07

4.9K 657 112
                                    

Warning! 17+!

10.10 P.M

Kim's penthouse

Taeyong hanya duduk terdiam di meja makan sambil memperhatikan Jennie yang tampak mencari bahan makanan untuk dimasak di lemari dengan terburu-buru. Seolah wanita itu takut bahwa waktunya dengan pria itu tak berlangsung lama.

"Kupikir kau sudah memasak sesuatu," ucap Taeyong dengan dingin membuat Jennie akhirnya berbalik dan menatapnya tajam.

"Kupikir kau tidak akan kemari," balas Jennie yang tidak kalah dingin.

"Kau bilang ingin menghabiskan natal bersamaku, jadi seharusnya memasak dulu tadi." Ucap Taeyong sambil meregangkan bahunya.

"Tapi kau tidak bilang "iya" terhadap permintaanku. Jadi mana kutahu jika kau akan datang atau tidak."

"Kalau aku tidak ada, memangnya kau tidak makan?"

"Tidak. Aku sudah makan sebelum ke gereja."

Taeyong mendesis setelahnya. Sampai kapanpun Jennie adalah wanita yang tidak ingin disalahkan maupun mengalah. "Kalau begitu delivery saja," usulnya.

"Tidak mungkin ada yang mengangkat telepon di malam natal, Taeyong." jawab Jennie. "Jika kau memang lapar, hanya ada ramyun yang tersisa. Bagaimana?"

Terdengar hembusan napas kesal, namun akhirnya Taeyong mengangguk setuju. "Yasudah, itu saja."

-0-

Jennie hanya dapat tersenyum lebar menahan tawa ketika melihat Taeyong dengan lahapnya memakan ramyun yang dibuatnya. Ini adalah pertama kalinya Taeyong memakan masakannya sejak pernikahan mereka dan agak disesalkan bahwa ia hanya bisa menyajikan ramyun ketika ia sudah bisa memasak dengan bahan makanan yang lebih layak karena telah belajar dari seorang Chef hotel.

"Itu adalah ramyun ketiga. Kau begitu kelaparan, ya?" Jennie berkomentar sambil bertopang dagu membuat Taeyong tersedak mendengarnya.

"Tidak juga, porsi makanku memang banyak," balas Taeyong. Sejujurnya ia memang belum makan sejak tadi siang. "Aku akan mencuci ini semua, kau istirahatlah," perintah Taeyong yang bangkit dari kursinya membawa panci kotor ke westafel.

-0-

Taeyong berpikir bahwa Jennie kembali ke kamarnya. Nyatanya tidak, karena wanita itu justru duduk di atas karpet ruang tengah yang gelap memandangi pohon natal yang berkelap-kelip oleh lampu yang mengelilingi pohon itu. Pria itu berjalan mendekatinya, dan mengisi spasi kosong tepat di samping Jennie.

"Kau pasti yang menghiasinya," tebak Taeyong membuat Jennie terhenyak. Ia tidak menyadari bahwa Taeyong telah berada di sampingnya.

"Bagaimana kau tahu?" tanya Jennie.

"Karena kau pernah mengatakan bahwa mendekor pohon natal mengingatkanmu dengan kebersamaan orangtuamu. Jadi kutebak kau belum berhenti menyukai kegiatan ini." Jawaban Taeyong sukses membuat Jennie tertegun. Pasalnya, ia pernah mengatakan hal itu jauh sebelum pernikahan ini terjadi. Ketika hubungannya dengan Taeyong lebih baik dari sekarang dan pria itu masih dengan jelas mengingatnya.

"Aku tidak akan berhenti menyukainya, kau harus tahu itu," sahut Jennie.

"Seperti kau tidak akan berhenti menyukaiku, begitu?" tanya Taeyong sambil meneguk bir kaleng.

"Aku tidak menyukaimu, Taeyong," balas Jennie.

Taeyong menautkan kedua alisnya dan menatap Jennie tidak percaya, "Kau bohong."

[Private] Pacify Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang