3

346 31 3
                                    

Kau percaya takdir? Jika kau bertanya padaku, ya...aku percaya. Tidak ada yang namanya kebetulan. Semuanya, takdir.

"Haruka, ayo kita pulang."

Haruka mengangkat wajahnya menatap Aoi yang sudah bersiap pulang. "Ah, kalian duluan saja. Ada sesuatu yang harus kulakukan."

"Kau yakin tidak akan pulang bersama kami, Nakajima-san?" tanya Shinichi.

"Iya, kalian hati-hati," kata Haruka berdiri dari kursi lalu membungkukkan badan. "Sampai besok!"

"Jangan pulang terlalu sore, Haruka," kata Yui.

Haruka tersenyum dan mengangguk, "Terima kasih, Yui."

Setelah beberapa saat mengucapkan kata selamat tinggal dan sampai jumpa besok pada teman-temannya, Haruka kembali duduk di bangkunya. Ia memandang ke arah kursi di baris ketiga. Pemilik kursi itu masih saja asyik bicara bersama temannya.

Hari ini, Haruka bermaksud untuk mencari tahu lebih perihal laki-laki itu. Si Kimura Sora itu. Entahlah, mengingat ia merasa tidak enak karena telah menimpanya beberapa saat lalu. Ia sadar bahwa tubuhnya lumayan berat, dan ia pikir pasti Sora merasakan sakit yang cukup menyakitkan.

Tidak, sebenarnya bukan hanya itu alasannya.

Karena Aoi yang mengatakan bahwa Sora memang dingin pada anak perempuan—membuatnya semakin penasaran tentang laki-laki itu.

Haruka menghela napas panjang. Tadi sehabis olahraga Aoi menertawakannya habis-habisan setelah ia menceritakan peristiwa konyol dan ajaib yang ia alami. Aoi bilang bahwa mungkin setelah itu Sora pergi ke dokter untuk check up. Yah, memang...rasanya Haruka ingin menabrakkan kepalanya ke tembok jika mengingat hal itu.

Gadis itu bangun dari lamunannya—sadar suasana kelas mulai sepi. Ia melihat Sora sudah berada di ambang pintu—bermaksud untuk pulang.

Cepat-cepat Haruka ikut mengambil tasnya dan berjalan pelan di belakang Sora. Jaraknya cukup jauh. Jadi, pasti Sora tidak akan sadar bahwa ia sedang mengikuti laki-laki itu.

Samar-samar terdengar tawa dari depan. Lagi-lagi gadis berambut panjang sepinggang itu terpesona melihat senyuman dari laki-laki yang kabarnya memang sedikit disegani oleh kalangan gadis-gadis di Seika Gakuen itu.

Aneh. Ini rasanya aneh.

"Dah, Sora!"

Haruka dikejutkan ketika ia menyaksikan teman-teman Sora melambaikan tangan pada laki-laki yang kini berjalan sendirian.

Kenapa? Padahal belum sampai pintu keluar...

Ia masih mengikuti Sora yang sepertinya memang belum ingin pulang ke rumahnya. Dan sungguh, kening Haruka langsung berkerut ketika ia menyadari bahwa Sora berbelok masuk ke dalam perpustakaan.

Rasa penasaran semakin menyelimuti Haruka. Ia mulai menimbang-nimbang apakah ia harus masuk atau tidak—walau akhirnya ia ikut masuk ke dalam perpustakaan yang sudah sepi tersebut.

Perpustakaan di Seika Gakuen ini cukup besar. Langit-langitnya tinggi dengan penerangan yang cukup baik. Rak-rak tersusun dengan rapi. Sepertinya hampir semua buku yang diperlukan ada di perpustakaan ini.

Haruka melangkah masuk sambil terpana dengan pemandangan di depannya. Ini perpustakaan terbaik yang pernah ia masuki. Sebentar, di mana Sora?

Matanya menari-nari mencari sosok itu. Setengah menertawai kebodohannya sendiri. Jika ia tidak langsung terpana dengan perpustakaan ini, ia tidak akan kehilangan Sora.

Haruka berjalan berkeliling sampai akhirnya ia menemukan sosok yang ia cari. Dilihatnya Sora sedang menyodorkan sebuah buku pada penjaga perpustakaan, lalu berjalan menuju kursi terdekat dan membuka buku tersebut.

Reminiscent [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang