Epilog

39.9K 2.1K 97
                                    

5 tahun kemudian.

"Semua lihat ke sini."

"1..2..3.."

Cekrek!

"Gue bebas, akhirnya." Ucap Artha dengan tangan menengadah.

"Akhirnya, gue nggak ketemu dosen killer lagi. Hore!" Ucap Hana dengan bahagia.

"Padahal gue masih mau belajar." Semua orang memandang horor, Anastasya. "Apa?"

"Lo gila? Kita semua pengen lulus cepat lo malas pengen lulus lama. Dasar aneh." Cibir Sherina.

"Bisa nikah juga gue." Ucap Reval dengan senyum lebar, tangan ya lalu merangkul Noria. "Ya, kan sayang?"

"Iya,"

"Ekhem, tolong. Ada jomblo di sini." Ucap Artha dengan wajah datar.

"Makanya cari pacar." Ejek Syahna, lalu memeluk Raka mencium pipi nya.

"Jijik gue lihatnya." Artha bergindik jijik.

"Artha." Panggil Alisyah. Dan saat Artha telah menoleh Alisyah mencium bibir Rafa. Membuat Artha cemberut.

"Nggak asik ah. Gue ngambek." Artha melipat tangannya di depan dada.

"Lo kayak anak kecil aja." Cibir Rangga yang baru saja datang dengan tiga pria lain, yang memakai tuxedo.

"Hai, sayang." Hana memeluk dan mencium pipi Rangga.

"Sayang." Anastasya memeluk pria yang ada di belakang Rangga. Joey nama pria bertuxedo itu.

"Yang, aku lapar." Ucap Valerina ke pria yang satunya. Sam, si pria bermata biru.

"Ayo, kita ke kafe." Ajak Sherina ke Mario, pria dengan gaya messy.

Artha hanya cemberut, hanya dia yang tidak memiliki pasangan. Setelah kepergian dia, Artha sama sekali tidak pernah menjalin hubungan dengan pria lain. Walau banyak yang mendekatinya, bahkan ada seorang pria yang sampai melamarnya di depan keluarga Artha. Tapi di tolak nya dengan baik-baik.

Jangan heran juga, bagaimana Artha bisa ada di indonesia setelah waktu itu mengatakan bahwa dia tidak akan kembali pada negara kelahirannya.

Artha beralasan pada Nenek, Kakek dan Ayah, Ibunya, kalau dia ingin bersekolah di indonesia. Awalnya mereka semua menentang, tapi saat Artha mengatakan kalau akan berusaha melupakan dia dan membuka hati, pada yang lain. Walau dia tau akhirnya sama saja.

Saat kuliahnya sudah sampai pada semester 4, barulah Artha pindah ke indonesia. Semua sahabatnya menyambutnya dengan baik. Tentu saja.

Kafe yang di maksud Sherina adalah kafe yang di rintis oleh Artha dan Hana, dari titik nol hingga kini. Jatuh bangun mereka berusaha, tanpa ada campur tangan orang tua mereka.

"Selamat ya, anak Papa udah jadi desainer sekarang." Diragan memeluk Artha.

"Makasih, Pa." Artha membalas pelukan Diragan.

"Anak Mama udah dewasa sekarang." Sarah memeluk Artha. Setitik air matanya jatuh.

"Mama jangan nangis dong ini hari bahagia." Artha menghapus air mata Sarah. Sarah mengangguk.

"Adek gue, udah sarjana sekarang." Deri memeluk Artha.

"Makasih, Abang."

"Kak Juli." Juli, adalah istri Deri. Yah, sifatnya tidak jauh beda dengan Deri. Waktu Deri melamar Juli, ada hal yang sangat diingat Artha, yaitu saat orang tua Juli bertanya pada Deri 'apakah kamu bersedia, menerima kelakuannya yang...ya gitu lah..' tapi Deri dengan lantang. Menjawab. 'Saya bersedia, saya terima dia apa adanya. Saya sudah cinta sama Juli. Bagi saya dia adalah seorang gadis yang sangat sempurna.' Saat itu Artha memandang tidak percaya ke Deri. Deri yang biasanya bisa di bilang brengsek. Mengatakan hal manis.

ANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang