7

261 19 0
                                    

"Sora! Ajarkan aku matematika yang dijelaskan sensei tadi, aku tidak ingin ikut kelas pengulangan."

Sora menatap aneh gadis di depannya itu. Ya, siapa lagi jika bukan Nakajima Haruka yang sepertinya sedang mencoba untuk mengobrak-abrik hidupnya yang tenang. Entah sampai kapan ia bisa bertahan menghadapi makhluk kecil seperti monster ini.

"Cari saja orang lain!" katanya dingin lalu bermaksud untuk berjalan melewati Haruka jika gadis itu tidak menghalangi jalannya.

"Tidak mau!" Gadis dengan pesona deredere menyebalkannya itu menggeleng tegas. "Aku takut dengan laki-laki lain."

"Ha?" Sora menelan ludah. "Kalau begitu tanya pada perempuan! Kau ini bodoh sekali."

Ia tidak habis pikir mengapa Haruka takut dengan laki-laki lain selain dirinya. Padahal secara teknis seharusnya gadis itu takut padanya. Dan secara teknis seharusnya hidupnya tenang dan damai seperti biasanya.

"Tidak, yang ada aku direcoki oleh sejumlah pertanyaan tentangmu. Ayolah Sora, kau tega membiarkanku ikut kelas pengulangan?" rengek Haruka masih belum mau menyerah. Astaga, gadis ini...apa yang ia pikirkan sebenarnya?

Sora mengusap wajahnya, "Tanya pada Takumi! Kau tidak takut dengannya, kan?" katanya dengan nada yang semakin tinggi. Penghematan energi sudah tidak bisa ia lakukan jika berhadapan dengan Haruka.

"Kuba-san sedang ada rapat komite. Aoi sedang berlatih di klub tenis. Hanya kau satu-satunya harapanku sekarang," kata Haruka memeluk buku catatan matematikanya. Kemudian secara tiba-tiba gadis itu membungkuk berlebihan. "Kumohon!"

"Jika aku tidak mau?"

"Kau harus!"

"Aku bukan ayahmu, jadi itu bukan urusanku."

Nah, gadis itu terdiam. Sepertinya ia menang. Syukurlah, Tuhan memang baik.

Sora berbalik membelakangi gadis yang mungkin sedang memutar otaknya untuk mencari kata guna melawan ucapannya tadi. Sebaiknya ia pergi dari tempat itu segera sebelum Haruka menemukan idenya menghancurkan Sora lagi.

Jadi akhirnya ia melangkahkan kakinya melesat pergi keluar kelas. Masih ada beberapa jam lagi sebelum gerbang sekolah dibuka. Guru-guru sedang rapat, karena itu murid-murid diberi banyak waktu kosong sampai jam terakhir.

Sora melihat sekelilingnya, para gadis memang merepotkan. Mereka selalu saja bersikap manja demi meraih apa yang mereka inginkan. Selain itu...

"Hoi, Kimura Sora!"

Kedua alis Sora terangkat ketika kedua matanya menayangkan seorang pria dengan senyum lebar menghampirinya seraya melambaikan tangan. Ia membalas lambaian tangan temannya itu dengan mengangkat sebelah tangannya. "Kau bersemangat sekali, Hiromi."

Hiromi terkekeh lalu merangkul bahu Sora dengan sebelah tangannya.  "Tumben sekali keluar sendiri."

"Takumi sedang rapat. Hotaro dan yang lainnya menghilang entah ke mana," kata Sora memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celananya. "Kau juga, memangnya tidak bosan melatih anak-anak itu bermain karuta?"

"Mereka membuatku bersemangat," kata Hiromi tersenyum memandang adik-adik kelasnya yang sedang asyik menggeluti permainan karuta mereka. Kemudian ia menurunkan tangannya dari bahu Sora, "Bagaimana dengan gadis itu?"

Sora mengerutkan keningnya. Gadis itu? Maksudnya... Ah baru saja ia bisa membebaskan pikirannya dari gadis aneh itu, kini Hiromi malah mengingatkannya. Ya ampun, sulit sekali mencari ketenangan di dunia ini. "Siapa?"

Terdengar suara tawa dari Hiromi. Rupanya laki-laki itu telah menyadari kadar kefrusatrasian Sora yang mulai meningkat. "Kau tahu siapa."

"Jika yang kau maksud itu Haruka, ia ada di kelas. Mungkin sedang mencari bantuan untuk pelajaran matematikanya," kata Sora malas. "Mengapa kau bertanya soal dia? Jangan-jangan kau juga sudah tertular penyakit Harukamoresia?"

Reminiscent [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang