[4] TIANA DAN TAKDIR GIOK HIJAU

238 41 1
                                    

"Dayu... bangun sayang..."

Aku terbangun, Biyang duduk disampingku.

"Ayo bangun, sudah pagi nak. Hari ini kamu harus mengantar adikmu ke sekolah. Biyang dan Aji akan mulai mengolah lahan hari ini, setelah itu kau harus membantu kami dan setelah itu baru kamu bisa menikmati waktu luangmu." Kata Biyang tersenyum, siratan senyumnya kali ini berbeda.

"Wah, Biyang jadi ceritanya ngasih schedule hari ini, begitu?" Kataku sembari merapikan tempat tidur.

"Iya sayang, ayo semangat!!!" Seru Biyang kemudian nyengir.

"Yah, kerja rodi deh aku." Gumamku.

Pagi ini aku mengantar Dayu Rani ke sekolah dasar yang ada di tengah desa, kami berjalan bersama sambil berpegangan tangan.

"Mbok..."

"Mmm?"

"Kemarin aku dapat teman-teman baru..." Kata Dayu Rani berbinar.

"Wah, namanya siapa?" Tanyaku

"Romi dan Rena. Mereka kembar. Dan mbok tahu mereka siapa?"

"Siapa?"

"Mereka cucu tetua adat. Yang sangat disegani itu loh." Kata Rani.

"Wah, kok bisa?"

"Iya, aku ketemu mereka di depan rumah. Dan mereka langsung mengajakku untuk bermain, dan mereka memberiku batu ini kemarin." Rani menunjukkan sebuah batu hijau yang mengilap, aku memperhatikannya dengan seksama. Batu itu terlihat seperti batu giok.

"Batu apa ini geg?" Tanyaku pada Dayu Rani.

"Kata mereka ini batu persahabatan. Sebenarnya ini adalah sebuah batu yang besar tapi telah terbagi menjadi tiga. Satu pada Romi, satu pada Rena dan satu padaku." Kata Rani memegang erat batu itu sambil menunjukkan senyum yang menyebabkan gigi ompongnya terlihat jelas.

"Kalau begitu jaga baik-baik, jangan sampai hilang ya..." Kataku, aku merasa itu batu yang sangat berharga dan tidak mungkin giok asli seperti itu mereka memberinya secara cuma-cuma terlebih oleh anak kecil.

"Oh ya, mereka juga memberikan ini. Katanya harus diserahkan pada mbok geg."

Rani menyodorkan kalung yang terbuat dari tali halus berwarna merah dengan aksesoris giok yang berwarna sama dengan batu yang ditunjukkannya tadi.

"Kenapa? Apa alasannya mereka memberikan ini? Apa Biyang sama Aji tahu?" Tanyaku penasaran.

"Aku tidak tahu." Dayu Rani mengangkat bahunya.

"Rani...!!!" Dua orang anak laki-laki dan perempuan menghampiri Dayu Rani ketika sampai di depan sekolah.

"Dayu sekolah dulu ya mbok..." Kata Dayu Rani, mencium tanganku seraya terburu-buru masuk ke kelasnya ditemani oleh dua orang anak itu.

"Pasti mereka Romi dan Rena." Gumamku sambil melihat kalung giok yang ada di tanganku.

"Hmm, pasti ada alasannya. Lebih baik benda ini ku simpan." Kataku dalam hati dan memasukkan benda itu di saku bajuku.

Aku kemudian berjalan pulang, list kegiatan hari ini selanjutnya adalah membantu Biyang dan Aji mengolah lahan yang pertama akan diubah menjadi ladang jagung dan singkong terlebih dahulu. Karena untuk membuat sawah, alat untuk membajaknya belum ada. Jadi setidaknya harus mengumpulkan uang dari hasil ladang terlebih dahulu.

Belum tiga jam berlalu, seorang gadis seumuranku menghampiri ayahku yang sedang menggemburkan tanah menggunakan cangkul.

"Permisi pak, saya mau memberitahukan bahwa besok, desa akan mengadakan upacara penyambutan untuk para transmigran jadi semua kepala keluarga transmigran diharapkan hadir di balai desa. Dan ini mohon diterima." Gadis itu menyodorkan sekantung sagu yang kantungnya terbuat dari daun pohon sagu.

Tuana Mahile You Are My Destiny [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang