Setelah mendengar ceramah guru Bk yang dari a-z kembali lagi ke z-a. Alias itu-itu aja, Artha, Noria, Syahna, Alisyah, keluar juga dari ruang Bk.
Tapi ya, karena sudah biasa jadi mereka biasa saja. Bodo amat mah mereka, tapi sebagai hukumannya mereka di hukum untuk membersihkan papan tulis dan di lakukan saat pulang sekolah. Mau tau kenapa Syahna, Noria dan Alisyah juga ikut ke ruang Bk? Jawaban nya karena Noria yang memberi ide, Syahna dan Alisyah yang membeli spidol itu dan merobek bungkus spidol yang seharusnya menujukkan permanen tidak nya spidol itu. Sedang kan Artha bertugas memberi spidol itu ke guru. Jadi mereka berempat bersalah.
Karena sudah jam istirahat, mereka memutuskan untuk menuju ke kantin. Sebenarnya dari saat di ceramah oleh guru di ruang Bk, perut mereka sudah berdemo. Bahkan perut Noria sampai mengeluarkan suaranya, yang membuat guru yang sedang menceramahi mereka diam. Tapi hanya sebentar, detik setelahnya guru itu kembali mengomel. Yang tentunya membuat telinga keempat gadis itu memanas.
Mereka memesan bakso dan es teh yang menyegarkan, apalagi selesai mendengar ceramah, es teh adalah yang paling nikmat.
"Udah selesai di ceramahin?" Tanya seseorang yang sekarang duduk di samping Artha.
"Udah, gendang telinga gue hampir pecah dengar ceramah guru yang nggak selesai-selesai." Ray mengangguk, dengan sengaja dia meminum es teh milik Artha.
"Kok di minum? Gue kan haus." Ray menyengir.
"Ntar punya gue lo yang minum, gue udah haus banget nih."
"Ta-tapi. Sedotan nya tadi udah gue pake minum."
"Malah bagus dong, ciuman tidak langsung." Ray menaik turunkan alisnya, seketika wajah Artha memerah.
"Cie, mukanya kok merah sih?" Goda Ray, Artha memukul tangan Ray.
"Aduh yang lagi di mabuk cinta, temannya di lupakan." Ucap Syahna, padahal dirinya juga sedang nempel di Raka.
"Kaya lo nggak aja." Artha tertawa.
"Di beritahukan kepada semua ketua eskul untuk berkumpul di ruang osis, setelah sekolah usai. Terimakasih." Suara speaker yang di pasang di dekat kantin terdengar.
"Padahal gue mau tidur cantik di rumah." Alisyah cemberut.
"Halah, bilangnya mau tidur. Tapi malah ada di rumah orang." Alisyah menyengir.
"Kalian memangnya ketua eskul?" Tanya Ray, keempat gadis itu mengangguk.
"Beneran? Kok gue nggak tau."
"Kalian belum lama sekolah di sini, jadi wajar sih nggak tau." Ucap Noria sambil meminum es teh nya.
"Eskul apa?" Tanya Ray lagi.
"Gue Musik, Noria Cheers, Syahna Fotografi, Alisyah teater atau drama. Sesuai bidang yang di sukai sih." Ucap Artha, Ray dan yang lain hanya manggut-manggut.
"Eh, btw kalian ada curigain sesuatu nggak, oh lebih tepatnya seseorang." Ucap Syahna.
"Emang kenapa?" Raka menyahut.
"Karena kotak yang ada di laci kira berempat waktu itu, gue jadi curiga."
Raka langung tegang, tidak jauh beda dengan ketiga temannya yang lain.
"Ah...itu..mungkin orang iseng paling." Ucap Raka.
"Mungkin sih."
Kring!
"Yuk ke kelas." Ajak Artha.
Mereka berdelapan pun pergi menuju kelas.
Saat sampai di kelas, jalan mereka terhalangi oleh beberapa anak yang berdiri di depan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSA
Teen FictionJudul sebelumnya: Story Of Troublemaker Girls SMA Pelita Bangsa. Defisini Troublemaker mungkin adalah mereka. Iseng dan sering melanggar aturan, bolos bukan lagi hal tabu bagi mereka. Bahkan guru saja mereka jahili. Siapa yang tidak mengenal mereka...