"Heh, antri, dong. Lo kira lo doang yang mau makan?" Protes Raline kepada perempuan jangkung bertubuh model yang memaksa untuk nyelip diantara Raline dan Raysalma di konter Ayam Bakar Uni. Perempuan itu menoleh dengan cuek sambil mengibas rambutnya yang hanya sepanjang bahu, "Kalo lo mau cepat makan, nyelak juga bisa. Lo nya aja yang nggak santuy."
Raysalma mengernyitkan dahi sambil bergumam "Santuy?"
"Iya, lah, santuy aja kalo mau nyelak," Kata perempuan tadi sambil menaikkan alis kanannya, "Jangan kayak temen lo ini, kaku kayak triplek kayu," Lanjut perempuan tadi sambil memincingkan matanya ke Raline. Raysalma tambah bingung, karena santuy adalah kata yang sering Raysalma dengar namun tidak pernah Raysalma ketahui artinya.
Raline melengos, "Lo kalo mau nyelak, jangan di depan barisan gue. Belakangan dikit, dong," Sergah Raline, "Minggir,deh," Raline menggeser tubuh perempuan jangkung itu keluar dari barisannya.
Perempuan itu melotot tidak terima, "Ih, kuda poni! Nyebelin parah, ya, lo! Liat aja, gue aduin ke Deon!"
"Eh , badut ancol. Kalo lo ngadu ke sahabat gue juga dia gak akan belain lo. Orang lo yang mulai duluan." Kata Raline sambil tersenyum licik. Raysalma terpaku menatap mereka secara bergantian, kemudian memusatkan perhatiannya ke badge nama bertuliskan "Diandra Renata" yang terbordir di seragam perempuan itu.
"Oh, Diandra namanya," gumam Raysalma pelan-hampir seperti mencicit.
Setelah Diandra pergi sambil menghentakkan kakinya dengan keras-pertanda marah-Raysalma berbisik, "Siapanya Deon, sih?"
"Pacar."
"Hah?" Raysalma kaget.
Sebenarnya tidak terlalu mengagetkan bagi Raysalma, hanya saja bisa-bisanya Deon memacari gadis manja dan sembrono seperti Diandra. Namun, mengingat bahwa Diandra tinggi dan cantik seperti model membuat Raysalma paham alasan Deon memilih Diandra sebagai pacarnya, toh, Deon yang blasteran juga terbilang ganteng. Sebenarnya sahabat Raysalma ini-Raline-juga pantas untuk dikatakan mirip model. Dengan poni yang sebatas alis, rambut coklat tua, tubuh yang kurus, dan wajah yang lokal membuat Raline terkesan secantik Maudy Ayunda. Kalau Raline disandingi dengan Raysalma, tentu Raysalma akan merasa bahwa dia kalah telak.
Raline tersenyum jahil, "Kaget kan lo? Heran, nggak, sih, kenapa Deon mau aja pacaran sama badut ancol?"
Raysalma terkekeh, "Dia cantik banget, Lin."
Raline melengos, "Khusus buat lo, lo gak boleh bilang orang lain lebih cantik daripada gue."
"Ahaha, iya, Raline tercantik!"
Setelah medapatkan soto ayam, mereka berjalan perlahan menembus kerumunan orang sambil membawa nampan dan menempati meja terdekat. Raysalma dan Raline menyantap soto ayam dengan nikmat hingga akhirnya seorang laki-laki menimbrung sambil berseru memamerkan gigi giginya yang mulai kekuningan, "Hai, Raline."
KAMU SEDANG MEMBACA
To: Revan [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[BOOK 1] Mungkin tidak mudah menjadi Gadis yang terlalu Genius. Oke, menjadi Genius memang 'Menyenangkan', tapi gimana kalau Kejeniusanku malah membuat Revan merasa tersaingi dan benci? Aku--yg nguasain isi buku tebal ttg psikologi manusia--tidak da...