24 - Latihan Basket Terakhir

206 33 35
                                    

Haloo, it's Gina.
Aku mau kasih klarifikasi knp Partnya jadi Part 24? Harusnya kan Part 26?

Jadi, kemarin aku baru revisi To Revan, aku padetin lagi ceritanya sehingga ada bbrp Part yg aku unpublish. Aku udah revisi semua bab, dan bagi kalian yg mau baca To Revan DARI AWAL yg versi UDAH DI REVISI, boleh banget (tapi yg versi udah revisi belum sempet aku italic buat kata² asing, jadi maaf ya)

Karena menurutku, versi yg udah di revisi tuh agak lebih bagus gitu (gatau sih menurut kalian gimana ahaha lmao)

Ya intinya sok atuh baca dari awal kalo kalian bersedia. Jangan lupa baca RETURN MY HEART ya! Langsung masukin Reading List!!

Oh iya, beberapa dri kalian agak malu-malu gitu ya buat komen? Karena aku sering dapet message "kapan To Revan update lagi?" Tapi di personal message wattpad aku xixi sehingga komenannya jdi sepi. Kalo ada saran, pertanyaan, atau apapun deh komen aja ya ehehe. Aku bkl seneng hati terima komenan kalian kok.

Oke, selamat membaca!

- To Revan -

Waktu Raysalma tinggal di Jogja, dia jarang mendapatkan ucapan selamat ketika berhasil meraih juara di tingkat Nasional. Bahkan, waktu Raysalma berhasil mengalahkan anak dari negara Thailand saat Lomba Debat Bahasa Inggris, Raysalma tidak mendapat ucapan selamat dari teman-teman sekelasnya di Jogja.

Tapi sekarang sudah Lebih dari 10 orang yang menyampaikan ucapan selamatnya ke Raysalma yang sedang berjalan menuju kelas. Mereka bangga atas keberhasilan Raysalma menjadi Juara 1 di Music Line Competition. Ternyata, Raline benar : bahwa pindah di lingkungan yang baru tidak terlalu buruk.

Raysalma berhenti di depan Mading lobi utama dan menatap poster dirinya yang dipasang pada Mading itu.

Selamat kepada teman kita :
RAYSALMA CHANDRADITYO (XI IPA-1)

Atas keberhasilannya menjadi :
JUARA 1 MUSIC LINE COMPETITION

Semoga keberhasilannya dapat menginspirasi kita semua dalam meraih prestasi.

Raysalma tersenyum lebar membaca apresiasi yang diberikan untuknya, kemudian melanjutkan perjalanannya menuju kelas. Belum sempat Raysalma berjalan, teriakan Raline sudah menggema di koridor lantai satu.

Raline menatap Raysalma dengan berbinar, kemudian berteriak , "Raysa!"

Raysalma menoleh dan langsung memeluk Raline begitu perempuan itu sudah berdiri di hadapannya, "Raline, kangen banget gue. Serius!"

Raline mendengus dalam pelukan Raysalma, "Kangen gue atau kangen Revan? Gue nggak mau diduain, lho."

Raysalma terbahak sambil melepas pelukannya, "Revan yang galak begitu nggak ngangenin."

"Gue nggak ngerti lagi, lo keren banget waktu nampilin video bahasa isyarat," kata Raline sambil berjalan merangkuk Raysalma, "Itu inovasi yang keren, lho, Ray."

Raysalma mengangkat bahunya sambil tersenyum tipis, "Sebenarnya, niat awalnya tuh cuma biar Cikal bisa nonton. Beberapa jam sebelum gue ada niat bikin video itu, gue berharap Cikal bangun dari koma-nya dan bisa nonton gue," kata Raysalma, "Makanya, gue bikin video bahasa isyarat biar kalo Cikal udah bangun, dia bisa ngerti arti dari lagu gue."

"Usaha lo terbayarkan, kok, Ray," kata Raline sambil mengelus bahu Raysalma, "Doa lo juga udah terkabulkan, Cikal udah sadar, kan?"

Raysalma mengangguk senang, "Kalo gue tau Cikal bakal sadar, rasanya Gue mau langsung balik aja ke Jakarta."

To: Revan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang