TwentyNine: Akhirnyaaa!!

7.1K 276 16
                                    

Cakka duduk menyender dikepala kursi. Dipangkuannya terdapat sebuah gitar akustik. Tangannya memetik pelan gitar itu, dengan pandangan lurus kedepan. Di pikirannya hanya satu. Gadis tomboy yang entah berapa lama sudah menjungkir balikkan hidupnya. Agni.

Cakka mendesah pelan, berapa lama lagi ia akan menunggu gadis itu untuk menjadi kekasihnya. Apakah ia harus melamar Agni saja langsung seperti Rio dan Ify? Jika jaeabannya iya, maka Cakka akan dengan senang hati melakukannya. Sungguh, ia sudah tidak tahan dengan status yang entah apa ini.

"Apa gue emang harus lamar elo dulu Ag?" Gumam Cakka lebih kepada dirinya sendiri. Ia menghembuskan nafas kasar, lalu mengusap wajahnya sedikit frustasi.

Cakka berdiri, meletakkan gitarnya sembarangan, kemudian berjalan keluar dari kamar menuju ruang keluarga dimana biasanya Papa dan Mamanya berada. Ia sudah bertekat untuk melamar Agni secepatnya jika Gadis tomboy itu belum mau menjadi kekasihnya. Lebih baik langsung hubungan serius daripada masih pacar-pacaran dan belum pasti kan?

"Pa, Ma, aku mau ngomong." Ujar Cakka langsung. Kedua orang tuanya yang sedang menonton tv sontak mengalihkan pandangan pada anak semata wayang mereka.

"Mau ngomong apa sayang?" Tanya Mama Cakka. Lian.

Cakka terdiam. Ada perasaan tahu yang menyelimutinya. Berdehem sejenak, Cakka menatap kedua orang tuanya bergantian.

"Jadi gini, Mama masih ingat sama Agni nggak?" Tanya Cakka. Lian tampak mengerutkan kening.

"Agni yang rada tomboy itu, kan?" Tanya Lian. Cakka mengangguk.

"Kenapa sama dia?" Tanya Papa Cakka. Heru. Cakka menunduk sedikit salah tingkah melihat tatapan geli bercampur menggoda dari ayahnya.

"Aku mau ngelamar Agni, Ma, Pa," ujar Cakka pelan.

"APPAAAA?" Teriak Lian dan Heru bersamaan. Cakka meringis melihat tampang shock Mama dan Papanya.

"Kamu yakin Kka? Kamu kan masih sekolah, Agni juga begitu. Apa nggak terlalu cepat? Apa jangan-jangan kalian udah--"

"Ihh Mama apaan sih, anak baik-baik begini dituduh sembarangan. Ya enggak lah. Cakka tuh suka sama Agni, cinta sama Agni, makanya mau lamar Agni langsung. Sebenarnya aku udah coba tembak Agni, tapi ditolak terus. Kan ngenes. Siapa tau aja pas aku lamar langsung ke kedua orang tuanya, bisa disetujuin." Jelas Cakka. Heru dan Lian mengangguk mengerti.

"Kamu udah kasih tau Agni?" Tanya Lian. Cakka menggeleng.

"Belum. Biar surprise aja gitu. Boleh kan Pa, Ma?"

"Kamu udah yakin seratus persen Kka? Ini nggak main-main lho, kalau masih pacaran kan gampang tinggal bilang putus aja. Nah ini udah masuk tahap melamar kalau sewaktu-waktu kalian memutuskan enggak cocok lagi, atau apa udah melibatkan kedua keluarga." Ujar Heru.

"Aku benar-benar serius Pa. Nggak ada main-main ini. Aku juga udah gede kan udah bukan waktunya main-main lagi. Aku cuma pengen jalanin hubungan yang serius aja sama Agni. Rio sama Ify aja udah lama serius, kenapa aku nggak?" Ucap Cakka.

"Yaudah kalo itu keputusan kamu. Papa sama Mama cuma bisa mendukung. Jadi kapan kamu mau lamar Agni?"

"Nanti aku tanya dulu sama Agni kapan orang tuanya ada dirumah. Takutnya pas kita kesana justru mereka lagi keluar." Jawab Cakka. Heru dan Lian mengangguk. Cakka mengucapkan terima kasih, kemudian pamit menuju kamarnya kembali.

"Akhirnya dapat izin juga gue. Agni tunggu aku yah, aku pasti akan pergi kesana untuk melamar kamu. I'm coming babe,"

**********

Pagi hari yang cerah secerah hati Cakka. Sedari dirumah, ia terus tersenyum, seakan tidak akan ada yang bisa membuat Senyum nya luntur. Cakka sangat bersemangat untuk masuk sekolah hari ini. Sangat berbeda dengan yang lalu-lalu. Rasanya masuk sekolah itu biasa saja, sedikit flat.

Crazy Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang