Extra Part

40.2K 2K 93
                                    

Lagi dalam mood baik, makasih buat yang bilang selamat ultah kalian membuat mood aku jadi baik. Walau vote-nya belum sampai 200, aku apdet. Bacanya pelan" di resapi. Nanti jadi bingung kalo gg benar" di resapi. Ookeee. Silakan di baca. Vote komen jangan lupa.
Kalo misal ceritanya ada yang kosong atau kepotong itu mungkin wattpad yang lagi error. Coba refresh atau hapus ceritanya terus masukin lagi ke library.

-

"Satu, satu aku sayang Ibu, dua, dua juga sayang Ayah, tiga, tiga sayang adik kakak. Satu dua tiga sayang sama Mantan."

"Dih, lagu nggak nyambung." Cibir lelaki yang duduk disamping lelaki yang bernyanyi dengan gitarnya.

"Nyambung lah, dengar. Kalo enggak ada emak bapaknya mantan nggak bakalan tercipta, kan? Jadi nyambung." Ucap lelaki yang tadi bernyanyi.

"Sesuka dan semerdeka lo aja."

Drtt...Drtt...Drtt...

Getar yang berasal dari hape si pria ber-gitar itu berbunyi.

"Aha, pucuk di cinta ulam tiba. Mantan menelfon aku mengangkat."

"Kagak nyambung," Delik lelaki itu.

"Shhht, diam gue mau angkat telfon dari mantan. Ekhem! Iya kenapa?"

"Diano, maaf aku salah. Aku harusnya nggak percaya sama kata-kata Abdi, aku salah. Aku masih sayang sama kamu, Diano." Ucap suara di seberang sana dengan serak, sepertinya baru selesai menangis. Atau sedang menangis.

"Gina, bukan gue nolak. Tapi gue nggak bisa, maaf. Kemarin gue tanya ke elo baik-baik dan lo malah marah ke gue. Lo bilang kalau Abdi lebih baik dari gue dan gue diam. Lalu sekarang lo mau minta balik sama gue? Maaf enggak bisa, hati gue udah tersegel. Udah yang ngisi hati gue. Maaf."

"Diano, jangan gini. Aku minta maaf, aku mohon. Aku rela ngelakuin apapun demi kamu. Aku sayang, aku cinta sama kamu Diano." Laki-laki bernama Diano itu memutar bola matanya.

"Maaf." Lalu sambungan itu mati.

"Parah lo, gue kira mantan lo nelfon buat minta balikan lo terima. Ternyata enggak." Decak laki-laki berbaju biru itu.

"Ck, dengar. Semua yang udah jadi bekas enggak enak di pakai lagi. Ya kali lo udah makan permen karet udah lo buang lo ambil lagi. Enggak mungkin, kan?"

"Iya sih. Tapi nggak gitu juga. Dia cewek."

"Kenapa lo jadi puitis gitu? Situ enggak sadar kalau sering nyakitin cewek?" Tanya Diano dengan satu alisnya yang naik.

Laki-laki itu menyengir. "Jangan buka kartu dong."

"DEEKA!" Teriakan menggelegar menggema dalam rumah itu, sang pemilik nama terjolak kaget dan hampir jatuh dari atas tempat tidur.

"Mampus, Bunda datang." Ejek Diano ke Deeka.

"Kok lo gitu sih? Bantuin napa, dapat masalah besar nih. Lo tau 'kan Mama gue kalau ngamuk kayak gimana?"

Diano menggeleng polos. "Enggak, makanya gue mau lihat." Tepat setelah Diano berkata, pintu kamar terbanting ke tembok dengan keras.

ANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang