Pagi ini adalah hari minggu. Yang artinya tidak sekolah.
Malam minggu Ray di habiskan dengan membantu anggota Osis di aula, dan dia baru saja bangun pukul 11 siang.
"Tumben di rumah." Ray menuangkan air ke gelas miliknya.
Anthariksa melirik adiknya, lalu kembali fokus ke laptop. "Hm,"
"Mama sama Papa mana?" Ray duduk di samping Kakak nya itu.
"Katanya pergi bulan madu." Jawab Anthariksa tanpa mengalihkan pandangnya dari layar laptop.
"Udah setengah abad juga masih aja bulan maduan." Ray berdecak. "Kak kapan lo bawa kakak ipar untuk gue."
Anthariksa menarik sudut bibirnya, lalu melirik adik Ray. "Ada kok."
Mata Ray membulat. "Beneran!"
"Iya, tapi kerjaan nya banyak jadi belum bisa ke rumah."
"Udah bilang Mama sama Papa belum?" Anthariksa mengangguk. "Akhirnya punya Kakak ipar juga. Setelah bertahun-tahun aku menunggu akhir nya datang jua."
"Lebay," Anthariksa mencibir.
Ting tong!
Bel rumah besar itu berbunyi.
"Bi, tolong buka pintunya." Anthariksa berteriak pada pembantu yang ada di rumah nya.
"Den, katanya temannya Den Ray."
"Cewek apa cowok?" Tanya Ray.
"Cewek, cantik lagi." Ucap si Bibi sampai mengacungkan jempol tangan nya.
"Hai," sapa gadis yang baru saja masuk ke area ruang tamu.
"Hai," Ray membalas sapaan itu dengan senyum.
"Saya permisi, Den." Anthariksa mengangguk, si Bibi pun berjalan kembali ke dapur.
"Pacar nya Ray?" Artha menggeleng. "Terus?"
"Cuma teman nya aja kok," Artha tersenyum kikuk. "Oh, iya. Ray ini baju lo yang kemarin." Artha membuka tas miliknya dan mengeluarkan baju dan celana milik Ray lalu di serahkannya pada pemilik nya.
"Duduk dulu." Ucap Anthariksa.
"Nggak usah, udah mau pulang kok." Artha menolak.
"Duduk dulu, kita belum kenalan." Artha akhirnya duduk di sofa yang ada di seberang.
"Kenalkan saya Anthariksa Kakaknya Ray, jadi kamu panggil Kakak saja sama seperti Ray." Anthariksa tersenyum hingga matanya menyipit.
"Kak, berhenti tebar pesona." Ray yang baru saja kembali dari kamar nya mencibir Kakak nya yang memang suka tebar pesona.
"Jangan cemburu oke, nggak bakalan Kakak rebut kok." Ucap Anthariksa kalem.
Ray menjatuhkan dirinya di sofa sebelah Anthariksa, mata nya memandang gadis yang ada di seberang nya.
"Kalau di lihat-lihat kamu mirip teman kerja saya." Ucap Anthariksa sambil menerawang, bahkan laptop miliknya sudah di letakannya di atas meja. Pria itu menjentikan jarinya. "Kamu mirip teman saya yang nama nya Dafino, CEO muda itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSA
Novela JuvenilJudul sebelumnya: Story Of Troublemaker Girls SMA Pelita Bangsa. Defisini Troublemaker mungkin adalah mereka. Iseng dan sering melanggar aturan, bolos bukan lagi hal tabu bagi mereka. Bahkan guru saja mereka jahili. Siapa yang tidak mengenal mereka...