Halo, ada yang nungguin cerita ini nggak???
Yang udah nunggu seminggu, dan nggak sabar silahkan dibaca ya...
Vote dan commentnya jangan lupa hehehe... ^_^
***
Kami kembali menyusuri jalan sebelumnya, tapi kami mulai bingung ketika melihat ada dua lorong di depan kami.
"Andre kita harus memilih jalan yang mana?" Aku sangat panik.
"Tadi sepertinya kita terus memegang dinding goa yang dibagian kiri , berarti tadi kita mengambil jalan yang salah. Pasti Julius mengambil lorong sebelah kanan. Coba tajamkan pendengaranmu." Sergah Andre.
"Ya, kau benar ada suara-suara yang berasal dari lorong gua sebelah kanan."
"Bagaimana? Ayo kita pergi kesana saja. Aku sungguh-sungguh penasaran dengan hal yang dilakukan blasteran kompeni itu." Andre nyeletuk.
"Tapi, bagaimana kalau kita terjebak? Dan kita tidak bisa keluar dari sini. Aku takut Aji akan mengira aku hilang."
"Tidak, kita akan berhasil keluar. Kau hanya perlu percaya." Tanpa banyak basa-basi Andre memegang tanganku dan menggiringku menyusuri lorong gua sebelah kanan.
Kaki-kaki ini tetap melangkah, dan terus berjalan hingga sampai di tanah yang sudah mulai berkurang kelembapannya. Napasku menderu, membuatku dan Andre terdiam sejenak untuk melepas lelah.
"Kita harus tetap berjalan." Ujar Andre.
"Sebelum kita benar-benar kehilangan dia." Lanjutnya.
"Baiklah, ayo kita lanjutkan." Ucapku sembari mengatur napasku yang ngos-ngosan.
Kami kembali menyusuri lorong gua ini. Namun ada keanehan dengan tanahnya. Tanahnya seperti berdecit-decit ria ketika disentuh oleh telapak-telapak kaki yang melangkah di atasnya.
"Awas, perhatikan langkahmu. Jangan sampai terlalu bersuara, nanti ia mendengarnya." Ujar Andre, sementara ia juga memperhatikan langkahnya.
"Andre, bukankah ini sangat aneh. Kenapa tanahnya mengeluarkan suara seperti ini?"
"Entahlah, tapi ini seperti suara decitan pegas yang sudah tua dan karatan.""Apakah mungkin ada pegas di bawah tanah?" Sepertinya nalarku tak sampai untuk memikirkannya. Tapi Andre terlihat tak ragu-ragu untuk tetap melangkahkan kaki-kaki jenjangnya.
"Hati-hati, mungkin ada jebakan..." Kataku.
"Kau pasti terlalu sering menonton film, dan menyebabkan parno seperti ini." Kata Andre mengacuhkan nasehatku.
"Wah, pemuda ini benar-benar! Tadi romantisnya minta ampun dengan sifat hangatnya, sekarang sifat dinginnya dari kutub sudah kembali." Gerutuku dalam hati, sambil mendengus kesal.
"Tidak, aku bukan parno. Aku hanya khawatir, apa pun bisa terjadi di tempat seperti ini." Kataku membela diri.
Aku menggigit bagian dalam bibirku saat kakiku melangkah perlahan-lahan dengan tangan yang ada di genggaman pemuda tampan yang bersamaku ini.
Kreeiiikkk!!!
Bunyi sesuatu seperti kayu tua, "Andre sepertinya aku menginjak sesuatu." Kataku dengan tubuh yang terpaku di atas pijakan yang baru saja aku injak. "Aku tak yakin akan mengangkat kakiku." Lanjutku, aku mulai kikuk dan aku berusaha mempertahankan posisi tubuhku layaknya manekin.
"Kau harus tenang..." Andre menghadap ke arahku dan memegang kedua bahuku.
"Bisakah kau merasakannya? Apa yang kau injak itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuana Mahile You Are My Destiny [Completed]
Historical Fiction[Highest rank #11 in Historical Fiction] Transmigrasi, kata itu membuatku dan keluargaku meninggalkan istana ibu pertiwi kami yang indah. Menempuh hidup baru di negeri orang, tapi hidup baru yang kutempuh itu benar-benar mengubah hidupku saat aku pe...