Raysa asyik berkutat pada sendoknya. Sedaritadi Raysa hanya mengetuk ketuk sendoknya ke meja kantin tanpa memakan bekal yang telah dibawanya dari rumah. Mata nya menatap lurus ke seorang Laki laki yang saat ini tengah dikerumuni oleh siswi-siswi kelas 10 Tahun Ajaran Baru untuk mendapatkan tanda tangan dari Laki laki tersebut.Raline yang sedaritadi duduk di hadapan Raysa pun mengernyit menatap Raysa sembari mengunyah Red Velvet-nya, "Kalo bekal nya gak dimakan mending buat gue sini." Ujar Raline sambil menarik tempat makan Raysa dan menyantap isi nya.
Raysa tidak menggubrisnya. Ia terus saja menatap Revan dengan tatapan kosong yang saat ini tengah tersenyum manis kepada siswi-siswi tahun ajaran baru yang mengerumuninya. Senyum Revan ke mereka terlalu manis membuat Raysalma panas sendirimelihatnya-pasalnya, seorang Revan tidak mudah untuk tersenyum semanis itu di hadapan Raysalma.
Raline menatap Raysa dan mengikuti arah pandang Raysa, "Revan banyak yang minta tanda tangan ya. Baru hari ketiga mpls aja fans nya udah bejibun."
Raysa mengalihkan pandangannya kepada es jeruk yang berada di hadapannya, "Mereka Cuma belum tau sifat asli Revan," kata Raysalma, "Dan lagi, kan emang udah kewajiban setiap peserta didik baru buat minta tanda tangan dari anak OSIS, ya termasuk Revan. "
Raline tertawa geli menatap raut wajah Raysa yang dongkol dengan Revan, "Emang sifat asli Revan kayak gimana ke lo?" Goda Raline sembari menyuap Red Velvet.
"Gausah ditanya lin. pokoknya semua yang jelek tuh punya Revan. "
Raline semakin senang menggoda Raysalma, "Tapi perasaan kalo sama gue dia gak kayak gitu."
Raysa berdecak kesal, "Nggak usah dibahas."
Raline mengunyah suapan Red Velvet terakhirnya, "By the way, cewek kelas 10 sekarang cantik cantik ya."
Raysa mengangguk setuju sembari meneguk es jeruknya dan matanya tak sengaja menangkap dua siswi kelas 10 yang tengah berjalan mendekat ke meja Raline dan Raysalma.
Raysa masih mengenal dua perempuan itu yang masing-masing bernama bernama Humaira dan Naraya, siswi yang ditemuinya kemarin saat mendaftar menjadi anggota eskul Mading.
" H-hai kak, namanya kak Raysa kan? Ketua eskul Mading yang kemarin ketemu? " Tanya Gadis yang bernama Humaira dengan gugup.
Raysa menorehkan senyum ramah kepada mereka, " Iya, ini humaira sama nara kan? "
Keduanya mengangguk.
"Ada apa?"
"Kita mau tanya, yang namanya kak Revan anak OSIS kelas 10 Ipa 1 itu yang mana, kak? Kita disuruh cari tanda tangan dia di buku ini. " kata Nara sembari menunjukkan lembaran buku yang telah dipenuhi oleh tanda tangan pengurus OSIS MPK.
Senyum Raysa berubah menjadi masam menatap isi dari buku tersebut sementara Raline tampak menggigit bibir bawahnya, menahan tawa, "Itu yang lagi dikerumunin sama cewek cewek. " kata Raysa sembari menunjuk Revan dengan dagunya.
Humaira dan Naraya mengikuti arah pandang Raysa dan menggangguk.
Naraya berbisik ke Humaira-bisikan yang masih bisa didengar Raysalma dan Raline, " Aihh, cogan tingkat pegunungan Alpen."
Humaira berdesis, "Jangan keceng-kenceng, Nara," tegur Humaira yang kemudian menorehkan senyum canggung ke Raysalma dan Raline, "Makasih banyak yaa kakak kakak." Ujar Humaira sembari tersenyum tipis kemudian menarik lengan Nara untuk pergi.
Raline memecahkan tawanya di hadapan Raysa, "Tuh kan, Ray, saingan lo tambah banyak buat dapetin Revan. "
" Saingan apanya? Dikira gue juga suka sama Revan apa. " Sangkal Raysa sembari mendengus kesal.
"Halah muka lo mah paling gak bisa bohong. "
KAMU SEDANG MEMBACA
To: Revan [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[BOOK 1] Mungkin tidak mudah menjadi Gadis yang terlalu Genius. Oke, menjadi Genius memang 'Menyenangkan', tapi gimana kalau Kejeniusanku malah membuat Revan merasa tersaingi dan benci? Aku--yg nguasain isi buku tebal ttg psikologi manusia--tidak da...