32

118 16 2
                                    

"Kau bisa bantu kami?"

"Ya. Tapi tolong hubungi Reisuke Fujiwara. Sambungkan aku padanya."

"Dare?"

"Ini aku. Tolong jaga gadis itu. Jadilah pengacaranya, cepat atau lambat polisi akan mendatanginya."

"Sebentar—"

If by my life or death I can protect you, I will. –J. R. R Tolkien

Haruka mengernyitkan dahinya karena sinar matahari yang menyilaukan tembus ke dalam pabrik kecilnya. Gadis itu meletakkan tangannya di depan wajahnya. Kemudian melihat ke sekelilingnya. Aku tertidur.

Ia berdiri dari tempatnya. Ternyata tidur menyandar pada rak bahan makanan tidak terlalu buruk. Setelah melipat surat dari ibunya dan dari Sora, gadis itu duduk sebentar di kursi penuh kenangannya.

Biar saja hari ini ia terlambat ke toko. Toh, pasti Kai sudah ada di sana.

Haruka menghela napas panjang sambil memangku wajah dengan kedua tangannya. "Aku ingin bertemu Sora..."

Baru saja ia akan memulai khayalan indahnya jika ia tidak terkejut karena suara ketukan pintu di depan.

Haruka menoleh ke arah pintunya, terlihat dua sosok pria dan satu wanita berpakaian rapi. Siapa...

Gadis itu berjalan menuju pintu dengan was-was, rasa traumanya dengan laki-laki berjas belum hilang sepenuhnya.

"Sumimasen, Nakajima-sama. Kami dari Kepolisian Tokyo," kata salah satu pria berpakaian kemeja dengan jaket berwarna hitam. Pria itu menunjukkan tanda pengenalnya kepada Haruka.

Haruka mengerutkan keningnya bingung. Kepolisian...mengapa mereka kemari? "N—nani desuka."

"Maaf, namaku Reisuke Fujiwara. Mulai hari ini, aku adalah pengacaramu," kata pria berjas coklat dengan kacamata yang menghiasi wajahnya yang tirus. "Sebenarnya, kepolisian Jepang sedang menyelidiki sesuatu yang ada kaitannya denganmu. Jadi...bisakah kami masuk?"

"Pengacara? Ada apa sebenarnya?" kata Haruka ketakutan. Gadis itu masih memegang pegangan pintunya bersiap kalau-kalau tiga orang di depannya ini bermaksud jahat padanya.

"Kami tidak bermaksud untuk menyakitimu, sungguh," kata si wanita tersenyum menenangkan. "Namaku Kaoru. Detektif. Dan ini partnerku, Osamu."

* * *

"Yakuza? Mafia Jepang?"

Osamu mengangguk, "Karena itu kami butuh bantuanmu untuk penyelidikan. Kami sedang mengikuti jejak kelompok ini dari Jepang sampai ke Korea."

"Kenapa aku?" tanya Haruka bingung. Ia menoleh ke arah Reisuke meminta penjelasan, namun pria itu malah menganggukkan kepalanya—isyarat untuk Osamu atau Kaoru yang menjelaskan semuanya.

Kaoru menyodorkan selembar foto berukuran besar ke arah Haruka, "Kau mengenali pria ini?"

Haruka melihat ke arah foto lalu tersentak. Ia menggigit bibir ketakutan. Wajahnya memucat dan kedua tangannya langsung mencengkram kursinya. Itu wajah..orang yang pernah menculiknya dulu.

Reisuke menyadari keadaan Haruka, ia langsung mengusap-usap punggung gadis itu dengan tangannya. Sambil mencoba menenangkan Haruka, ia memandang Osamu dan Kaoru bergantian. "Kurasa ia mengenalinya."

Osamu dan Kaoru langsung berpandangan. Kaoru menarik kembali foto pria tadi ke dalam tasnya. "Haruka, bisakah kau ikut kami ke kantor sekarang?"

"Kami butuh banyak petunjuk darimu, kau akan mendapatkan perlindungan penuh jika bersedia menjadi saksi." lanjut Osamu.

Reminiscent [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang