24

200 16 0
                                    

"Yaap! Hari ini akan jadi hari yang indah!"

"Jangan berisik, aku ingin tidur!"

Kepala Haruka otomatis langsung bergerak ke arah Sora. Kemudian ia mengerucutkan bibirnya sebal. Mengapa laki-laki itu bisa saja menghancurkan mood nya yang sedang bagus ini?

Dengan tenaga kecil, akhirnya Haruka mendaratkan pukulannya di bahu kanan Sora. "Menyebalkan."

"Terserah," kata Sora singkat lalu menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi sambil memejamkan mata.

Haruka melirik sedikit lalu tersenyum. Melihat Sora yang tertidur di sebelahnya memang manis. Apalagi di kereta seperti ini.

Matanya kembali melihat ke arah pemandangan di luar jendela. Perasaannya memang senang. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari yang paling ditunggu setelah hari-hari penuh perjuangan menghadapi ujian.

"Ah, Oita...aku datang." gumam Haruka dengan senyum selebar mentimun. Ia tidak sabar bertemu dengan teman Sora yang memiliki pabrik sirup. Syukurlah, ternyata Sora juga memikirkan serius tentang kompetisi ini.

Ngomong-ngomong tentang Sora...sebenarnya hubungannya dengan si pangeran es kering itu canggung beberapa hari ini. Sejak pengumuman kenaikan kelas kemarin. Yah, tepatnya setelah ia memeluk Sora dan laki-laki itu meminta untuk melepasnya.

Rasanya sebal sekaligus sesak mengingat kejadian beberapa hari yang lalu tersebut. Tapi...itu memang bukan salah Sora. Salahnya sendiri memeluk si maskot sekolah di kerumunan teman-temannya.

Haruka menggigit bibir. Benar juga...kemarin ia memalukan sekali.

Gadis itu menempelkan jidatnya ke jendela. Konyol. Ternyata ia memang gadis yang angin-anginan.

Haa, ya sudahlah. Toh, semuanya sudah terjadi.

Paling-paling nanti tatapan tajam dari fans Sora hanya akan bertambah banyak di saat tahun ajaran baru. Bukan masalah besar.

Ia kembali memandang Sora yang sudah tertidur dengan pulasnya.

Bukan masalah, kan? Bukan masalah...bila aku menyukaimu?

Si pangeran es tidak bergerak. Hanya rambut hitamnya yang bergerak-gerak karena laju kereta yang cukup cepat. Tangan Haruka gatal ingin menyentuh rambut halus itu.

Mungkin tidak apa-apa...

Dengan jantung berdebar, ia menggerakkan tangannya menuju rambut hitam Sora. Sedikit lagi jarinya akan menyentuh helaian rambut halus laki-laki itu...namun ia mengurungkan niatnya.

"Nanti kau terbangun." gumam Haruka pelan—hampir berbisik pada dirinya sendiri kemudian ia memangku tangan melihat ke arah luar jendela lagi.

Bosan...

Saat ini yang ia ingin lakukan hanya melihat Sora. Ya, ia memang menyukai Sora sebesar itu. Ia tahu.

Pergumulan hati pun dimulai. Kini ia harus memutuskan apakah ia akan tetap melawan perasaannya untuk melihat Sora atau menyerah?

Selang beberapa saat akhirnya gadis itu memilih untuk tidur saja.

Haruka menyandarkan tubuh ke punggung kursi lalu tanpa sengaja—sebelum ia memejamkan mata, ia melihatnya. Bulu mata Sora yang halus jelas terlihat ketika laki-laki itu tidur.

Ini benar-benar mengganggu konsentrasi.

Lalu, sekarang apa?

Haruka melirik sekilas untuk memastikan apa Sora benar-benar tidur atau tidak. Kemudian dengan wajah tanpa dosa ia menempelkan kepalanya di bahu kanan Sora. Dengan hati-hati pastinya.

Reminiscent [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang