08

5.2K 711 45
                                    

2017, January

Jennie hanya menatap kopinya tak tertarik. Pikirannya melayang pada malam natal dan kilasan memori bagaimana dirinya nyaris menjadi milik pria itu beberapa hari yang lalu.

"Jadi kalian benar-benar menghabiskan natal bersama?" Suara sopran tersebut sukses memecahkan lamunannya. Jennie menatap wanitap yang berada di hadapannya dengan gamang.

" 'Kalian?'" ulang Jennie.

"Benar. Kalian. Kau dan Taeyong menghabiskan malam natal bersama kan?" tanya Rosé dengan gemas.

"Bagaimana kau tahu jika Taeyong bersamaku?"

"Asal kau tahu, Jen. Pria itu meneleponku seperti orang gila saat menanyai keberadaanmu," celoteh Rosé sebelum menyesap latte-nya.

"Pantas dia tahu di mana aku," gumam Jennie.

"Jadi apa yang kalian lakukan, hmm?" goda Rosé yang sukses membuat semburat merah pada wajah Jennie.

"Dia hanya memakan ramyun buatanku, lalu..."

"Lalu?" Sontak Rosè memajukan badannya. Bersiap mendengar jawaban dari Jennie.

"Kami nyaris melakukannya," gumam Jennie yang kembali mengingat bagaimana Taeyong memintanya. "Tapi aku menolaknya malam itu," lanjutnya.

Rosé berdecak dan menyandarkan punggungnya di kursi dengan kecewa. "Kenapa hanya nyaris, huh? Kalian legal melakukan itu." Jennie merespon sahabatnya dengan tawa kecil. Kenapa wanita itu excited tentang hal semacam ini.

"Lagipula untuk apa melakukannya jika tidak berlandaskan cinta? Dia hanya menginginkan Jisoo dihidupnya." Kali ini Rosé dapat melihat kilat kesedihan dibalik manik caramel sahabatnya itu.

"Jika dia menginginkan Jisoo untuk apa dia mengabulkan permintaanmu?" timpal Rosé. "Aku tidak berbohong saat mengatakan dia meneleponku seperti orang gila. Kalau begitu kutanya sekarang. Apa dia langsung meninggalkanmu setelah kau menolaknya?"

-0-

Flashback

02.10 a.m

Jennie tiba-tiba terjaga di tengah malam. Entahlah, dingin menyergap sekujur tubuhnya dan ia baru saja menyadari bahwa beberapa jam lalu ia habiskan dengan menumpahkan seluruh air mata hingga terlelap, melupakan posisinya yang tidak layak tidur yaitu berada di balkoni apartemen yang notabennya berada di lantai 25 dan suhu sudah pasti telah mencapai beberapa minus derajat.

Meski berat, kaki jenjangnya pun melangkah keluar dari kamarnya menuju dapur. Maniknya memindai ruang tengah yang masih gelap dengan pohon natal sebagai penerangan sama seperti ia meninggalkannya dan berani bertaruh bahwa Taeyong pun telah pergi menghabiskan malam natal yang sesungguhnya dengan Jisoo.

Setelah memakan waktu tiga menit untuk membuat hot chocolate di counter, Jennie berjalan menuju ruang tengah, namun langkahnya terhenti ketika menemukan seseorang tengah terlelap di kursi rotan sintetisnya. "Taeyong?" gumamnya tak percaya.

Wanita itu mendekat, duduk di atas meja yang berhadapan langsung dengan Taeyong. Diperhatikannya rupa pria yang beberapa jam lalu sempat menguasai dirinya. "Kenapa kau masih di sini, Lee?" tanya Jennie yang nyaris seperti bisikan.

Flashback end

-0-

Now

Jam makan siang kali ini tidak Jisoo habiskan bersama Taeyong karena pria itu ingin pergi ke suatu tempat yang tidak dijelaskan kemana. Maka dari itu, di jam makan siangnya ia gunakan untuk menemui Kim Janghyuk. Ia melangkah masuk ke dalam sebuah restoran Italia dan menemukan ayahnya yang tengah menyesap kopi kesukaannya.

