30

160 18 2
                                    

Dua tahun berlalu. Bahkan manusia pun terlalu naif untuk menyadarinya.

"Arigatou gozaimasu~"

Sampai saat ini, aku masih berandai-andai

"Haruka-chan, rotinya hangus!"

Apakah seorang penipu bisa dipercaya?

Nakajima Haruka menoleh ke arah oven miliknya yang terletak di belakang dengan tatapan terkejut sekaligus panik. Ia berlari meninggalkan counternya menuju oven berwarna putih yang sudah mengeluarkan asap hitam dan bau hangus.

"Jangan lupa sarung tanganmu!" seru Kai ketika melihat kecerobohan Haruka. Laki-laki itu menarik tangan Haruka, lalu menyodorkan sarung tangannya ke arah gadis itu. "Biar aku yang angkat."

Haruka mengikuti Kai yang kini sedang mengambil loyang rotinya dari dalam oven. Ia memejamkan mata sambil menyilangkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Tidak sanggup melihat kekacauan yang berasal dari sebuah roti gosong.

Gadis itu mulai mengendus-endus aroma di dekatnya. Bau gosongnya semakin pekat saja. Perlahan ia membuka matanya dan mendapati seonggok adonan berwarna hitam di depannya.

"AH! ROTIKU...AAA!" serunya dramatis tidak terima melihat adonannya yang begitu...uh, jelek.

Kai hanya tertawa melihat makhluk aneh di depannya itu. Sudah hampir dua tahun ia membantu gadis itu di toko rotinya yang sudah berkembang pesat. Bersama dengan Mamoru, Sasuke, dan Keiko. Murid tuan Nakajima dulu sudah beranjak dewasa sekarang.

"Suhunya salah," katanya. "Kau masih mengantuk, ya?"

Haruka mendengus sebal, "Padahal ini akan jadi roti rasa baru, kau tahu aku baru saja akan berhasil mengembangkan roti rasa buah naga."

"Ya sudah, kerjakan lagi sana. Biar aku yang jaga di depan," kata Kai seraya meletakkan tangannya di atas topi khas baker Haruka. Kemudian laki-laki itu berjalan menuju counter di depan untuk melayani para pelanggannya.

Haruka mengerjakan ulang rotinya sambil berkaca-kaca. Menyebalkan. Mengapa harus hangus lagi? Jika ia masih belum bisa menjadi pemanggang yang handal, apa gunanya selama ini ia kuliah di jurusan memasak?

"Kenapa, Nakajima-san?"

Haruka menoleh karena mengenali suaranya. Ia tersenyum lebar ketika melihat Aoi dan Takumi yang datang ke tokonya sambil membawa kantong plastik entah berisi apa. "Kalian! Ah, benar,'kan? Akhirnya kalian berkencan juga!"

Aoi mendepak Haruka pelan, "Apaan kau ini! Yah...tapi, ya...begitulah."

Sambil meringis kesakitan Haruka mengusap-usap kepalanya, "Kau pasti pemuda kuat, Takumi. Pukulan Aoi memang mematikan."

Takumi tertawa salah tingkah, "Tidak juga," katanya kemudian menyodorkan kantong plastik tadi. "Ini, kami baru saja dari pameran di Tokyo dome. Ada beberapa cemilan untukmu."

"Wah." Haruka mengeluarkan sekantong marshmallow kesukaannya lalu tersenyum lebar. "Doumo."

"Ada apa dengan benda ini?" tanya Aoi tiba-tiba menunjuk roti gosong tadi dengan pandangan heran.

Haruka langsung teringat adonannya tadi. Setelah meletakkan oleh-oleh dari pasangan berisik itu di tempat yang aman, ia segera melanjutkan pekerjaannya. "Hangus. Sudah ketiga kalinya."

Aoi langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Haruka, "Dasar! Kau memang selalu ceroboh."

"Jangan memperburuk suasana, Aoi." dengus Haruka kesal.

"Iya, maaf maaf," kata Aoi sambil membentuk tanda peace dengan jarinya.

Takumi menarik kursi di meja dari kayu tersebut. Sambil memandangi roti gosong tadi, ia jadi teringat sesuatu. "Kalau Sora yang memanggangnya, mungkin tidak akan hangus."

Reminiscent [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang