mebuki, "Sudahlah. Biarkan saja. Sakura pasti benar-benar lelah hingga tertidur pulas."
"Anak ini benar-benar sulit dibangunkan. Sangat memalukan," keluh Mebuki dengan jengkel. "Aku merasa tidak enak pada Sasuke-kun. Dia jadi harus menggendong Sakura."
Sakura terperanjat saat mendengar ucapan ibunya. Ia ingin segera turun, namun ia tak tahu dimana ia berada. Jika saat ini Sasuke sedang berada di pintu keluar pesawat dan berniat menuruni tangga, pasti akan sangat merepotkan jika harus menurunkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixth Sense
Fanfiction(Highest Rank #429 in Fanfiction) Haruno Sakura adalah seorang siswi transfer dari sekolah khusus wanita yang baru saja ditutup. Ia mendapat undian untuk duduk bersama dengan Uchiha Sasuke, putra dari keluarga konglomerat yang terkucilkan akibat per...