Dua Puluh : Aula

26.4K 1.7K 17
                                    

Alisyah dengan malas berjalan di koridor sekolah, tas yang di bawa nya sangat berat bukan hanya karena buku namun karena kertas dan laptop miliknya.

"Pagi," sapa Artha yang sangat tumben datang pagi, ternyata yang membuat nya datang pagi adalah tugas sejarah yang harus di kumpul hari itu juga.

"Sebentar latihan 'kan?" Noria dan Syahna yang Alisyah pastikan baru saja dari kantin karena beberapa bungkusan yang di bawa kedua nya.

"Iya, dan gue udah harus selesaikan ceritanya, gue frustasi tau nggak?" Alisyah berkata lelah.

"Tapi udah selesai 'kan cerita nya?" Artha mengalihkan dirinya ke Alisyah.

"Udah, tadi malam gue kerjain sampe jam 11. Makanya sekarang gue ngantuk parah." Alisyah duduk lalu menyandarkan badannya di sandaran kursi. "Lelah hayati."

"Hayati lagi mandi, jadi nggak usah di sebut nama nya." Syahna berucap dengan wajah yang sangat polos.

Alisyah menatap datar teman sebangku nya itu. Lalu mendengus pelan, menatap ke luar jendela. "Kenapa masa lalu harus tetap di kenang?" Entah mengapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Alisyah.

"Karena kita selalu bisa mengambil hikmah dari masa lalu," ucap seseorang yang baru saja lewat.

"Wow, Rafa bijak amat." Artha berdecak. "Gue bikinin talk show, judulnya Rafa teguh." Artha tertawa.

"Bacot ah," Raka berdecak. "Hai Syahna." Artha cengengesan karena mendengar sapaan Raka.

"Lucu. Sampai gue mau muntah." Noria ber hi-five bersama Artha. Mereka sangat senang memang menggoda Syahna, dan walau di tatap setajam pisau yang baru saja diasah dari Syahna kedua nya masih tetap cengengesan.

"Hari ini kita nggak belajar." Ucap Noria bahagia.

"Kenapa? Guru rapat?" Ray yang baru saja duduk di kursinya bertanya. Noria menggeleng.

"Buat kita berempat aja sih, kalian gue nggak tau."

"Kok gitu?! Gue juga mau nggak belajar!" Raka berseru.

"Karena kita mau latihan," jawab Artha bahagia. "Dan kalau misal istirahat datang ke aula aja, kita latihan di sana."

"Tha, berarti sia-sia dong lo mati-matian kerjain sejarah toh lo nggak ikut belajar." Ucap Syahna.

"Iya juga ya. Tapi biar lah, gue 'kan anak rajin." Tiga sahabatnya itu langsung menoyor kepala Artha.

"Jahat," bibir Artha mengecut.

"Tha, jangan kayak gitu bibirnya. Ray udah nafsu tuh mau cium." Ray dan Artha serempak mendelik tajam ke Raka yang sedang cengengesan.

"Gue ke aula duluan ya, mau kasih tunjuk hasil begadang gue ke ketos." Alisyah menggendong tas nya dan berjalan keluar.

"Gue juga deh," Artha berdiri. "Kalo kalian nggak belajar jangan lupa datang, oke?"

"Gue ikut!" Noria berseru.

"Duluan." Syahna sudah ke luar.

Setelahnya baru lah Artha dan Noria keluar dari kelas menuju aula.

Artha membawa serta gitar miliknya.

Setelah berbincang tentang tata acara dan tata panggung. Kini Artha sedang mencoba memainkan sedikit gitar nya.

Artha sedang sedang duduk di dekat Syahna yang sedang duduk sambil memperhatikan semua orang yang ada di aula.

Karena merasa bosan Artha mulai menyanyikan satu lagu yang dianggap nya cocok untuk perasaannya saat ini.

ANSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang