Malam itu di kamar..
" Jadi siapa pria tadi? "
Deg
Jantungku mulai berdegup tak karuan saat tiba-tiba Sasuke-san menanyakannya.
" Di-dia temanku " dustaku.
" Oh "
Sudah hampir 3 hari berlalu. Baik Sasuke-san bahkan Shisui-san, tak ada yang membahas perihal Naruto-kun lagi.
Ini membuatku aneh sendiri disini.
Dan akhirnya aku mengaku yang sebenarnya pada Sasuke-san. Aku tak mampu terus berdusta dan merasa bersalah padanya.
" Apa yang akan kau lakukan sekarang? "
" A-aku tidak tau " jawabku lirih.
" Lalu kapan dia akan datang lagi? "
" Minggu ini "
" Hn "
Tak sepatah katapun terucap dari bibir Sasuke-san. Tidak menahan ataupun membiarkanku. Dia hanya diam dan perlahan menghindariku.
Ya, dia menghindariku dari hari ke hari. Shisui-san yang biasanya akrab denganku kini bahkan ikut bersikap formal padaku.
Ini seperti saat pertama kali aku datang kerumah ini. Apa yang terjadi dengan kalian??
Tok.. tok..
" Masuk "
" Sasuke-san, aku mengganggumu? "
" Hn.. iie.. "
Aku masuk ke ruang kerjanya. Sasuke-san sibuk dengan tumpukan kertas diatas meja.
" A-ada yang ingin aku tanyakan padamu Sasuke-san "
" Hn.. nani? "
Dia terus membaca dan menulis tanpa melihatku meski dia membalas semua percakapan ini.
" Beberapa hari ini kau selalu menghindariku, apa ada yang salah denganku? "
" Hn.. itu hanya perasaanmu saja "
" Awalnya ku pikir juga begitu, tapi kenapa lama-lama aku merasa asing dirumah ini "
" Benarkah? "
" Sasuke-san, aku serius "
" Aku juga "
Dia terus menjawab dengan nada datar tanpa sedikitpun menatapku. Dan ini membuatku jengkel.
" Sasuke-san "
Aku berdiri di depan mejanya menahan geramku.
" Ambil ini "
Dia memberikan sebuah amplop padaku.
" A-apa ini? "
" Lihat saja "
Ku buka amplop itu dan mengeluarkan isi di dalamnya.
" I-ini.. "
" itu cek 10 juta dollar yang dulu ku janjikan padamu "
" Ta-tapi.. "
" Rumah yang ditinggali keluargamu, ambil sebagai hadiah terima kasihku atas kerja sama mu selama ini "
" Apa maksudnya semua ini Sasuke-san? "
" Aku juga akan mengurus surat perceraian kita, dan akan kupastikan bahwa akulah yang menggugatmu "
" Tung- "
" Lusa, pria itu akan datang lagi untuk menjemputmu.. kau boleh pergi dengannya, aku akan mengurus semuanya secepat yang ku bisa "
" Sasuke-san aku- "
" Tolong tinggalkan ruangan ini sekarang juga "
" Sasuke-san.. "
" Tolong "
" Dengar dulu- "
" Shisui "
" Ha-i Sasuke-sama "
Shisui-san lantas memaksaku keluar ruang kerjanya.
" Sasuke-san dengar dulu "
" Hinata-sama kita harus keluar "
" Tapi Shisui-san.. aku.. "
" Tolong mengerti keadaannya "
Aku lemas dan hanya mengikuti Shisui-san.
Sejak aku menceritakan hal itu, Sasuke-san tak pernah lagi tidur di kamar ini. Tak pernah lagi mengajakku bicara seperti biasa. Tak lagi memarahiku seperti yang biasa dia lakukan saat aku berbuat salah.
Entah kenapa aku merasa begitu menyakitkan. Juga menyedihkan.
Apa ini benar-benar akhir dari semuanya. Belum juga setahun kita menikah, dan kau ingin memutuskan segalanya.
Egois. Kalian semua egois. Kau egois Naruto-kun.. Kau juga egois Sasuke-san..
Aku menangis semalaman memikirkan dua pria itu.
Aku terus mengurung diri dikamar sejak kemarin. Menatap cek 10 juta dollar dari Sasuke-san.
" Hinata-sama, anda harus makan "
" ... "
" Anda belum makan seharian ini, aku takut anda sakit "
Kenapa hanya Shisui-san yang khawatir dengan keadaanku?
" Hinata-sama "
" ... "
Aku terus diam, berbaring di ranjang. Hingga akhirnya Shisui-san keluar.
Cklek
" Ada apa? "
Sasuke-san duduk di ujung ranjang. Bibirku keluh tuk menjawab. Hanya air mata yang terus menitik tak kunjung habis.
" Kau memikirkan apa? "
" ... "
Aku terus diam, membuang muka padanya.
" Shisui bilang kau belum makan sejak tadi "
" ... "
" Makanlah dulu "
" ... "
" Kemarilah "
Sasuke-san duduk tepat disampingku. Mengambil piring yang ditinggalkan Shisui-san tadi dan mulai menyuapiku.
" Jangan memanjakanku seperti ini jika pada akhirnya kau ingin berpisah denganku Sasuke-san "
Batinku terus menjerit, marah pada Sasuke-san. Tapi nyatanya, aku tak mampu berkata apa-apa. Hanya menangis dan terus menangis.
Aku kembali memalingkan wajahku.
" Sudah? "
" ... "
" Aku ingin memberikanmu ini "
Dia menyodorkan sebuah amplop padaku. Takut. Aku takut melihat amplop itu. Aku takut membuka amplop itu.
" Aku keluar "
Seperginya Sasuke-san, meski ragu ku buka amplop itu. Dan melihat isinya dengan tangan bergetar.
Surat perceraian. Tertulis jelas di kertas itu. Lavenderku membulat melihatnya. Aku kembali menangis dalam isakku.
Berakhir. Semuanya sudah berakhir. Harapanku untuk tetap tinggal disini, pupus.
Pagi menjelang. Seperti yang telah dijanjikan, Naruto-kun datang menjemputku. Tersenyum senang menantiku.
Aku terus memandang rumah itu sebelum benar-benar pergi. Lagi, air mataku menitik saat ku lihat Sasuke-san berdiri di jendela kamar.
Untuk sesaat mata kami saling bertemu. Tapi kemudian dia memalingkan wajahnya.
Sedih. Sakit.
Ku hapus air mataku, berjalan menuju Naruto-kun dan pergi meninggalkan rumah ini.
Sayonara...
Hinata POV End
~Fin?~
KAMU SEDANG MEMBACA
SasuHina - By my side
FanfictionDiantara cinta dan benci hanya terdapat benang tipis yang memisahkan. Sangat tipis hingga mudah dihancurkan. Jadi jangan katakan benci karna mungkin nanti kau akan jatuh cinta padanya