"Aku tahu ini di luar kuasaku mengatakan hal ini, tapi rasa penasaranku lebih tinggi." Jaehyun membuka topik di sela evaluasi yang mereka lakukan di ruang kerja Taeyong. Bagaimanapun Jaehyun salah satu sahabat Taeyong sejak masa SMA.
"Bisakah kau tidak berbelit-belit?" keluh Taeyong.
"Apakah kau pernah mencintai Jennie atau setidaknya apakah selama dua tahun terakhir kau pernah tertarik dengannya?"
Pena yang menari di atas kertas itupun terhenti seiring dengan diamnya Taeyong selaku penggerak. Matanya kosong memandang keramaian kota Seoul di malam hari dari balik kaca transparan.
"Aku punya hak untuk tidak menjawab, kan?" sahut Taeyong setelah hembusan napas keluar sebelumnya.
"Kalau begitu aku punya hak untuk menyimpulkan jawabanmu adalah 'iya', kan?" balas Jaehyun dengan senyum di sudut bibirnya. Taeyong seharusnya tahu sahabatnya itu kelewat cerdas jika di ajak berdebat. Percuma jika ia menyangkal.
"Perasaan itu jauh terkubur sebelum pernikahan terjadi," Taeyong mengucapnya dengan nada terendah yang ia punya namun Jaehyun masih bisa menangkap kalimat tersebut di indera pendengarannya.
"Apa yang membuatnya terkubur?"
Taeyong kini beralih menatap Jaehyun, menimbang apakah ia harus menceritakan apa yang terjadi selama Jaehyun pergi setelah kelulusan SMA yang berarti menceritakan kehidupan Taeyong yang sempat terlewati oleh sahabatnya.
-0-
Lagi-lagi Jennie memasakkan makan malam dalam jumlah banyak sendirian. Padahal dulu, ia sangat anti terhadap yang namanya dapur karena ia terbiasa dilayani bukan melayani, namun hal itu berubah ketika ia mengetahui bahwa Taeyong akan menjadi pendampingnya. Jennie bahkan menyewa seorang Chef untuk mengajarinya memasak dalam beberapa minggu sebelum pernikahannya berlangsung. Menjadi istri yang idealis dan bisa diandalkan menjadi cita-citanya sejak dua tahun yang lalu.
Setiap piring berisi lauk pauk sudah tertata rapih di atas meja. Jennie tersenyum puas melihatnya. Namun hal itu tak dapat menampik ada rasa sedih di lain sisi. Taeyong tak pernah merasakan masakannya.
"It's fine, Jennie. Please don't cry," bisiknya menyamangati diri sendiri. Jennie mulai menarik kursi dan duduk di atasnya mencoba menikmati makan malamnya dalam keheningan.
-0-
2.00 A.M.
Jisoo menatap Taeyong yang telah tertidur di ranjangnya. Jemarinya tergerak untuk menyusuri setiap jengkal wajah dengan rahang tegas itu. Pria itu tampak lelah, bahkan dirinya datang dengan alkohol yang menyeruak saat sampai kemari tadi. Tapi ada yang tidak bisa Jisoo lupakan di kala prianya mabuk.
"Maaf." Itu yang diucapkan Taeyong sebelum ia terlelap.
"Untuk siapa maaf itu, Taeyong?" bisik Jisoo.
-0-
Maaf chap ini pendek, krn saya lagi dalam keadaan kurang sehat tapi ide secuil ini sayang di buang, jadi tetep mau post. Huhuhu
See ya
And
Keep bust a move
KAMU SEDANG MEMBACA
[Private] Pacify Her ✔
Fiksi PenggemarSomeone told me, "Stay away from things that aren't yours." But was he yours, if he wanted me so bad? Pacify Her by Melanie Martinez Jennie x Taeyong x Jisoo Married - Life | Angst | Hurt Started : 06 Dec '16 Finished: 10 July '17 ©2016 j...