Kring!
Akhirnya waktu yang di tunggu datang juga. Waktu yang di tunggu Artha dan yang lainnya, untuk mengerjai anak-anak baru.
"Pstt. Artha jalanin misi, mereka udah keluar." Ucap Noria setelah melihat Raynaldi dan teman-teman nya berjalan menjauh dari kelas.
"Mana cepat masukin." Ucap Artha, Syahna lalu memasukan ular mainan ke dalam tas Ray-Raynaldi, itu lah salah satu dari benda yang sudah mereka rencanakan. Yang tentunya di gunakan untuk mengerjai anak-anak baru.
"Syahna sama Alisyah mana nih? berhasil apa gak ya?"
"Tenang aja Nori. So pasti berhasil." Ucap Artha dengan yakin.
"Hai semua! Mission complete." Ucap Alisyah sambil mengangkat kedua ibu jarinya.
"Oke deh kalau gitu, ayo ke kantin laper nih." Ucap Noria mengelus perutnya.
"Kuy." Ucap semua serempak, lalu berjalan ke kantin tentunya.
***
Bel masuk sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu, tapi guru yang mengajar belum datang. Entah apa yang terjadi sampai guru yang sangat jarang datang ke kelas terlambat mejadi terlambat. Tiba tiba.
"Artha, Noria, Syahna, Alisyah. Ke ruang guru!" Ucap Pak Seno-guru pkn-di sekolah itu.
"Memang kita salah apa pak?" Tanya Syahna menyirngit bingung.
"Kalian 'kan yang masukan ular mainan di tas nya Bu Desi---guru Bahasa indonesia yang seharusnya mengajar mereka sekarang---, Iya 'kan?" Artha dan teman-temannya menggeleng. "Memang siapa lagi kalau bukan kalian?!" Ucap pak Seno geram.
"Dengar ya pak. Jangan karena kami sering usil jadi kami yang di salahkan." Ucap Artha tidak terima.
"Kalau bukan kalian siapa lagi coba hm?"
"Yang penting bukan kami Pak, kamu ini lagi libur ngerjain orang, jadi kita ngak ngerjain orang ngerti Pak? Kalau Bapak enggak percaya periksa aja tas kami." Ucap Noria sambil meletakkan tas nya di atas meja, ketiga temannya juga melakukan hal yang sama.
"Bapak bakalan periksa dan kalau sampai dapat, kalian harus lari keliling lapangan. Tapi kalo gak bapak traktir satu kelas." Dari kelas langsung riuh.
"Beneran ya pak jangan bohong." Ucap Artha.
Pak Seno mengangguk dan mengambil tas Alisyah kemudian mengeceknya. Tidak ada.
Tas Syahna. Tidak ada
Tas Artha. Tidak ada juga.
Terakhir, tas Noria. Tidak ada juga .
"Kan sudah di bilang pak. Dan janji gak boleh di ingkar lho pak." Ucap Artha sambil tersenyum bahagia, bahagia lah dapat traktir gratis ngak bahagia bagaiman coba? Uang jajan jadi tetap utuh.
"Kalau bukan kalian siapa lagi?"
Tanya Pak Seno yang kebingungan."Mana saya tau Pak. Bapak periksa saja semua tas yang ada di kelas ini." Noria mengusulkan.
"Semua letakkan tas di atas meja!" Ucap Pak Seno lantang. Dan semua langsung meletakkan tasnya masing-masing di atas meja. Pak Seno memeriksa dari ujung ke ujung, hingga sampai di tas Ray.
"Ray kamu yang ngerjain Bu Desi?" Pak Seno berdecak. "Masih baru tapi udah kelihatan jahil nya ya." Lanjutnya.
"Suer pak, bukan saya. Saya bahkan ngak tau itu ada di tas saya." Bela Ray pada dirinya dan diangguki teman-temannya.
"Terus ini apa?"
"Ya gak tau pak. Yang penting bukan saya yang jahilin Bu Desi." Ucapnya lagi.
"Ikut ke ruang guru."
"Pak jangan ya pak. Sumpah Pak bukan saya Pak ." Ucap Ray lagi.