"Itu data yang Abeoji minta," ucap Jisoo seraya menyerahkan map berwarna kuning kepada Kim Janghyuk. Pria di usia pertengahan 40 itu pun menarik senyum timpang melihatnya. Untuk beberapa menit ia mempelajari dokumen tersebut hingga seringai keluar setelah menyimpulkan sesuatu. "Sudah kuduga Jennie menyerahkan hampir seluruh miliknya kepada Taeyong. Keponakanku yang malang. Ia tidak tahu siapa yang ia bantu," gumamnya.

"Apa maksud Abeoji?" tanya Jisoo.

"Tragedi Daelim Corp. dengan Hana Finance kembali terjadi. Jennie melakukan hal bodoh sama seperti yang kakakku, Min ah lakukan."

-0-

Jennie berjalan menyusuri tiap tanah yang menonjol menuju dua nama yang telah terukir di batu marmer dengan membawa dua bucket bunga daisy. Tepat beberap meter sebelum sampai pada tujuannya, langkahnya terhenti. Wanita itu terhenyak menemukan seseorang berada di pusara kedua orangtuanya telah dulu berada di sini sebelumnya.

"Taeyong?" panggil Jennie sambil melepas sunglasses keluaran Gucci yang bertengger di hidungnya.

Pria itu pun segera membalikkan badan dan membuktikan panggilan Jennie. Benar pria itu memang Lee Taeyong. Wajahnya tampak terkejut saat melihat Jennie berada dibelakangnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jennie.

"Aku baru saja dari panti asuhanku. Jadi sekalian saja aku kemari." jawabnya tenang.

"Oh, kebetulan sekali dengan hari peringatan kematian orangtuaku," sahut Jennie mendekat dan meletakkan dua bucket bunga daisy. Dua batu nisan itu sebelumnya telah diberikan oleh setangkai bunga lili. Jennie menoleh kepada Taeyong. "Kau yang memberikan bunga itu?"

"Iya. Tidak baik kan datang dengan tangan kosong." jawab Taeyong yang masih sama dinginnya.

Jennie sangat yakin kedatangan Taeyong bukanlah kebetulan karena bunga lili itu selalu ada tiap tahunnya di pemakaman orangtuanya dan Jennie selalu penasaran siapa yang memberikannya dan kini ia telah mengetahuinya meski Taeyong tak akan mengakui itu.

"Kalau begitu aku akan kembali ke kantor," ucap Taeyong sebelum ia meninggalkan Jennie.

"Terimakasih, Lee. Selain diriku hanya kau yang masih mengingat hari ini." Ucapan Jennie sempat membuat Taeyong berhenti, namun tidak lama ia segera melanjutkan langkahnya.

"Eomma, Appa. Bagaimana kabar kalian di surga? Kuharap kalian tenang dan damai di sana. Seandainya kalian bisa memberi tahuku apa yang Taeyong katakan. Jika benar dia yang selama ini datang kemari selain aku, itu membuatku lega."

-0-

13 years ago

"Eomma! Appa! Jangan tinggalkan, Jennie!" gadis kecil berusia 9 tahun itu tersipuh di tanah basah dengan tangis yang memilukan. Ia tidak mengindahkan hujan yang membuat dirinya basah serta kedinginan terlebih di musim dingin seperti ini. Kakeknya dan beberapa pengawal pun tak sanggup untuk membujuknya pulang.

"Jennie janji tidak akan manja lagi! Eomma! Appa! Jangan tinggalkan Jennie sendirian!'

"Siapa bilang kau sendirian huh?" Suara nyaring itu membuat Jennie menoleh. Ia melihat bocah yang seusia dengannya ikut berjongkok di sampingnya tanpa payung yang menamenginya. Membuat dirinya basah sama seperti Jennie saat ini.

"Kau memiliki Kakek dan pengawal-pengawal yang menyeramkan itu. Apa kau tidak sadar itu?"

"Yong-i?"

"Kau bahkan memiliki aku. Kau tidak akan sendirian karena masih ada aku, Nini." ucapnya meyakinkan.

-xox-

Mulai pahamkan kenapa Jennie bisa cinta sama Taeyong?

Asli deh ini kyknya wattpad ku mulai error apa gimana ngga bisa keluar update story, hufttt

See ya

And

Keep bust a move

[Private] Pacify Her ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang