"Cepetan, ntar ada yang lihat." Ucap Syahna panik.
"Elah. Gak bakalan ada yang lewat, 'kan ini masih jam pelajaran, tenang aja." Ucap Alisyah sambil melanjutkan aktifitasnya.
"Selesai. Hmm... Sepertinya ada yang kurang," Ucap Artha sambil mengelus dagu nya tanda dia sedang berfikir. "Gue ingat. Nori lo bawa lipstik gak?"
"Bawa lah. Mau ngapain lo?" Selidiknya.
"Mana sini. Gue punya ide bagus nih." Noria lalu meraba isi tas nya setelahnya Dia memberikan lipstik pada Artha.
"Selesai. Dah yok ke kelas ntar pak kumis ngomel lagi." Ucap Artha, lalu mereka berlari ke arah koridor sekolah, menjauh dari parkiran.
"Kalian dari mana saja?" Tanya pak kumis eh? maksudnya pak Dede tapi sering di panggil pak kumis. Karena ketebalan kumis nya yang melebihi tebalnya tanggo yang berlapis lapis. Elah jadi promosi.
"Itu pak. Tadi di suruh jaga gerbang sebentar sama pak satpam." Ucap Noria yang tentu saja berbohong.
"Ya sudah. Sama duduk!" Setelah itu mereka pergi duduk di tempat masing-masing, dan menyiapkan telinga untuk mendengarkan ceramah tentang manusia-manusia purbakala.
Tidak terasa atau mungkin sangat terasa. Lonceng pulang akhir nya terdengar, semua orang langsung berhamburan ke luar kelas.
"Oi. Kita ke lantai atas aja, biar bisa lihat ekspresi mereka." Ucap Noria sambil merapikan buku nya.
"Ide bagus tuh. Tapi tunggu mereka keluar dulu supaya gak curiga." Ucap Artha, mengendikan dagu ke arah kelas yang masih ramai.
"Iya, biar gak ketahuan." Ucap Alisyah setuju dengan Artha.
"Eh! Itu mereka udah keluar ayo cepat!" Dengan langkah seribu mereka berempat berlari ke lantai dua, yang langsung terlihat parkiran dari atas. Btw sekolah ANSA itu 2 lantai bisa di bilang tiga sih tapi atap lantai tiga nya.
Dan akhir nya yang di tunggu tunggu.
***
"Eh! Kok mobil gue jadi kek gini?!" Ucap Ray spontan, karena melihat apa yang terjadi pada mobil miliknya dan juga milik ketiga temannya. Mobil mewah mereka telah berubah, yang tadi pagi masih bersih kinclong jadi di penuhi oleh tepung, pasir, air comberan mungkin, karena bau banget dan ada tulisan besar yang bertuliskan 'ANSA'.
Tuh cewek-cewek emang tukang cari masalah banget ya! Batin Ray.
"Mobil kesayangan gue jadi kek gini." Ucap Raka agak lebay sih ngomong nya. Tapi ya.. Bayangin aja mobil itu baru aja di cuci berubah jadi kotor luar biasa.
"Tuh cewek cewek nyari masalah banget sih." Ucap Reval geram.
"Hahahahaha."
Terdengar suara tawa yang berasal dari atas, tepatnya di lantai dua sekolah. Itu Artha dan teman-teman nya.
Yang tentu saja mereka sedang menertawakan Ray beserta teman-teman nya, apalagi saat melihat wajah mereka semua yang pias ketika melihat apa yang sudah di lakukan oleh Artha dan yang lain.
"Gimana? Enak gak di kerjain?" Ucap Artha tersenyum.
"Enak lah, siapa dulu yang ngerjain Gang ARTHA. Hahaha." Ucap Noria terbahak.
"Eh! Lo semua bisa ngak sih ngeganggu orang?" Raka berucap setengah berteriak.
"Gak." Jawab mereka serempak. Senyum tidak lepas dari wajah mereka
"Makanya sekolah itu nb ak usah terlalu alim-alim amat, nakal dikit lah." Ucap Artha memandang ke arah Ray.
Untung cewek, kalau ngak... Batin Ray.
"Lo semua enggak pernah ya, di ajari sopan santun sama orang tua kalian." Ucap Ray, memandang sinis ke arah Artha.
"Kalau enggak kenapa? Toh itu bukan urusan lo juga." Ucap Artha bersedekap.
Ray geram dengan kelakuan Artha dan ketiga temannya.
"Nama keluarga semua dari keluarga yang baik-baik, tapi kenapa anaknya jadi kaya gini, ck merusak." Ucap Rafa sambil berdecak.
"Eh! Denger ya, kita itu melakukan apa yang kita mau. Sesuai keinginan gak di atur-atur kaya kalian, yang apa-apa harus di atur-atur. Kayak anak kecil aja." Ucap Noria memandang sinis ke arah Rafa.
"Diam napa, udah salah nyolot lagi." Ucap Reval.
"Kita bukan nyolot tapi ngomong, tolong di bedain." Ucap Syahna dingin.
Mereka berdekatan saling menatap tajam satu sama lain, tidak ada yang mau kalah. Dari kubu perempuan maupun laki-laki, kalau misal tatapan bisa membunuh pasti sedari tadi sudah terjadi perang berdarah.
"Gak usah di ladeni lah, biarin aja. Yuk pulang." Ucap Ray, terakhir Dia memandang ke arah Artha dengan sangat sinis. Menyinggungkan senyum sinis nya.
Mereka berempat-yang laki-laki-memasuki mobil mereka masing-masing, tidak memperdulikan teriakan mengejek dari Artha dan yang lain.
Kalo bukan cewek udah bonyok dari tadi. Batin Reval.
Ray hanya mengguman kan kata sabar dalam hatinya, ngak enak juga 'kan kalau tiba-tiba Dia kebablasan dan mukul cewek, jadi hanya kata sabar lah yang bisa meredakan amarahnya. Walau itu mungkin tidak terlalu berpengaruh.
. . .
[Editing]
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSA
Teen FictionJudul sebelumnya: Story Of Troublemaker Girls SMA Pelita Bangsa. Defisini Troublemaker mungkin adalah mereka. Iseng dan sering melanggar aturan, bolos bukan lagi hal tabu bagi mereka. Bahkan guru saja mereka jahili. Siapa yang tidak mengenal mereka...