Halooo
Jadi ini part terakhir sebelum To Revan TAMAT ehe. Part endingnya bakal aku publish as soon as possible. Jangan lupa votes comments nya yaa dan danke everyone buat yg udh ngikutin cerita Raysa Revan sampe akhir. Ayaflu💕😸---------
"Raysa!" Teriak Naura yang kemudian mengejar dan menyejajarkan langkahnya dengan Raysalma di koridor jurusan, "Ngaku sama gue, lo kemarin ngapain aja sama Revan? Cover lagu doang? Jalan jalan, nggak?"
Raysalma mengangkat bahu sambil tertawa kecil, "Kenapa, sih, kalian langsung chat gue waktu gue upload video cover di instagram?" Kata Raysalma, "Revan padahal tadinya cuma mau nganterin gue beli buku."
Naura terperangah, "Raysa, lo ini bener-bener nggak pernah pacaran, ya? Atau deket sama cowok gitu?" Kata Naura sambil merangkul Raysalma, "Revan udah ada kode-kode, tuh, mau deketin lo. Soalnya selama ini dia jarang mau nganterin cewek. Sama gue yang tetanggaan sama dia aja jarang banget. Video kalian langsung booming ke seantero anak Bhinneka."
Raysalma tersenym tipis, "Kayaknya nggak usah dibahas lagi, Nau. Gue sama dia bener-bener cuma mau temenan," kata Raysalma, "Dan, gue nggak punya tampang super cantik kayak Kak Ellen, jadi yang deketin yah nggak ada."
"Jangan salah, Ray, Kak Ellen pernah ditolak Revan waktu hari terakhir MPLS, dan sekarang lagi berusaha deketin abang lo, sih, tapi abang lo kayaknya nempel mulu sama Kak Elfa. Kalo dipikirin, pengetahuan gue tentang gosip di sekolah banyak juga," kata Naura sambil terkekeh, "Kak Ellen sih banyak yang nembak, tapi selera dia, tuh, cowok super ganteng kayak Revan, jadi semua yang nembak dia ya ditolak."
"Sikat aja, Ray," kata Naura sambil tersenyum jahil, "Punya hubungan sama Revan nggak bakal bikin lo bego, kok, Revan aja pinter banget. By the way, video kalian udah ditonton hampir delapan ribu orang di instagram."
Raysalma menghiraukan celotehan Naura karena perhatiannya terenggut oleh Naraya yang berjalan cepat melewati Raysalma dan Naura sambil menunduk.
Raysalma mengernyit, "Naraya."
Naraya menghentikan langkahnya, sementara Raysalma dan Naura berjalan cepat menghampiri Naraya. Naraya berhenti tanpa menoleh ke Raysalma dan Naura.
"Halo, Nara," sapa Naura sambil menyengir kuda, "Lo kenapa nggak dateng ke rapat Mading kemaren jumat?"
Naraya mendongak menatap Raysalma dan Naura secara bergantian sambil tersenyum canggung. Raysalma kaget karena mata Naura bengkak sembab. Dengan mata yang bengkak sembab, wajah yang agak pucat, hidung yang merah, dan rambut terurai yang kurang tertata dengan rapih membuat Raysalma berpikir kalau si Naraya ini sedang sakit.
Raysalma menyentuh pundak Naraya, "Kamu sakit, ya? Kenapa nggak istirahat dulu aja di rumah?"
"Nggak, kak, i'm totally fine," kata Naraya sambil menatap Raysalma dengan senyum tipis, "Aku ke kelas dulu, ya, kak."
Naraya berjalan meninggalkan Naura dan Raysalma dan meninggalkan kebisuan diantara mereka.
- To Revan -
"Kok masih nggak dimakan?" Kata Raline sambil melirik bubur ayam Raysalma, "Itu bubur dan topping-nya udah kecampur rata, kok, Ray."
Naura bergidik geli, "Kenapa, sih, Raysa suka makan bubur yang diaduk rata gitu? Gue kalo makan bubur nggak boleh sampe keaduk."
Raysalma tidak menyaut, tatapannya lurus ke arah meja kantin seberang yang diisi oleh Revan dan Diandra yang sedang duduk berduaan. Dengan satu helaan nafas, Raysalma memalingkan tatapannya dan melahap buburnya. 'Gimana aku bisa yakin kalo Revan suka sama aku? Dia aja nempel banget sama Diandra' batin Raysalma.
KAMU SEDANG MEMBACA
To: Revan [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[BOOK 1] Mungkin tidak mudah menjadi Gadis yang terlalu Genius. Oke, menjadi Genius memang 'Menyenangkan', tapi gimana kalau Kejeniusanku malah membuat Revan merasa tersaingi dan benci? Aku--yg nguasain isi buku tebal ttg psikologi manusia--tidak da...