"Iya Pak. Ngak mungkin Ray masukin ular mainan ke tas Bu Desi, kami kan anak baru jadi gak mungkin lah pak." Ucap Raka membela Ray.
"Iya pak. Kami bahkan ngak tau di mana toilet. Masa bisa langsung tau tas nya bu Desi." Ucap Reval kembali membela temannya itu.
"Iya Pak, pasti ada yang ngerjain kita pak." Ucap Rafa.
"Udah pak. Ada buktinya Pak, nawa aja ke ruang guru." Ucap Alisyah dengan semangat.
"Iya Pak, sudah ada bukti lho masalahnya pak. Bukti pak bukti." Ucap Artha dengan semangat menggebu.
"Pak, pasti mereka pak yang masukin ular nya. Pak ngak mungkin saya pak." Ucap Ray sambil menunjuk Artha dan teman-teman Naya.
"Kalau mau bela diri itu gak usah sangkut pautkan kita juga dong." Ucap Artha tidak terima.
"Iya, kalian masih baru aja belagu amat." Timpal Syahna.
"Kita ngak bela diri. Tapi itu kenyataannya." Ucap Reval yang menekan setiap kata yang di ucapnya.
"Sudah-sudah kalian berdelapan pergi ke lapangan. Lari lapangan 4 putaran." Ucap Pak Seno tegas.
"Oke Pak," ucap Artha terdengar pasrah. "Horee gak belajar." Ternyata hanya bohong, sebenarnya mah bahagia.
"Kenapa malah bengong sana ikut mereka lari!" Pak Seno membentak, karena Ray dan teman-teman nya masih diam di tempat.
"Tapi Pak kita 'kan ngak bikin salah apa-apa." Ucap Raka memelas.
"Gak ada tapi-tapian, sana cepat atau bapak tambah jadi 10 putaran." Ans
"Eh iya iya pak." Ucap mereka berempat lalu langsung berlari ke arah lapangan.
***
"Hosh... Hosh... Hosh.. Yeayy gue menang." Ucap Syahna girang, karena berhasil berlari empat putaran sebelum ketiga temannya.
"Ah gak asik, lo menang mulu kalau lomba lari." Ucap Noria sambil mengatur nafasnya yang memburu karena berlari.
"Ho'oh. Lo kayak chetta aja lari cepat amat." Ucap Artha sambil duduk di atas rumput di samping Noria.
"Gue selalu jadi yang terakhir." Ucap Alisyah dan langsung membaringkan badan nya di rumput.
"Mereka lama amat ya larinya." Ucap Noria memandang ke arah empat orang laki-laki yang sedang berlari mengelilingi lapangan.
"Gak biasa kali. Mungkin di sekolah lamanya ngak pernah dapat hukum ." Ucap Syahna.
"Mungkin." Ucap Artha.
Tiba tiba 'Four' alias Ray teman-teman nya, berdiri di depan Gang ANSA sambil berkacak pinggang.
"Eh! Gak lucu ya, lo pada masukin kayak gituan ke tas gue dan nyalahin kita." Ucap Ray sambil menahan amarahnya.
"Gitu doang mah. Itu masih pembuka belum penutup, jadi itu ngak seberapa." Ucap Artha mengibas-ngibaskan tangannya.
"Lo berani banget cari gara-gara sama kita." Ucap Rafa sama seperti Ray yang menahan amarahnya.
Artha lalu berdiri dan langsung menatap tajam ke arah Rafa.
"Heh! Dengar lo pada itu gak ada apa apanya di banding kita. Coba lo tanya siapa yang gak kenal kita di sini. Mungkin cuma lo pada." Artha menunjuk mereka berempat dan tersenyum angkuh."Emang lo siapa sampai se-pede itu?" Ucap Ray sambil maju ke arah Artha.
"Lo mau tau siapa gue? Gue..."
. . .
[Editing]
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSA
Teen FictionJudul sebelumnya: Story Of Troublemaker Girls SMA Pelita Bangsa. Defisini Troublemaker mungkin adalah mereka. Iseng dan sering melanggar aturan, bolos bukan lagi hal tabu bagi mereka. Bahkan guru saja mereka jahili. Siapa yang tidak mengenal mereka...