Sampai hari ini, jika aku mengingat semua kenangan akan hari demi hari yang kulalui waktu itu masih membuatku kembali merasakan segala rasa mulai dari sedih, sakit, pilu, senang, gembira, dan bahagia. Hari yang dimulai begitu menegangkan saat pertama kali menginjakkan kaki di tempat yang masih asing nan baru bagiku. Tapi siapa sangka semua hal yang harus ada di hidupku ada di sini. Segala hal yang memberiku pelajaran ada di sini.
Andre menghampiriku, ia bergaya menunjukkan setelan jas barunya. "Bagaimana penampilanku?" Tanyanya. "Tampan, perfect seperti biasa." Sahutku.
Oh, aku benar-benar tak suka ketika ia harus pergi mengurusi semua hal menyangkut pekerjaannya sebagai paramedis yang selalu sibuk. Karena hal itu akan membuatku sangat kesepian, jadi aku memutuskan untuk melanjutkan kuliahku yang tertunda. Aku tidak akan menerima jika wanita tidak boleh mendapatkan pendidikan tinggi, mungkin pada zaman ini aku adalah orang yang sangat beruntung karena masih bisa menempuh pendidikan, karena wanita kebanyakan dilarang untuk itu. Dan jangan pernah menanyakan soal tanggungan biaya, aku berusaha untuk mendapatkan beasiswa, walau aku sering dicemooh. Namun tak apa, toh yang menikmatinya adalah diriku sendiri. Tapi dengan kesibukan masing-masing, biasanya hal itu menciptakan kehangatan tersendiri bagiku dan juga Andre karena sikap dingin sekarang benar-benar tak diperlukan lagi.
Aji dan Biyang juga sangat mendukung keputusanku begitu pula tetua adat yang semula agak ragu-ragu, tapi kemudian ia memberikan izin penuh atas diriku. Katanya ia ingin punya menantu yang pintar, jadi tak ada salahnya. Aku juga ingin mendedikasikan ilmuku setelah itu, aku ingin mengajar mereka yang buta huruf dan yang tak pernah sekolah. Bukankah suatu hal yang mualia mencerdaskan orang-orang yang juga berpijak di tempat yang sama? Aku ingin melakukan semua itu.
Sekarang hidupku benar-benar berubah, aku dapat melanjutkan studiku walau tentunya sekarang ditemani oleh suamiku yang selalu setia mendampingiku dan melindungiku, begitu pula sebaliknya aku selalu merasa tertantang membantunya dalam melakukan eksperimen-eksperimen tanaman obatnya. Memang tak terasa delapan bulan telah berlalu sejak peristiwa itu. Kehidupan keluargaku sekarang juga lebih berwarna karena telah berbaur dengan indah. Dan desa ini kini telah maju, dengan budaya yang selalu dijunjung dengan kental. Yang sangat membuatku kagum. Semua saksi tentang perjalananku selama ini kusimpan dan kurawat dengan penuh perhatian dan masih tetap indah seperti awalnya, aku masih menyimpannya dalam kotak krisan berwarna keemasan.
Selain itu bukti nyata yang tak bisa ku simpan dan dicuri orang lain adalah danau. Danau Poso, yang indah dengan segala macam misterinya yang tak pernah terbongkar, tempat saat Andre mencurahkan segala isi hatinya tanpa ada yang tertinggal. Benar-benar danau yang selalu indah untukku, terkadang aku kembali untuk menangkan pikiran, mengingat masa-masa indah dan menghapus masa-masa duka lara yang kelam, dalam buaian alam dan deburan ombak ringan yang menenangkan. Tempat ini, danau ini benar-benar tak akan pernah tergantikan sepanjang masa.
***
Terima kasih telah setia membaca.
Cerita ini didedikasikan untuk:
Seluruh peserta transmigrasi Poso tahun 1979
(termasuk seluruh keluargaku).
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuana Mahile You Are My Destiny [Completed]
أدب تاريخي[Highest rank #11 in Historical Fiction] Transmigrasi, kata itu membuatku dan keluargaku meninggalkan istana ibu pertiwi kami yang indah. Menempuh hidup baru di negeri orang, tapi hidup baru yang kutempuh itu benar-benar mengubah hidupku saat aku pe...