Chapter 18

5.2K 522 51
                                    

"UCHIHA MIKOTO!" bentak Fugaku dengan suara meninggi dan wajah yang terlihat marah tepat ketika ia kembali ke rumah dan mendapati Mikoto yang sedang duduk sambil menonton televisi dengan memasang masker di wajah.

Jantung Mikoto berdegup keras, namun ia memberanikan diri menatap suaminya. Semalam ia tidak kembali ke rumah dan mengirimkan sms pada suaminya bahwa ia menginap di rumah sakit.

"Ada apa, anata?"

"SIAPA YANG MENGIJINKANMU MENJAGA ANAK PEMBAWA SIAL ITU, HAH?!" Bentak Fugaku dengan marah. Ia bahkan mengangkat tangannya dan hendak menampar wajah sang istri, namun ia segera menurunkan kembali tangan nya yang sudah terangkat.

Sebagai gantinya, kini ia menatap Mikoto dengan tajam dan wajah yang terlihat sangat marah, seolah ingin membunuh seseorang.

Mikoto merasa takut, namun entah kenapa ia seolah kehilangan rasa takutnya ketika menatap Fugaku.

"Maafkan aku, anata. Kupikir sesekali perlu ada seseorang yang menemani Sasuke. Bagaimana jika seseorang berniat mencelakainya ketika ia sendirian karena mengetahui statusnya sebagai putra pengusaha terkenal?

"Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Jika seseorang berniat mencelakainya, ia akan mencelakaimu terlebih dahulu."

Mikoto terdiam sejenak, entah kenapa ia merasa diremehkan. Usianya memang sudah empat puluhan, namun ia memiliki kemampuan bela diri yang lumayan memadai. Saat muda dulu ia pernah mempelajari taekwondo hingga sabus merah strip satu dan judo hingga tingkat dan lima. Saat itu orang tuanya menyuruhnya mempelajari seni bela diri dengan alasan keselamatan.

"Aku meminta dua orang pengawal dari 'perusahaan' untuk berjaga di depan kamar rumah sakit. Lagipula aku juga menguasai teknik bela diri. Setidaknya lebih baik ketimbang ia sendirian."

Fugaku mendengus kesal. Yang dimaksud 'perusahaan' ialah merupakan organisasi rahasia bentukannya yang berisi orang-orang dengan kemampuan bertarung untuk mengamankan dirinya, keluarganya dan perusahaan. Sebetulnya organisasi itu lebih mirip seperti kelompok mafia dimana organisasi itu juga melakukan hal-hal kotor seperti melakukan perdagangan illegal untuk mendapatkan uang.

"Jangan membahayakan dirimu," ucap Fugaku dengan suara yang lebih melunak. "Aku bahkan tak peduli jika anak itu mati. Sejujurnya, aku malah bersyukur karena tak perlu mendanai anak itu."

"ANATA!" ucap Mikoto dengan suara meninggi. Ia telah kehabisan kesabarannya. Ia tak habis pikir bagaimana bisa suaminya berpikir seperti itu, meski ia sebelumnya juga berpikir begitu.

"Anak kita yang tersisa hanyalah 'dia'. Apa kau lebih rela jika orang lain mewarisi segalanya yang kau miliki? Anak itu bahkan tak bisa memilih untuk menjadi pembawa sial."

"Mudah saja. Aku hanya perlu membuat anak lain denganmu, atau mungkin dengan salah satu wanitaku jika kau keberatan."

Mikoto tersentak. Ia merasa marah, namun tak ada yang bisa ia ucapkan. Ia sudah tahu jika ia bukanlah satu-satunya wanita dalam hidup sang suami. Ia memang merupakan istri sah dan satu-satunya istri di 'permukaan', namun sebetulnya sang suami memiliki wanita-wanita lain, entah berapa jumlahnya juga tidak diketahui Mikoto.

Mikoto merasa ingin menangis, karena marah sekaligus meratapi nasibnya sebagai wanita. Ia tak memiliki pilihan untuk 'membagi' suaminya dengan orang lain. Pada dasarnya tak ada laki-laki yang begitu sempurna dengan memiliki wajah tampan, kekayaan berlimpah dan kesetiaan. Laki-laki pada umumnya ialah mahluk yang mudah bosan dan cenderung tak puas hanya dengan memiliki satu wanita.

Rasanya kini Mikoto menyesal menuruti orang tuanya yang tak mengijinkannya menikah dengan laki-laki yang status sosial dan kondisi ekonomi dibawahnya. Saat itu ia membiarkan orang tuanya menjodohkannya dengan Fugaku yang juga berasal dari keluarga menengah atas dengan kondisi ekonomi yang lebih baik darinya, dan kini ia harus meratapi nasibnya memiliki suami yang tak setia meskipun laki-laki dari kalangan menengah ke bawah juga tak menjamin bahwa mereka adalah mahluk yang setia.

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang