PART 12
"Apaan sih, Re? Ngapa narik baju gue? Bedain antara narik manusia sama kucing warteg! " Deon mengerang kesal sambil menyesuaikan langkahnya dengan Rega yang seenak jidatnya menarik kerah seragam Deon.Rega menatap Deon sambil memutar kedua bola matanya kemudian menunjuk ke tengah lapangan, tempat dimana Diandra berdiri menyiram es jeruk keatas Luna, " Noh, Diandra pujaan Lo. Seenak dengkul nyiram Luna yang baru sembuh. Sinting!" Seru Rega.
Deon memutar bola matanya malas, " Dia bukan punya gue lagi. Mau dia salto, joget diatas air, terserah."
Rega berdecak. " Lo tegur, lahh, biar nggak seenaknya sama orang lain. Cuma negur, nggak bakal bikin Lu balikan sama dia. "
Deon mengumpat dalam hati dengan langkah yang mulai mendekati Diandra di tengah lapangan. Tepat sekali ketika Deon sampai di belakangnya, Diandra berbalik dan tersenyum manis kepada Deon, " Hai, Deon. "
Deon menatap tajam Diandra, kemudian mengedarkan pandangannya kepada orang yang mengerumuni mereka. Ada Cewek yang curi curi pandang kepada Deon. Bahkan ada pula Cowok yang tengah menatap Diandra dengan lapar, melihat lekuk tubuh Diandra seakan menjadi nikmat yang tidak tergantikan.
Deon tertawa sinis, "Lo nggak capek jadi tontonan gratis sama cowok keroncongan ini?”
Diandra mengernyitkan dahi, “Lo kok ngomong gitu, sih, yon?”
Deon meraih lengan Diandra, “Ikut gue.”
- To Revan -
Revan memasukkan Ponselnya di saku, kemudian berbelok arah menuju Lorong Loker dan langsung menemukan Raysa yang tengah meneguk air dalam botolnya. Revan menyeringai lebar menatap Raysa, kemudian berjalan cepat menghampiri Raysa.
Raysa yang sedang meneguk air mineralnya hampir saja tersedak begitu melihat Revan menghampirinya. Dengan cepat, Raysa mengunci Lokernya dan beranjak pergi, Namun Raysa kalah cepat. Revan tiba-tiba berdiri di hadapannya sambil merentangkan tangannya ke Loker, menghalangi jalan Raysa, " Mau kemana, hmm? "
“Ke mana aja bukan urusan lo,” jawab Raysa jutek.
Revan mengangkat alis kanannya, “Kalo nanti gue ketemu Nenek, gue nggak mau lo ngadu kayak kemarin lagi. Nanti gue malah dilarang ketemu lo.”
Raysa mendengus jengkel menghiraukan permintaan Revan, " Udah minggir, Gue mau lewat. Kalau nggak—"
" Kalau enggak apa? Mau nangis trus ngadu ke Nenek? Cengeng. " Tantang Revan.
Raysalma terperangah, “Eh, jangan ngomong deh kalau tujuannya cuma bikin gondok.”
Revan terbahak, “Selain cengeng, Raysa juga gampang marah.”
“Lo tuh yang gampang marah,” kata Raysa tidak terima, “Gue ngomong dikit lo marah, gue salah lo marah, gue benar lo marah. Random banget lo jadi orang.”
" Pendek. " Ujar Revan.
" Dasar tukang ngancam! " Balas Raysa.
" Cengeng. "
" Emangnya cewek yang nangis itu udah pasti cengeng?! " Sangkal Raysa dengan sinis.
Revan menyeringai lebar. " Iyalah, Gue udah berpengalaman bikin cewek nangis dari kecil. " Dan detik selanjutnya, Revan tertawa terbahak bahak.
Raysa mendengus. "Minggir! Nggak usah ketawa, nggak ada yang lucu. "
Revan meredakan tawanya sambil menatap dalam Raysa, semakin dalam. "Jangan sering-sering nangis, Ray, nanti kurus.”
KAMU SEDANG MEMBACA
To: Revan [TELAH TERBIT]
Dla nastolatków[BOOK 1] Mungkin tidak mudah menjadi Gadis yang terlalu Genius. Oke, menjadi Genius memang 'Menyenangkan', tapi gimana kalau Kejeniusanku malah membuat Revan merasa tersaingi dan benci? Aku--yg nguasain isi buku tebal ttg psikologi manusia--tidak da...