"Lho? Mengapa kau terkesan membelanya, sih? Jangan-jangan kau jatuh cinta padanya, ya?"
Sakura menggelengkan kepala menanggapi ucapan Ino. Mana mungkin ia semudah itu jatuh cinta pada Sasuke? Perasaan yang dimilikinya pada lelaki itu hanyalah rasa kasihan.
"Kapan aku membelanya, pig? Itu hanya perasaanmu saja."
Ino menyeringai, "Buktinya kau menyangkal saat Tenten bilang jika dia merasa kasihan padamu karena menghabiskan satu minggu bersama Sasuke."
"Ya karena aku merasa biasa-biasa, saja."
Tenten ikut menyeringai, "Hati-hati. Rasa benci bisa berubah menjadi cinta, lho. Setelah kau merasa benci, lalu biasa-biasa saja, sebentar lagi kau akan jatuh cinta padanya."
Sakura menghela nafas panjang, "Kalian juga ikut merasa jijik padanya, kan? Bagaimana jika kalian nanti juga jatuh cinta padanya?"
Ino dan Tenten terdiam sejenak. Ucapan Sakura membuat mereka merasa tertohok dan malu membayangkan jika mereka benar-benar jatuh cinta pada Sasuke.
"Tidak mungkin. Cintaku adalah Sai tahu!" ucap Ino dengan suara keras, namun setelahnya ia menundukkan kepala ketika menyadari beberapa orang meliriknya.
Sakura tersenyum tipis. Wajah Ino kini terlihat merah padam dan kepalanya tertunduk. Ia merasa benar-benar malu dengan apa yang ia ucapkan.
"Sejak kapan kau jadian? Mengapa aku dan Tenten tidak tahu? Ya ampun, pig!"
Wajah Ino semakin memerah, "Uh.. sebenarnya kami belum jadian, sih. Itu... aku yang suka padanya."
Sakura dan Tenten tertawa keras. Ucapan Ino terdengar menyedihkan dan entah kenapa malah membuat mereka ingin tertawa.
"Ck... jangan menertawakanku, forehead. Kalau tidak akan kusumpahi kau menjadi kekasih Sasuke."
"Sumpahmu tidak buruk-buruk amat, kok," ucap Sakura secara refleks, membuat Tenten dan Ino menoleh.
"Wah! Jadi kau benar-benar suka padanya, Sakura?" Tenten bertanya sambil menatap Sakura lekat-lekat.
"Tidak kusangka. Hanya dalam satu minggu saja perasaan jijik bisa berubah menjadi cinta."
Sakura merasa malu. Ia cepat-cepat menggelengkan kepala, "Ya setidaknya dia memiliki banyak uang. Wajahnya tidak buruk-buruk amat. Sepertinya pintar juga, sih."
Ino dan Tenten menatap Sakura sambil menyeringai. Mereka berdua tampak bersiap meledek Sakura. Namun sebelum mereka berdua melakukannya, Sakura berusaha menghindari kecurigaan mereka dengan cepat-cepat berkata, "Ah, dia pintar memasak dan gentlemen juga ternyata. Dia bahkan pernah beberapa kali mentraktirku. Jadi, kalau dia menjadi kekasihku, aku bisa memanfaatkannya."
"Huh! Dasar materialistis!" ucap Ino dengan ketus.
"Kok mendadak aku malah merasa kasihan pada calon kekasih Sakura, ya?" timpal Tenten.
"Ah, tidak. Maksudnya -"
Sakura memutus ucapannya. Ia merasa tidak enak, padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk berhenti membicarakan Sasuke dengan kalimat yang menyakitkan. Seharusnya ia tak perlu memedulikan jika ia akan dianggap aneh. Namun faktanya, ia mengkhawatirkan imej nya sendiri.
"-aku tidak ingin dianggap aneh kalau aku mengucapkan hal-hal yang bagus mengenai Sasuke, tahu, Jadi kubilang saja kalau aku akan memanfaatkannya. Sebetulnya aku tidak sematre yang kalian bayangkan, kok." ucap Sakura dengan jujur.
Tenten dan Ino tertawa seketika mendengar ucapan Sakura yang entah kenapa terdengar begitu polos hingga terkesan lucu. Wajah Ino bahkan memerah dan ia memegang perutnya yang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixth Sense
Fanfiction(Highest Rank #429 in Fanfiction) Haruno Sakura adalah seorang siswi transfer dari sekolah khusus wanita yang baru saja ditutup. Ia mendapat undian untuk duduk bersama dengan Uchiha Sasuke, putra dari keluarga konglomerat yang terkucilkan akibat per...