Terjebak

4.6K 367 24
                                    

Malam menjelang. Usai mandi aku mengeringkan rambut di sebuah meja rias.

Cklek

Sasuke-san masuk. Mataku terus mengekor padanya dengan penuh tanda tanya. Apa yang dia lakukan dikamarku?

" Hey.. "

Aku langsung bangkit saat kulihat dia tidur diranjangku.

" Ini kamarku "

" Bukankah hal yang wajah bila sepasang suami istri tidur sekamar? "

Aku kembali teringat peristiwa siang tadi. Ya, kami memang sudah resmi menjadi suami istri.

Aku diam tak membalas. Apa yang dia katakan memang benar.

Usai mengeringkan rambut aku lantas naik ke ranjang.

Pluk

" Eh? "

Srius. Dia menendangku hingga jatuh ke lantai.

" Apa yang kau lakukan? "

" Siapa yang bilang kita tidur seranjang? "

" Tapi bukankah itu hal yang wajar "

Ku coba membalikkan kata-katanya tadi. Tiba-tiba dia bangkit dan mencengkram rahangku.

" Dengar, tujuanku menikah hanya agar orang tua ku menandatangi surat warisan. Tidak lebih.. "

Deg

Aku diam seribu bahasa. Terkejut dengan apa yang dia katakan. Lalu dia melepaskan tangannya.

" Ja-jadi kau juga menikah karna uang? "

" Lalu kenapa? tujuan kita sama kan.. "

" Jadi.. "

" Jadi selama aku masih belum mendapat warisanku, kau akan tetap berperan sebagai istriku " potongnya.

Aku mulai terisak disini.

" Satu hal lagi, jangan pernah berani berpikir untuk jatuh cinta padaku karna aku juga tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita sepertimu "

Sempurna. Semua kata-kata kasar yang diucapkan, keluar dengan begitu sempurnanya.

Aku duduk bersandar pada ranjang. Terus menangisi keputusanku, kehidupanku, juga takdirku.

Pagi menjelang. Tanpa kusadari aku malah tertidur disini.

Ku lihat ranjang itu sudah kosong. Dia bangun lebih awal.

Terbersit ide gila di kepalaku. Sebaiknya aku kabur selagi dia tak ada disini. Tanpa pikir panjang aku langsung berbenah.

" Mau kemana kau? "

Deg

Aku membatu di posisiku. Tak berani menoleh.

" Berusaha kabur hah? "

Air mataku tak tertahan meski aku sudah menggigit bibir bawahku. Tanganku mulai gemetar saat ku dengar suara sepatunya yang mulai mendekat padaku.

Aku berdiri menghadap jendela. Aku begitu takut tuk melihat pria itu, Sasuke-san.

Greb

Dia berdiri dibelakangku, tangannya menahan pada jendela kaca didepanku.

" Jangan pernah berani lari dariku atau aku akan menjebloskan mu ke penjara " bisiknya.

Lavenderku membulat mendengarnya. Aku lantas berbalik. Menatapnya dengan jarak sedekat ini.

" Semua yang telah kuberikan untuk keluargamu akan kuhitung hutang.. Hutang yang takkan mungkin bisa kau lunasi hingga keturunanmu yang ketujuh sekalipun "

Aku membatu diposisiku. Air mata ini tak tertahankan lagi. Seperginya, aku terus menangis sejadinya di tempat tidurku.

Tok..tok..

" Ini aku Shisui.. Hinata-sama "

" Hm "

Cklek

" Aku membawakan sandwich untuk anda, pagi tadi anda tidak sarapan "

" Hm "

" Aku letak- .. Hinata-sama apa yang terjadi pada anda "

Shisui-san panik melihat keadaanku. Kacau. Sejak pagi aku memang tak beranjak dari tempat tidur, terus menangis hingga kedua mataku sembab.

" Shisui-san.. aku tidak sanggup melanjutkan ini "

" Jangan katakan hal itu Hinata-sama "

" Dia sangat kejam padaku "

" Sasuke-sama sebenarnya kesepian, sejak kecil beliau selalu sendiri karna kedua orang tuanya sibuk "

Shisui-san terus menyisir rambutku hingga rapi. Aku hanya diam mendengarkan ceritanya.

" Sejujurnya, anda adalah harapanku Hinata-sama "

" Aku? "

" Ya, aku ingin anda mengeluarkan Sasuke-sama dari kesendirian dan rasa kesepian yang dirasakannya selama ini "

" Aku tidak mungkin bisa Shisui-san "

" Anda baru bersama dengannya 24 jam, cobalah untuk bertahan lebih lama Hinata-sama "

" Apa aku bisa? "

" Aku yakin, jika anda.. anda pasti bisa "

" Kenapa kau begitu yakin padaku? "

" Hanya naluriku saja " senyumnya.

Aku kembali diam merenungi perkataannya. Apa bisa aku terus bertahan menghadapinya?

" Sekarang makanlah dulu, nanti anda sakit "

" Hm "

" Kalau begitu aku permisi "

Aku bangkit dari tempatku. Memandang keluar jendela. Ini rumah baru lainnya. Berbeda dengan rumah untuk keluargaku, juga dengan rumah saat kami menikah. Apa memang dia menyiapkannya?

Saat malam tiba. Kami bertemu di meja makan. Hening. Tak ada percakapan apapun baik darinya maupun aku.

" Hmm.. oishi.. " ucapku.

" Benarkah? itu menu baru disini Hinata-sama " ucap Shisui-san.

" Ya, ini sangat enak "

" Yokata, aku lega anda menyukainya " senyum Shisui-san.

" Ehem "

Kami berdua lantas berhenti bicara.

" Shisui siapkan air hangat untukku "

" Ha-i Sasuke-sama "

Shisui-san pun pergi meninggalkan kami berdua lagi.

" Apa yang kau lakukan hari ini? "

" Betsuni " jawabku.

" Masih berencana tuk pergi? "

" Tidak sampai kau memberikan semua uangku "

Dia menyeringai sesaat. Tsk, ekspresinya itu membuatku kesal.

Aku bergegas menuju kamar. Matras yang ku pesan pada Shisui-san sudah ada di kamar. Ya, meski kami sekamar tapi kami tidak seranjang. Dia di tempat tidur sedang aku di matras.

Sungguh, pernikahan macam apa ini?

~Skip~

SasuHina - By my sideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang