Epilog

348 18 11
                                    

"Ja, ayo kita pergi."

Sora mengerutkan keningnya melihat Haruka yang bicara sambil berdiri di samping jendela mobilnya. Gadis itu...benar-benar. Ternyata kadar otaknya memang tidak meningkat sejak dulu. "Kau tidak akan masuk?"

Haruka mengerjap-ngerjapkan matanya. Bingung sesaat, namun tiba-tiba gadis itu terkekeh sendiri. "Oh ya, kau benar. Aku belum masuk."

Seulas senyum tipis terbentuk di wajahnya ketika Haruka berjalan masuk menuju mobilnya. Dasar. Bagaimana nasib anak-anaknya nanti jika mereka memiliki ibu seperti Haruka?

"Haa, sekarang kita bisa pergi," kata gadis yang duduk di sebelahnya itu.

Sora hanya menggelengkan kepalanya berusaha maklum melihat tingkah Haruka. Ia masih belum menancap gas. Ada sesuatu yang lewat di kepalanya.

"...I'm all out of love, I'm so lost without you. I know you were..."

Radionya tiba-tiba memutar lagu All Out of Love dari Air Supply. Sora langsung melirik ke arah Haruka yang kini sedang sibuk dengan kotak kue hijau toskanya.

"Kau tahu, lagu ini menemaniku selama hampir 5 tahun ini ketika menunggumu." ujar Haruka membuat kedua alis Sora terangkat.

Sora sudah memalingkan wajahnya ketika Haruka menoleh ke arahnya. Dengan susah payah laki-laki itu menahan semburat garis merah muda karena terlalu senang dengan ucapan Haruka. Bagaimana pun, ia masih menolak menunjukkan semua ekspresinya pada siapapun. "Mm."

Haruka mendengus melihat reaksi Sora. Akhirnya ia mencubit pipi tirus kekasihnya itu dengan keras.

"Haru—" Sora bermaksud untuk berteriak kesal jika ia tidak terpana dengan senyum yang dilemparkan Haruka padanya. Sang pangeran es kering langsung mengalihkan fokusnya lagi. Aneh. Bahkan sampai hari ini ia masih bisa terpesona dengan apapun yang dilakukan Haruka.

Ah, ternyata ia memang sudah terjangkit virus Harukamoresia.

"Kau manis," kata gadis itu polos.

Sora hanya diam mendengar tawa cekikikan Haruka. Ia melihat ke depan, kalau begini ia jadi tidak mau pergi. Haruka sedang bersikap manis padanya. Ini kesempatan langka.

"Tapi Sora, bolehkah aku bertanya?"

"Apa?"

Haruka mengarahkan matanya ke atas, tampak berpikir. "Aku penasaran...apa yang kau tulis di kertas harapan pertamamu?"

"Ha?"

"Waktu kita kelas 2 SMA, Sora. Aku tidak menemukan milikmu."

Wajah Sora bersemu merah ketika mengingat apa yang ia tulis di kertas konyol itu. "Mana ku tahu. Aku sudah lupa."

Terdengar desahan berlebihan dari mulut Haruka, "Padahal aku ingin mendengar apa yang kau pikirkan tentangku waktu itu."

Sora memandang Haruka dengan tatapan malasnya, "Memangnya apa yang kau tulis?"

Haruka tersenyum lalu menyodorkan kertas berwarna hijau toska yang sudah usang. "Douzo."

Sora membaca tulisan di kertas tersebut lalu tertegun. Diam-diam hatinya tersanjung karena ternyata Haruka masih menyimpan kertas lusuh berisi entah apa yang gadis itu beberapa tahun silam.

Nakajima Haruka bisa selalu bersama dengan Kimura Sora. Selamanya.

Ia tidak dapat menahan geli membaca tulisan Haruka tersebut. Ya ampun.

"Kenapa tertawa?" tukas Haruka sebal. Gadis itu mencoba untuk mengambil alih kertas yang sudah ia simpan selama bertahun-tahun tersebut. "Kembalikan."

Reminiscent [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang