31

157 16 6
                                    

Musim semi datang lagi.

Haruka melihat ke arah pohon bunga Sakura yang kini tumbuh di samping pabrik kecilnya, masih belum berbunga. Ia membuka kunci pintunya lalu masuk ke dalam.

Entah mengapa, aroma di dalam pabrik kecil itu selalu sama setiap kali ia masuk ke dalamnya. Aroma mint dan bunga bercampur menjadi satu. Kenapa? Padahal seseorang yang membawa aroma mint tersebut sudah pergi.

Haruka berjalan sambil menggeser telapak tangannya ke dinding, meja dan rak yang ada di ruangan kecil itu. Sebenarnya, ia masih sering kemari...jika perasaannya kalut atau disaat ia tidak tahu harus ke mana.

Tempat ini selalu membawa kehangatan yang sama seperti saat Sora masih disini menemaninya. Bahkan, disaat Sora pergi pun...tempat ini masih menjadi sandaran baginya.

Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sendiri, lalu duduk di kursi di dekat meja kayu yang menjadi pusat aktivitasnya.

Haruka tersenyum samar. Melihat ke arah bangku yang kosong di sebelah kanannya.

Dulu, ia selalu memperhatikan Sora dari sini. Disaat marah, menahan tawa, tersenyum, atau kesal...wajah Sora hampir tidak ia ingat lagi. Jika diingat...ternyata perasaannya untuk laki-laki itu cukup besar.

Haruka tertawa dalam hati. Naif. Ternyata ia memang gadis yang angin-anginan.

Di tempat ini juga...mereka berpisah. Ia meneriaki pemuda yang selalu ada di sisinya itu dengan cacian penuh amarah.

Haruka menggelengkan kepalanya. Seandainya ia tahu lebih awal...tentang Sora.

Gadis itu menarik napas berat, lalu mengembuskannya. Ia berdiri lalu berjalan menuju rak penyimpanan. Diambilnya celemek dan topi milik Sora, lalu kembali duduk di kursinya tadi.

Dengan gerakan perlahan, gadis itu membuka lipatan celemek Sora. Mendekatkan benda itu ke wajahnya. Berharap aroma tubuh Sora masih tersimpan dengan baik di celemek ini. Ia menghirup dalam-dalam—mencari hal yang selalu ia rindukan selama ini.

Setetes air mata jatuh dari kedua matanya. Tidak sampai semenit, butiran lainnya sudah membanjiri pipinya. Sudah lama. Sudah lama aku tidak menangis, Sora.

Saat itu...tahun ajaran baru.

Haruka berjalan gontai ke dalam kelasnya. Ia menoleh ke sekelilingnya, tidak ada Sora. Syukurlah.

Tak lama kemudian, Kousuke Sensei datang. Karena tahun ajaran baru, hari ini tidak belajar. Beliau hanya mengucapkan selamat dan mengucapkan beberapa pesan.

"...selanjutnya, bapak harus memberi tahu kalian bahwa teman kalian, Kimura Sora telah pindah ke Inggris."

Kedua alis Haruka terangkat, tidak sadar gadis itu sudah menoleh ke arah bangku ketiga. Benar. Kosong.

"...kita do'akan semoga ia sukses di sana."

Haruka memejamkan matanya. Laki-laki itu menepati janjinya untuk tidak menampakkan wajahnya di depannya lagi.

Baguslah. Jadi ia tidak perlu bersusah payah mengabaikan laki-laki itu jika masih ada di sekitarnya.

Haruka menundukkan wajah. Tapi...apa laki-laki itu tidak akan kembali?

Yah, terserah saja. Bukan urusannya lagi.

Seharusnya ini pertanda baik jika penipu sialan itu benar-benar pergi dari kehidupannya.

Seharusnya.

"Haruka."

"Hm."

Reminiscent [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang