[11] PADUNGKU

112 22 0
                                    

Hiruk pikuk desa telah dimulai sejak pagi-pagi buta, saat alam masih terlelap meringkuk dari dingin dan gelap. Ayam-ayam hutan dan binatang lainnya belum terlihat berkeliaran hanya segerombolan kelelawar buah yang riuh tenang di udara dan burung-burung malam yang telah mulai kembali ke sarang serta hewan-hewan nokturnal yang masih asyik berkeliaran. Aku yang tenggelam dalam balutan jaket rajutan tebal berwarna biru muda yang mengunci hangat tubuhku agar tak keluar dan tak membiarkan dingin menyusup, sedang menyibukkan jemari-jemariku membersihkan sayuran yang menumpuk bersama beberapa gadis dan ibu-ibu di baruga. Dan tentu saja juga bersama Biyang. Sementara itu para lelaki sibuk dengan tumpukan bambu dan beras yang menggunung. Di tengah kesibukan pesta rakyat itu, Andre masih sempat-sempatnya melempar pandangan ke arahku seperti matanya tidak lagi dimiliki oleh tubuhnya yang sedang sibuk dengan pekerjaan di depannya.

Aku membalas tatapan Andre yang hangat itu dengan senyuman yang hangat yang seketika membuat wajahnya merah padam. "Ternyata seorang pria yang dingin tetap memiliki banyak sisi hangat tanpa ku sadari ternyata dia orang yang benar-benar tsundere." Aku menggumam di dalam hati. Sekilas tetapi konstan aku terus menyebarkan pandanganku di sekitar untuk mendeteksi kehadiran Julius. Aku ingin meluruskan semuanya, meluruskan rasa di hatiku. Aku menatap liontin yang diberikan oleh Julius.Namun sejak awal aku ke tempat ini dia tidak menunjukkan batang hidung sedikitpun. Mungkin benar ia sedang pergi dan ia juga telah berpamitan untuk itu, beberapa hari yang lalu ketika Aji memergokiku dengannya.

"Sayurannya sudah cukup? Kalau sudah bawa ke bagian memasak!" Seru seorang ibu yang tangannya dipenuhi bumbu-bumbu masakan dengan aroma yang khas.

Beberapa gadis pun membawa sayuran dengan wadah nampan yang terbuat dari anyaman bambu ke bagian seksi memasak.

Aroma-aroma makanan yang menggiurkan dari setiap sudut baruga sudah tercium membuat hidung terbuai.

"Wah, pasti padungku tahun ini akan meriah sekali." Ucap Tiana yang tangannya masih sibuk mengupas beberapa umbi-umbian.

"Acara tahunan, beruntung sekali aku langsung bisa menikmatinya." Sahutku.

"Ngomong-ngomong hubunganmu bagaimana?" Tanya Tiana dengan tatapan nanar menantikan jawaban dari mulutku.

"Kamu mau tahu?" Kataku dengan nada menggoda. Tiana mengangguk-angguk keras.

"Jangan gosip ah..." Celetukku.

"Eh, siapa juga yang gosip? Kamu tidak percaya banget sama aku!" Keluh Tiana bibirnya manyun.

"Baik-baik saja kok, aku dengan dia. Jangan manyun gitu dong..." Bujukku.

"Baik-baik ini sama Andre atau sama si bule?" Kata Tiana kembali bersemangat sambil mengangkat kedua alisnya.

"Dua-duanya baik-baik saja." Jawabku.

"Yeh, bukan itu maksudnya! Maksudku kau sudah memutuskan untuk memilih siapa?" Tanya Tiana pelan.

Aku menghela nafas. "Sejujurnya aku bingung, tapi hatiku lebih terasa nyaman dan hangat ketika melihat kehangatan Andre si es itu." Jawabku setengah menundukkan kepala.

"Hati tidak akan pernah berbohong. Diantara mereka yang terus melontarkan kata-kata manis itu tidak selalu bisa dipercaya. Karena mulut tidak selalu sejalan dengan hati begitu pula otak. Kamu bisa berpikir Andre lebih baik daripada Julius, atau Julius lebih baik dari Andre, tapi hati tidak begitu. Hati akan selalu konsisten karena ia tidak akan pernah berbohong. Hati itu ibarat dirimu yang sebenarnya." Kata Tiana memegang dadanya sembari terpejam dan menghembuskan nafas pelan. Aku menyimak yang ia katakan dan memegang dadaku. "Siapa yang kau pilih?" Tanyaku pada hati kecilku.

Tuana Mahile You Are My Destiny [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang