Fiveteen: Marahan

8.5K 318 4
                                    


Ify merengut sebal. Di tatapnya Rio yang memasang wajah polos tak berdosa.

"Kakakkk, Ify masih mau sekolah." Rengek Ify manja. Rio menghela napas lelah.

"Aku tahu sayang, tapi liat tuh perut kamu udah gede begitu. Mau ada yang curiga sama kamu?" Ujar Rio. Ify diam tak menjawab. Ia cukup sadar, dan terima. Namun apa daya, Ify masih ingin menikmati masa remajanya dengan pergi ke sekolah, dan bermain bersama sahabat-sahabatnya.

"Iya sih Kak," cicit Ify pelan.

"Tapi Kak" rengek Ify lagi. Rio mengusap wajahnya frustasi. Lagi, helaan napas lelah terdengar dari mulutnya.

"Aku capek Fy. Bisa nggak sih, kamu nggak keras kepala kayak gini?" Ujar Rio pelan namun berhasil membuat Ify terdiam.

"Maaf" Gumam Ify. Tanpa berkata, ia turun dari ranjang, dan keluar dari kamarnya. Rio menghela napas lelah-lagi- tanpa memperdulikan Ify, ia segera berbaring dan mengistirahatkan tubuh nya yang terasa sangat lelah. Sikap manja Ify benar-benar menguras tenaga belum lagi jabatannya di sebagai ketos di sekolah, dan jabatan General Manager di perusahaan ayahnya.

Semenjak menikah, Rio memang sudah berniat untuk bekerja dan ia meminta bantuan ayahnya untuk mendapat pekerjaan. Karena kepintarannya, posisi sebagai GM berhasil ia dapatkan.

*******

Ify duduk di sofa ruang keluarga sambil menangis. Ia juga heran sejak hamil, ia selalu gampang marah dan sangat cengeng serta sensitif pada Rio. Ify selalu menumpahkan kekesalannya pada Rio. Dan suaminya itu dengan sabar menghadapinya. Namun sekarang sepertinya Rio benar-benar marah dan tidak menghiraukannya.

"Hiks...Hiks... Maafin Ify Kak Rio," cicit Ify disela tangisannya.

Ify masih terus menangis hingga ia merasakan sepasang tangan memeluk tubuhnya dari belakang. Ify membalikkan badannya dan melihat Rio yang tersenyum lembut padanya. Ify langsung memeluk Rio dengannya erat.

"Ify minta maaf Kak,"

"Nggak usah nangis sayang, kamu nggak salah kok, aku minta maaf udah abaikan kamu." Kata Rio mengelus lembut punggung Ify.

Ify masih menumpahkan airmata nya. Rio hanyalah diam sambil mengusap punggung Ify dengannya sayang.

Tak berapa lama, tangisan Ify berhenti. Ia mengurai pelukannya, dan menghapus airmata yang membanjiri pipinya tadi.

"Udah mendingan?" Tanya Rio lembut. Ify mengangguk pelan dan memaksakan bibirnya untuk tersenyum simpul.

"Yaudah sekarang kita tidur. Ini udah malem banget." Ujar Rio lagi. Ify mengangguk pelan. Ia bangkit dari sofa, dan berjalan bersama Rio.

"Kak,"

"Hmm"

"Besok Ify masih pergi sekolah atau usah nggak?" Tanya Ify.

"Besok sampek hari jumat nanti kamu masih bisa pergi sekolah. Tapi senin depan kamu udah aku drop out dari sekolah." Jawab Rio.

"Hhhh Yaudah seenggaknya masih bisa pamitan sama mereka-mereka," ujar Ify.

Rio tersenyum singkat. Ia mengusap pelan puncak kepala Ify sesekali mengecup tempat itu.

*********

Seperti biasa, Ify pergi sekolah dengan wajah cerianya. Karena perutnya yang sudah mulai membuncit mengharuskan Ify untuk memakai jaket kebesaran milik Rio. Namun itu tidak membuat Ify mengeluh, ia justru malah senang karena setiap saat bisa mencium aroma tubuh Rio walaupun tidak secara langsung.

"Pagi Cha, Nov" sapa Ify pada Acha serta Nova yang sedang mengobrol didepan pintu.

"Pagi juga Ify. Tumben pake jaket." Ucap Acha heran karena tak biasanya Ify memakai jaket, kecuali saat sedang hujan. Namun ini cuaca sangat cerah dan juga sangat panas. Kecuali kalau Ify sedang sakit. Dan mungkin itu adalah jawaban yang tepat.

Crazy Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang