8 - Teman bukan Saingan

1K 101 57
                                    


Satu semester telah berlalu. Rasanya waktu berputar dan bergulir dengan begitu cepatnya mengingat hari ini adalah hari pertama Raysalma menginjak bangku kelas 11.

Jujur saja, hari ini bukanlah hari yang berkesan bagi Raysalma, karena bagaimanapun juga dia akan tetap menjadi teman sebangku Revan. Ada dua hal menyebalkan yang Raysalma dapatkan untuk hari pertama ini. .

Pertama, dia jadi bahan omongan satu sekolah karena berhasil menyalip nilai Revan dan menggantikan posisi Revan sebagai juara 1 paralel se-IPA. Kedua, dia akan tetap jadi teman sebangku Revan sampai dua tahun ke depan. Yang kedua adalah yang paling menyebalkan, karena lagi-lagi Raysalma harus makan hati kalau Revan membentak dan berkata ketus.

Walaupun Revan terkadang baik, tetaap saja, sikap jelek Revan di mata Raysalma lebih banyak daripada sikap baiknya terhadap Raysalma.

Raysa dan Raline dengan berdiri di hadapan Mading yang lebar dan besar sembari menatap nama Raysalma yang terpampang jelas dalam urutan nomor pertama di mading tersebut.

Raline menoleh kepada Raysa sembari menyengir kuda, "Raysa geser Revan, dong, aduh kapaan ya super Raline bisa rangking satu?"

Raysalma meringis, "Udah, dong, lin, nggak usah di bahas."

" Lihat, ray. Si revan di posisi kedua. Rata rata nya 9,5 , cuma beda 0,2 point doang sama lo, " kata Raline sambil menyisir poninya yang sebatas alis.

Raya beralih menatap nama Revan yang tepampang jelas berada di posisi ke 2 dengan nilai rata rata 95, sedangkan Raysa 97. Tatapan Raysa bergerak turun dan menemukan nama Raline dalam urutan ke 5 paralel dengan nilai rata-rata 92,5.

Dia menghembuskan nafasnya dengan kasar dan tatapan menerawang. Dari pagi, Raysalma terus menerus memikirkan reaksi Revan begitu tahu bahwa Raysalma menggeser posisinya. Di hari pertama kenal Raysalma saja Revan sudah menilai buruk Raysalma, apalagi sekarang.

"Ekhem." Tepat di belakang Raysa, seseorang berdeham yang membuat Raysa dan Raline refleks menoleh dan mendapati seseorang yang baru saja hinggap dalam benak Raysalma-Revan Aliskia Sutanto.

Revan berdiri tepat di belakang Raysa sembari melipat tangan di depan dan senyum yang terkulum miring, "Wow sekali, posisi gue bergeser satu peringkat. "

Raysa menatap Revan dengan gugup, "Van, gu-gue--- " penjelasan Raysa terputus dengan ucapan Revan yang sarkas.

"Selamat, Raysalma. " Revan mengulurkan tangannya ke Raysalma untuk memberi selamat. Raysalma paham bahwa maksud Revan bukan hanya untuk memberinya selamat, tapi menyindirnya.

Raysalma menerima uluran tangan Revan sambil tersenyum canggung, "Makasih, ya."

Revan tersenyum kecut, "Sama-sama, ya. lo mah pasti ngalahin nilai seleksi tes buat perwakilan lomba cerdas cermat matematika minggu depan. Bener, kan? Lo mau wakilin sekolah?"

"Lho, Van, kok lo ngomong gitu?" Raysalma menatap Revan dengan nanar, "Lo nganggep gue ini saingan lo, ya?"

Revan mengangkat bahunya dengan acuh, "Menurut lo aja."

"Gue mau berteman sama lo, Van, bukan bersaing," Sergah Raysalma dengan kecewa, "Kalo kita bersaing, lo-"

"Gue mau berteman sama lo, Van, bukan bersaing," Sergah Raysalma dengan kecewa, "Kalo kita bersaing, lo-"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
To: Revan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang