Aku sepertinya benar-benar memerlukan pemulihan. Aku melihat kakiku yang terperban dengan rasa sedih, yang akhirnya tatapanku tertambat pada kedua wanita cantik yang ditinggalkan bersamaku. Jane dan Sarah. Mungkin aku tidak akan melihat bagaimana mereka bertarung dengan jiwa ksatria untuk menangkap dan melumpuhkan komplotan itu. Tapi setidaknya situasiku saat ini lebih baik walaupun tidak sepenuhnya membuat suasana hatiku bargairah seperti biasanya.
"Sekarang, apa yang akan kita lakukan?" Tanyaku, suaraku sedikit parau karena menahan rasa sakit. Jane dan Sarah saling berpandangan.
"Dengan keadaanmu yang seperti ini, kita tidak akan bisa berbuat banyak." Jawab Jane.
"Hal yang paling baik yang harus kita lakukan adalah keluar dari goa ini." Kata Sarah menimpali, dengan tatapan mata yang sangat serius.
"Apakah kalian yakin? Aku takut kalian akan kewalahan membawaku keluar." Ujarku ragu-ragu.
"Kami sangat yakin. Percayalah..." Sarah meyakinkan.
"Tapi, menurut kalian akankah mereka berhasil? Akankah mereka selamat tanpa luka sedikitpun? Akankah para komplotan itu menyerah?" Tanyaku bertubi-tubi, Jane dan Sarah terlihat tertegun dan hanya menunjukkan senyum simpul.
"Mereka pasti berhasil, komplotan itu pasti akan menyerah." Jawab Jane.
Aku mengangguk ringan, dan kepalaku perlahan menunduk, kembali tatapanku tertuju pada kakiku yang terperban dengan rapi itu.
"Baiklah, ayo kita keluar." Ajakku.
Sarah dan Jane mulai melingkarkan tanganku di pundak mereka dan perlahan dengan hati-hati mereka berdua membopongku. Kami mulai berjalan kearah pintu yang mungkin lebih tepatnya seperti lorong goa.
"Berhenti nona-nona cantik..."
Sebelum kami berhasil keluar, suara membahana terdengar menggema. Seorang pria berbadan besar dan tinggi menghadang kami. Otot-ototnya yang saking besarnya nampaknya mampu mengalahkan bentuk tubuh binaragawan professional.
Kami seketika terhenti saking terperanjatnya melihat pria besar, dengan otot-ototnya yang kekar. Ia tidak sendiri, ada sekitar dua belas orang laki-laki lainnya, dengan tubuh yang lebih kecil dari pada pria ini. Mereka kemudian mendekat, yang sontak membuat kami mundur teratur. Dengan tatapan yang menujukkan rasa takut, membuat mereka tertawa dan terkekeh-kekeh.
"Mau pergi kemana nona-nona?" Tanya pria berbadan besar itu.
"Pasti kalianlah yang menyebabkan kekacauan di markas kami." Lanjutnya. Hal itu membuat kami terbelalak. Aku melemparkan pandanganku pada Sarah dan Jane, wajah mereka juga menunjukkan kepanikan namun mereka menutupinya dengan cerdik.
"Mungkinkah mereka salah satu dari komplotan itu?" Bisikku pada Sarah.
"Sepertinya begitu. Kami akan mencoba melawan." Jawab Sarah.
Sarah dan Jane kemudian menyandarkanku di salah satu dinding goa yang jauh dari para pria itu.
"Menyerahlah, kalian tidak akan bisa pergi kemana-mana..." Kata pria besar itu.
"Tch! Kami tidak takut dengan kalian kalau berani, ayo maju!" Tukas Jane, ia mulai mengepalkan tinjunya.
"Wow... wow... wow... sepertinya ada kodok yang mau melawan ular. Punya nyali juga kalian. Tapi itu tidak apa-apa, nanti kalian akan jadi budak-budakku. Hahahaha...." Tawa menggelegar pria itu menggema dan memenuhi setiap sudut ruangan.
"Dasar sinting! Kau kira itu akan terjadi... tidak akan aku biarkan. Aku akan membuatmu meringkuk di kakiku!" bentak Sarah. Suasana menjadi lebih panas dan menegangkan, membuat setiap jantung yang berdetak akan berpacu lebih keras.
![](https://img.wattpad.com/cover/93224026-288-k911565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuana Mahile You Are My Destiny [Completed]
Historical Fiction[Highest rank #11 in Historical Fiction] Transmigrasi, kata itu membuatku dan keluargaku meninggalkan istana ibu pertiwi kami yang indah. Menempuh hidup baru di negeri orang, tapi hidup baru yang kutempuh itu benar-benar mengubah hidupku saat aku pe...