Artha keluar dari kamar mandi, rambutnya di cepol nya asal.
Dia merasa aneh entah mengapa selalu saja baju milik Ray kebesaran di badannya, mungkin karena badan nya yang kecil atau karena baju Ray yang kebesaran. Kaos berwarna abu-abu itu jatuh sampai di pertengahan paha nya.Celana training yang di berikan Ray juga sangat panjang, hingga dia harus mengangkat sedikit celana itu agar tidak terinjak saat dia berjalan, walau Artha sudah melipat ujungnya, namun saat dia berjalan lipatan itu terlepas dengan sendirinya. Sebenarnya Artha itu tidak pendek, dia ya rata-rata lah tinggi nya. Salahkan Ray yang sangat tinggi, hingga membuat Artha hanya setinggi bahu nya.
"Ray lo bisa ambilin gitar gue nggak di mobil?" Ray hampir menyemburkan teh yang di minumnya.
"Ke-kenapa nggak ambil sendiri aja, gue lagi minum." Ucap Ray terdengar ketus.
"Hm, ya udah deh." Artha mengangkat lagi celana itu dan berjalan.
Hujan telah berhenti, langit malam terlihat cerah. Artha dengan susah payah menuju mobilnya, dia mengutuk celana milik Ray yang sangatlah kebesaran di badannya.
Saat hampir sampai di garasi rumah Ray, yang harus melewati teras rumah yang besar dan juga harus melewati genangan air. Tangan nya di cekal seseorang hingga terhuyung ke belakang dan membentur sesuatu yang keras.
"Aw." Artha meringis kecil.
"Kenapa nggak bilang kalau celana nya kepanjangan sampe nggak bisa jalan gitu?"
"Nggak pa-pa sih, nggak enak juga gue udah minjam tapi malah komentar." Ray menghela nafas.
"Udah sana masuk, gue yang ambil gitarnya." Ray merebut kunci mobil Artha.
Artha hanya mengangguk dan berjalan masuk ke dalam rumah Ray. Gadis itu melangkah masuk ke dapur.
Kulkas milik Ray lengkap, banyak bahan makanan di dalam nya. Mendengar teriakan Ray yang memanggil namanya, Artha juga berteriak memberi tahukan jika dia berada dapur.
"Nih." Artha menerima Gitar nya dan meletakanya di kursi dan kembali ke depan kompor untuk memasak. "Mau masak apa?" Artha hampir memekik saat mendengar suara Ray begitu dekat dengannya.
"Spaghetti, nggak masalah, kan?"
"Nggak, gue suka kok." Ray kembali duduk di kursi. Meja makan dan dapur menyatu jadi Ray dengan leluasa dapat melihat apa yang di lakukan Artha. Sudah sekitar 25 menit Ray memandangi, Artha yang sibuk memasak.
"Tha,"
"Hm," Artha berguman.
"Lo cantik deh kalau pake baju gue." Ucap Ray, membuat Artha berhenti bergerak.
"Pake baju kebesaran kok cantik sih Ray, lo aneh deh." Ucap Artha sedikit gugup.
"Enggak tau, lo kaya cocok gitu make baju gue." Ucap Ray lagi, Artha hanya diam. Dia diam karena sedang mencoba mengatur detak jantungnya yang bergemuruh.
Tiba-tiba dia merasa ada yang melingkar di pinggang nya. "Lo wangi." Ray menenggelamkan wajahnya di lekukan leher Artha.
"Ray,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSA
Teen FictionJudul sebelumnya: Story Of Troublemaker Girls SMA Pelita Bangsa. Defisini Troublemaker mungkin adalah mereka. Iseng dan sering melanggar aturan, bolos bukan lagi hal tabu bagi mereka. Bahkan guru saja mereka jahili. Siapa yang tidak mengenal mereka...