Chapter 19

5.1K 526 40
                                    

Fugaku berjalan dengan cepat dan wajah datar melalui lorong rumah sakit. Rasanya ia ingin mempercepat waktu jika memungkinkan. Ia ingin secepat mungkin menyelesaikan urusan terakhirnya dengan putra pembawa sial itu.

Sebetulnya Fugaku tak ingin menemui Sasuke dan meminta Mikoto untuk menyampaikan rencana untuk meminta Sasuke keluar dari rumah. Namun ia berubah pikiran dan ingin menemui Sasuke untuk kali terakhir. Ia terus berharap agar setelahnya tidak mengalami kesialan dan telah memberikan sumbangan dalam jumlah besar ke sejumlah kuil agar didoakan oleh para pendeta kuil.

Seorang body guard yang mengikuti Fugaku mengetuk pintu ketika tiba di depan pintu kamar Sasuke dan segera membuka pintu.

Fugaku segera masuk ke dalam dan melangkah dengan tenang. Ia memberanikan diri menatap Sasuke meski dalam hati ia merasa takut akan mengalami kesialan.

Sasuke tampak terkejut dengan kedatangan sang ayah. Sudah lama ia tak bertatap muka secara langsung dengan sang ayah meski mereka tinggal serumah. Sang ayah akan berangkat kerja di pagi hari serta sarapan di ruang makan sementara sarapan untuknya akan diantar ke meja di lantai dua yang khusus digunakan untuknya sarapan. Selain itu ayahnya biasanya tidak makan malam di rumah dan ketika berada di rumah akan memilih langsung menuju kamar atau ruang kerja agar tidak berpapasan dengan Sasuke. Mereka tidak bertatap muka atau saling bicara berbulan-bulan terakhir.

Wajah Fugaku terlihat agak berbeda dibanding kali terakhir Sasuke melihatnya. Tanda-tanda penuaan mulai terlihat di wajah sang ayah. Mata ayahnya mulai berkerut meski tatapannya masih tajam dan menusuk seperti biasanya.

Rasanya Sasuke ingin segera bertanya dengan maksud kedatangan sang ayah, namun tak satupun kata terucap ketika ia membuka mulutnya. Lidahnya terasa kelu mendadak dan tenggorokannya terasa seolah tercekat.

"Ko-n-bawa, otou-sama," ucap Sasuke dengan suara tercekat pada akhirnya.

Fugaku menatap Sasuke lekat-lekat. Sasuke mulai berubah sejak kali terakhir mereka bertemu. Tubuhnya semakin tinggi dengan fitur-fitur maskulin yang semakin menonjol. Suaranya juga semakin berat dan wajah yang terlihat lebih dewasa serta agak feminine seperti sang istri.

Fugaku sebetulnya agak penasaran dengan Sasuke, namun ia mengurungkan niatnya untuk bertanya macam-macam. Ia hanya ingin memberitahukan maksud kedatangannya.

"Aku akan memberimu waktu dua minggu untuk mencari rumah atau apartemen yang kau inginkan dan memindahkan barang-barangmu. Uang bulananmu akan kunaikkan menjadi tiga juta yen dan limit kartu kreditmu akan kunaikkan. Aku juga akan membayar semua biaya hidupmu. Namun jangan pernah kembali ke rumah setelah kau pergi."

Sasuke terdiam. Hatinya terasa nyeri meski sudah tahu jika sang ayah memang akan mengusirnya. Dan ia tak bisa menahan diri untuk mematuhi ayahnya tanpa bertanya.

"Mengapa?"

Fugaku merasa kesal dengan Sasuke yang bertanya. Sejak dulu ia memang lebih suka dengan putra tertuanya dibanding Sasuke. Kesalahan kecil yang dilakukan Sasuke terlihat sangat besar di matanya.

Fugaku menahan diri untuk tidak memukul, menampar atau membentak putra sialan yang kurang ajar itu. Toh ini merupakan kali terakhir mereka bertemu.

"Aku tak ingin melihat wajahmu di rumahku. Aku tak ingin tinggal di tempat yang sama denganmu."

Sasuke mengepalkan tangan erat-erat dan menatap sang ayah dengan tajam. Hatinya terasa sakit, namun ia juga sedih dan marah. Bagaimana bisa ia diusir hanya karena alasan seperti itu. Ia merasa diperlakukan tidak adil.

"Aku tahu," Sasuke tersenyum tipis meski ia merasakan nyeri tak kasat mata di dadanya. "Seharusnya kau lakukan sejak dulu, otou-sama."

Fugaku sedikit terkejut meski ia merasa senang dengan reaksi Sasuke. Anak itu tak menolak atau terlihat marah. Ekspresinya bahkan cenderung aneh untuk seseorang yang akan diusir oleh orang tuanya.

Sixth SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang