1 - Sang Juara

3.1K 172 161
                                    

Motor ninja hitam milik Raca terparkir dengan mulus di area parkir motor SMA Bhinneka. Mata Raysalma menyipit mencoba membaca tulisan SMA BHINNEKA yang terpampang besar di plang putih. Kegugupan langsung menyerang batin Raysalma dengan bertubi-tubi, membuat degup jantung Raysalma kembali berdetak kencang tidak kira-kira. Jadi, di sinilah Raysalma akan menuntut ilmu-di SMA Bhinneka-yang diisi oleh 724 murid di tiap tingkatnya. Mata Raysalma berpendar menatap sekeliling dan yang Raysalma dapati adalah area parkir yang mulai penuh karena waktu menunjukkan pukul 06.20-itu tandanya, upacara bendera akan dimulai.

"Masih nangkring aja di motor kayak kunyuk," Celetuk Raca yang sudah turun dari motor dan sedang berdiri di samping motor sambil menyisir rambut depannya, "Gugup, ya? gue juga gugup. Ayo, kita bergandengan."

Raysalma tersenyum geli, "Emang gue kelihatan banget gugupnya?"

"Nggak, sih," Kata Raca sambil menyipitkan matanya, kemudian meraih tangan Raysalma, "Tapi tangan lo dingin. Gugup berarti."

Raysalma mengernyitkan dahi, "Nggak juga. Ada beberapa faktor yang menyebabkan suhu tubuh kita lebih dingin dari-"

"Sstt! Jangan ngoceh mulu, nanti laper lagi," desis Raca, "Lagian, kita baru belajar prinsip angin kemarin. Otak gue lagi ngepul, nih. Kalo mau bahas tentang yang ini, nanti aja."

Raysalma menghela nafasnya dengan kasar, "Oke."

Dibesarkan di lingkungan dan orangtua yang sama membuat Raysalma dan Raca memiliki pola tingkah laku yang sama. Kata sebagian orang, bedah buku itu membosankan. Namun, Raysalma dan Raca melakukannya tiap hari karena bedah buku itu menyenangkan. Raysalma selalu menjadi nomor satu yang palig bersemangat ketika Raca mengajak Raysalma dan Cikal untuk bedah buku. Bahkan, keseringan mereka membedah buku Mitologi Aztec membuat mereka hafal isi dari buku tersebut. Orang-orang berkata bahwa keluarga mereka memang dibesarkan untuk menjadi jenius. Namun, Raysalma yakin bahwa tiap orang dibesarkan dan berkesempatan untuk menjadi jenius juga. Hanya saja, ada sebagian orang yang tidak mengambil kesempatan untuk menjadi jenius karena malas mencoba hal-hal baru.

Ketukan sepatu Raysalma dan Raca menggema di lobi utama. Seluruh koridor sepi, karena murid-murid dan guru-gurunya sedang melaksanakan upacara di lapangan. Langkah mereka terhenti di koridor lantai dasar yang berada di tepi lapangan dan mata mereka berpendar mencari pintu ruang Kepala Sekolah yang katanya ada di koridor lantai dasar. Raysalma mengedarkan pandangannya, kemudian menyipitkan matanya ketika melihat pintu kaca besar yang diyakini sebagai ruang Kepala Sekolah berada tepat pada posisi membelakangi arrah murid-murid yang sedang upacara.

"Kata Raline, pintu ruang kepsek tuh pintu kaca. Keliatan nggak, Ray?"

"Ini gue lagi ngeliat-liat. Kayaknya itu, nggak, sih? Yang sebrangan sama pendopo?" Kata Raysalma sambil menunjuk ke pintu yang dia maksud.

Raca mengikuti arah telunjuk Raysalma, "Kayaknya iya. Yaudah, cepetan, deh."

Mereka berjalan cepat menuju pintu yang Raysalma tunjukkan. Ketika akan masuk ke ruangan berpintu kaca tersebut, seorang guru wanita berparas ramah dan bertubuh gemuk keluar dari ruangan tersebut sambil tersenyum ramah, "Hei, nggak ikut upacara?"

Raysalma dan Raca tersenyum kikuk, "Kami murid baru dan diperintah oleh bu Tantin-kepala sekolah-untuk menemui beliau pas jam upacara," Kata Raysalma sambil tersenyum sopan. Raysalma melirik badge nama yang terletak di sebelah kanan seragam wanita yang bertuliskan "Nur Budiharti, S.Pd, M.Pd"
Bu Nur Budi mengangguk paham, "Kalian kemarin yang ikut placement test ya? Dapetnya di kelas X IPA 1 dan XI IPA 1, kan?"

Raysalma dan Raca mengangguk dengan canggung.

Bu Nur Budi kembali menoreh senyum ramah, "Kenalin, saya Bu Nur Budi, wakil bidang kesiswaan di sini. Nah, saya sebenarnya memang harus memandu kalian ke kelas. Tapi, berhubung Bu Tantin lagi ada tamu, kalian duduk dulu, ya, sampai tamunya keluar." Kata Bu Nur Budi sambil menunjuk bangku panjang yang letaknya tidak jauh dari pintu kaca.

To: Revan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang