6(b) - Pagelaran (2)

1.1K 105 48
                                    

Angklung solo adalah konfigurasi satu unit angklung melodi digantung pada suatu palang sehingga bisa dimainkan satu orang saja. Sesuai dengan konvensi nada diatonis, maka ada dua jajaran gantungan angklung, yang bawah berisi nada penuh, sedangkan yang atas berisi nada kromatis.

Angklung tersebut akan dimainkan oleh Raysalma yang kini tengah mendesah gusar dibalik tirai.

Disinilah Raysa sekarang, di balik tirai berwarna merah maroon. Hanya tersisa menunggu beberapa detik lagi untuk tampil, unjuk bakatnya di hadapan ratusan pasang mata yang menyaksikan. Raysa berdiri sembari mendesah. Raysa dan terus saja meremas ujung pakaiannya.

" Raysa, " Kata Elfa sambil berjalan menghampiri Raysalma dengan senyum sumringah, "Udah siap?" tanya Elfa dengan girang sembari berjalan menghampiri Raysa yang terlihat pucat.

Raysalma mengangguk sambil tersenyum tipis, "Siap, kak."

Elfa melirik jam puma putih yang melingkar di pergelangan tangannya, "Udah jam 7, sekarang udah saatnya. Semangat, Raysa. "

"Makasih yaa kak. " kata Raysalma sembari tersenyum tipis dan berjalan menaiki anak tangga.

Raysa telah memasuki area panggung dan telah disambut oleh lampu kuning yang mengisi keheningan kursi penonton. Panggung terlihat gelap dan hanya ada satu lampu yang menyorot satu unit angklung solo di tengah panggung yang akan Raysalma mainkan. .

Raysalma kini telah berdiri di hadapan angklung solo yang tergantung pada palang. Semua mata tertuju padanya dan keheningan merajalela. Saat Raysalma mengedarkan pandangannya, Revan berdiri tepat di samping panggung dengan tatapan yang lekat-lekat tertuju padanya. Melihat senyum yang terkulum di bibir Revan saat ini adalah salah satu yang Raysalma tunggu-tunggu sejak awal bertemann dengan Revan.

Malam ini sikap Revan sangat manis, dan Raysalma berharap semoga seterusnya akan begitu.
Jemari mungil Raysalma mulai memegang tabung bambu angklung dan mulai menggoyangkannya, membunyikan intro dari lagu "Rayuan Pulau Kelapa".

Raysa membiarkan dirinya terus terbawa alunan nada yang mengalun Indah dalam permainannya, membiarkan jemari mungilnya dengan lincah menggetarkan tabung bambu angklung, membiarkan tubuhnya bergeser sana sini bagai melodi yang mengalun dengan lembut. Gemetar dalam hatinya perlahan hilang hingga akhirnya ia dapat memainkannya dengan penuh penghayatan dan fokus. Tubuh mungilnya bergeser dengan lincah, mendalami setiap baitnya.

Suasana sekitar panggung hening seketika. Tak ada satupun yang angkat bicara ataupun berbisik. Semua menikmatinya. Bahkan kali ini Revan ternganga menatap Raysa yang dengan mudahnya bermain angklung. Agaknya, tiap orang mulai sadar bahwa Raysalma adalah satu dari sedikit orang yang dapat memainkan alat musik tradisional dengan baik. Jari-jarinya lincah dalam bermain angklung, tifa, dan sasambo. Ketika lagu mencapai detik detik untuk selesai, tepuk tangan yang sangat meriah menggema dari ujung ke ujung panggung.

Saat lagu berakhir, Raysalma tidak dapat menahan senyum bahagianya ketika melihat penonton kagum dan puas atas permainan Raysalma.

menurut Raysalma, malam ini bukan sesuatu yang buruk, karena Revan 'pun tampak puas dengan permainan Raysalma. Matanya tidak lepas dari Raysallma sedetik 'pun selama lagu berjalan.

Raysalma berjalan ke tengah panggung sembari tersenyum kikuk dan membungkukkan tubuhnya untuk memberi hormat kepada Penonton. Panggung yang awalnya hanya disorot dengan satu lampu kemudian berganti menjadi terang dan munculah seluruh anggota Pamdav dari balik panggung yang menggunakan pakaian adat.

Mereka semua berdiri di tengah panggung hingga akhirnya alunan keyboard , drum dan gitar mengalunkan intro lagu lagu tradisional yang di remix.

Mereka mulai menyanyikan lagu Bungong Jeumpa yang berasal dari Aceh, kemudian melanjutkannya dengan lagu Ayam de Lapeh dan Kampuang Nan Jauh di Mato.

To: Revan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang