Chapter 4

8.9K 684 31
                                    

Sasuke membuka pintu kamar nya dan melangkah menuju kamar aniki nya yang terletak di sebelah kamar nya. Sasuke mengetuk pintu beberapa kali, berharap sang aniki akan membukakan pintu nya.

Tak ada jawaban maupun tanda-tanda bila pintu kayu dihadapan nya akan segera dibuka. Sasuke mulai kehilangan kesabaran nya, namun ia tetap mengetuk pintu.

Tulang proximal interphalanx Sasuke terasa sakit setelah ia mengeraskan ketukan pintu nya. Merasa jengkel, Sasuke menyentuh knop pintu dan segera membuka nya. Pintu itu tidak terkunci sama sekali.

Iris onyx Sasuke tertuju pada sosok Itachi yang tertidur di atas meja belajar dengan tumpukan buku di atas meja. Wajah pria itu terlihat lelah dan terdapat sebungkus coklat serta beberapa boks mochi yang biasa dijual di supermarket di atas meja yang belum dihabiskan nya.

"Itachi-nii, bangunlah." Sasuke menepuk lengan pria dihadapan nya yang masih tertidur.

Pria itu masih tak bergeming. Wajah nya terlihat sangat lelah. Keriput di dekat hidung nya terlihat semakin jelas. Belakangan ini pria itu terlihat sangat sibuk dan tak pernah terlihat bersantai. Sebentar lagi ia akan lulus dari high school dan harus belajar ekstra keras untuk berhasil masuk ke Universitas Tokyo, universitas paling bergengsi di Jepang.

"Itachi-nii." Sasuke mengulang panggilan nya pada sang aniki untuk membangunkan nya. Kali ini ia menarik rambut pria itu.

Usaha Sasuke berhasil. Itachi tampak menggerakan tubuh nya dan mengusap mata nya beberapa kali sebelum membuka mata nya. Tubuh nya terasa pegal setelah ia tertidur dengan kepala menelungkup di meja selama beberapa jam.

"Ohayo, Sasuke." Ucap Itachi dengan pelan. Suara nya sedikit parau, ia benar-benar mengantuk.

"Itachi-nii, cepat bangun. Bukankah kau berjanji akan menemaniku pergi ke mall untuk makan bersama dan berjalan-jalan?"

"Hn?"

Itachi berusaha mengingat kembali janji nya pada Sasuke. Ia tersentak ketika ia menyadari sempat mengiyakan permintaan Sasuke untuk menemani nya pergi ke mall hari ini. Ia benar-benar lupa dan malah mengambil kursus tambahan di hari sabtu. Sebelumnya Sasuke sering mengajaknya pergi dan ia selalu menolak.

"Yuruse, Sasuke." Ujar Itachi dengan penuh penyesalan. "Aku benar-benar lupa. Hari ini aku memiliki jadwal kursus. Lain kali aku pasti akan menemanimu pergi bersama."

Emosi Sasuke benar-benar memuncak. Entah sudah kali keberapa sang aniki menolak dengan alasan yang sama. Sejak high school Itachi memang terlihat jauh lebih sibuk dibandingkan sebelumnya, namun sesekali ia masih memiliki waktu luang untuk menemani Sasuke. Namun tidak lagi sejak tahun ini.

"Kau selalu menggunakan alasan yang sama. Kau menjengkelkan, Itachi-nii." Ujar Sasuke dengan suara meninggi.

"Aku-"

Sasuke memotong ucapan Itachi. Suara nya meninggi dan ia membalas, "Terserah! Aku tak peduli apapun yang ingin kau katakan!"

Sasuke membanting pintu dan berlari menuruni tangga. Ia tak pernah merasa sejengkel ini. Ia merasa sedang dipermainkan oleh sang aniki. Pria itu selalu mengatakan 'lain kali' tanpa pernah memenuhi janji nya. Ia merasa sudah ditipu.

Orang tua Sasuke menatap Sasuke dengan bingung. Wajah nya terlihat kusut dan terlihat jelas bila ia sedang marah.

"Kau mau kemana, Sasuke?" Tanya Fugaku sambil menatap Sasuke.

"Minimarket." Jawab Sasuke dengan asal. "Tidak usah mengantarku."

"Hn."

Sasuke berlari meninggalkan ruang keluarga dan menuju gerbang rumah. Sesuai dugaan nya, Itachi tidak mengejar nya. Sasuke benar-benar jengkel, ia melangkah tanpa tujuan meninggalkan rumah nya. Tak jauh dari rumah Sasuke terdapat sebuah minimarket yang entah kenapa lebih sering dikunjungi para pembantu rumah tangga dari penghuni kompleks perumahan Sasuke.

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang